Kisah Aneska yang sebenarnya akan dimulai:)
Okay, just 3 random question before you start reading.
1. Di sekolah, kalian jadi murid biasa apa primadona?
2. Tim suka jadi pusat perhatian atau nggak?
3. Makanan favorit kalian?
Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.
Yeah, here we go.
****
Biasanya, membenahi penampilan sambil menatap cermin sebelum berangkat sekolah adalah hal yang paling Aneska benci. Karena dengan begitu, ia jadi melihat wajah hancurnya dan itu selalu membuat mood nya down.
Namun, hal itu tidak berlaku pada hari ini. Menatap wajahnya selama apa pun, Aneska merasa tidak masalah. Justru ia malah merasa senang dan bangga tiap kali melihat wajahnya di cermin.
Dua minggu telah berlalu, dan hari ini ia akan berangkat sekolah. Dan yah, wajahnya sudah bersih dari jerawat. Hanya tinggal bekas-bekasnya yang bila diberi dengan concealer sedikit dan bedak maka akan tertutupi.
Senyum lebar terus tersungging di bibirnya. Akhirnya setelah sekian lama ia bisa tampil cantik. Tentu saja ini semua berkat skincare abal itu. Dengan hasil yang begitu memuaskan seperti ini, membuat keraguan yang sempat hadir lenyap seketika bagai tersapu angin.
Masalah nanti wajahnya rusak atau tidak, itu jadi urusan belakang. Namun semoga saja tidak. Toh, kandungan mercury nya hanya sedikit.
Setelah menempuh perjalanan selama limabelas menit, Aneska sampai di SMA Pancadharma. Melepas helm dengan gerakan anggun, gadis itu sengaja mengibaskan rambut sepunggungnya yang ia gerai agar memberikan kesan feminim. Tak seperti biasanya yang selalu dikuncir kuda.
Tak langsung turun dari motor yang sudah selesai diperbaiki, Aneska menyempatkan diri untuk melihat wajahnya di kaca spion. Lagi-lagi senyum lebar tersungging di bibirnya. Wajahnya sudah benar-benar bersih dan cantik. Bibirnya berwarna merah muda efek dari lip tint yang ia pakai tipis-tipis.
Cantik dan feminimin, ia sudah hampir berhasil menjadi tipe idaman Arza. Tinggal bagaimana menjadi putih saja. Namun tak masalah, yang penting wajahnya mulus sekarang.
Setelah puas menikmati penampilannya yang memukau pagi ini, Aneska turun dari motor lalu berjalan dengan anggun dan tak bar-bar seperti biasanya. Dapat ia rasakan semua mata memandangnya dengan sorot kagum, terutama gerombolan cowok-cowok yang duduk di atas motor masing-masing di sudut parkiran.
Rasa bangganya makin membumbung tinggi. Kalau cowok-cowok itu saja terpesona padanya, dia yakin seratus persen Arza juga akan sama.
"Pagi gaes," sapa Aneska pada Rula dan Findi begitu memasuki kelas dan duduk di bangkunya. Kebetulan, ia duduk sendiri dan kedua temannya itu duduk di depannya.
Dapat dilihat semua teman-temannya memandangnya dengan takjub bagai melihat bidadari yang turun dari kayangan. Eh sebentar, ini kenapa dirinya jadi narsis akut begini?
"Pagi. Wow, ini lo, Nes?" Rula dan Findi yang semula asik bermain ponsel langsung berbalik ke belakang dengan cepat. Matanya menyorot tak percaya pada Aneska yang kini tersenyum dan menaik-turunkan alisnya.
"Haha. Yoi, ini gue. Kenapa emang?"
"Gilaaaa, lo cantik banget sumpah. Ini jerawat lo pada ilang ke mana? Libur empat minggu bikin jerawat lo pada mental, ya. Pake apaan lo?" tanya Findi beruntun dengan nada penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Ending
Teen Fiction[Completed] Judul awal : When You Reached Me Cantik, putih, feminim. Tiga kriteria yang menjadi tipe idaman Arza Kanaka, seorang cowok dari kelas XI IPA 1. Mendengar itu, Aneska Sari jadi bertekad untuk berubah seperti apa yang diidam-idamkan Arza...