Epilog

390 32 3
                                    

Tak terasa, sudah hampir 3 tahun setelah Jinyoung dan Jisoo menikah dan resmi menjadi suami istri. 2 tahun pertama adalah tahun tersulit mereka karena terus mendengar desakan dari orang-orang yang terus menanyakan kapan mereka akan punya anak. Tentu saja itu tidak mudah bagi keduanya, terutama Jisoo yang menjadi target utama.

Jinyoung tidak pernah mendesak ataupun memaksa Jisoo mengenai masalah 'bayi,' karena dia tahu itu adalah keputusan Jisoo sendiri. Badan dan rahim adalah milik Jisoo-- Jisoo yang akan menggendong bayi itu selama 9 bulan 10 hari, bukan dia. Jadi dia tidak ingin memaksa Jisoo untuk melakukan sesuatu yang belum ingin Jisoo lakukan. Jinyoung hanya bisa mendukung dan menunggu Jisoo siap, meskipun dia sendiri sudah tidak sabar untuk memiliki seorang anak dan menjadi seorang ayah.

Jisoo sendiri merasa bersalah setiap kali dia melihat bagaimana mata Jinyoung saat mereka sedang liburan bersama dan bertemu dengan anak kecil di jalan; saat mereka melewati toko peralatan dan perlengkapan bayi-- Tentu Jisoo merasa bersalah karena belum bisa memberikan apa yang Jinyoung inginkan. Terlebih saat mendengar pertanyaan mengenai, "kapan punya anak?" Dan melihat bagaimana Jinyoung menjawab pertanyaan itu--

Banyak orang yang bilang kalau, pria akan mencari kesenangannya sendiri di luar jika dia tidak mendapat apa yang dia inginkan dari istrinya.

Awalnya, Jisoo sempat sangat takut karena itu meski dia tahu Jinyoung bukanlah pria seperti itu. Dia takut akan kehilangan Jinyoung, lagi. Namun Jennie dan Soojin menenangkannya, dan mengatakan itu tidak benar, dan menyuruhnya untuk tidak perlu mendengarkan kata mereka.

"Kau tahu Jinyoung bagaimana. Dan kau percaya dengannya. Jangan biarkan perkataan orang lain membuat pernikahan kalian runtuh. Kau mencintainya, dan dia mencintaimu. Apa yang harus kau takutkan? Lagi pula zaman sekarang, 'ada anak atau tidak punya anak' itu sudah tidak penting lagi. Banyak kenalanku yang sudah menikah puluhan tahun dan tidak memiliki anak, dan pernikahan mereka baik-baik saja hingga sekarang. Kau bisa jujur saja pada Jinyoung dan bilang padanya kalau kau belum siap untuk tanggung jawab sebesar itu. Aku yakin Jinyoung pasti akan mengerti."

Jisoo mendengarkan nasihat sahabatnya. Sepulangnya di rumah, dia mengajak Jinyoung untuk berbicara 4 mata, dan memberitahu Jinyoung kalau sejujurnya, dia belum siap untuk memiliki anak. Dia masih ingin berkarir. Kehadiran seorang bayi pasti akan menghambat dan menganggu karirnya. Dan dia tidak bisa melakukan keduanya (berkarir dan menjadi seorang ibu) secara bersamaan, dia belum siap untuk tanggung jawab sebesar itu.

Jinyoung hanya tersenyum mendengar itu dan mengatakan kalau dia mengerti. "Tidak masalah. Semua itu adalah keputusanmu. Aku tidak bisa memaksamu untuk punya anak jika kau belum siap." Dia memeluk Jisoo setelah itu. "Pasti sangat sulit bagimu untuk semua ini."Jisoo ikut tersenyum dan membalas pelukan Jinyoung.

"Terima kasih sudah mengerti perasaanku. Maaf, karena aku belum bisa memberimu apa yang kau inginkan."

"Tidak perlu meminta maaf, sayang."

"Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu."

Setahun berlalu setelah itu. Memasuki tahun ketiga, Jisoo mengumumkan pada publik secara sendiri kalau dia akan hengkang dari dunia hiburan dan fokus pada keluarganya tanpa memberitahu Jinyoung terlebih dahulu.

Jinyoung mengetahui berita itu bersamaan dengan publik yang terkejut mendengar berita itu. Jinyoung pulang dari kerja lebih awal hari itu, dan langsung pulang ke rumah untuk mencari istrinya. Begitu masuk ke dalam rumah, dia langsung mendapati Jisoo yang sedang duduk di ruang tengah dengan setumpuk buku mengenai parenting dan, 'bagaimana cara menjadi seorang ibu yang baik.'

Jisoo menoleh padanya, "Eoh, kau sudah pulang?" tanyanya heran dan kemudian beralih melihat jam dinding. Dahinya berkerut heran karena waktu masih menunjukkan pukul 4 siang. Biasanya, Jinyoung baru akan pulang dan tiba di rumah sekitar pukul 7 malam. "Apa kau lapar? Aku belum memasak makan malam. Tapi di kulkas masih ada makanan sisa tadi malam. Tunggu sebentar, akan kupanaskan untukmu--"

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang