21

42 9 16
                                    

Okay, just random question before you start reading.

1. Pernah diajak makan berdua sama orang spesial?

2. Berapa persen rasa suka kalian ke sate?

3. Lebih suka teh anget apa es teh?

Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.

Yeah, here we go.

****

Aneska bertepuk tangan heboh kala Arza berhasil mencetak gol untuk kesekian kalinya di detik-detik terakhir.

Tak hanya Aneksa, tapi juga beberapa orang yang menonton latihan futsal sepulang sekolah ini.

Seperti biasa, Aneska menonton Arza latihan sendirian. Sebenarnya Rula dan Findi ingin ikut karena masih penasaran dengan sosok Arza, tapi mereka berdua harus pulang lebih dulu karena ada urusan mendadak.

Dan itu mau tidak mau membuat Aneska bersyukur karena tidak akan ada yang mengganggunya, hehehe.

Melihat sikap Arza yang begitu manis kemarin, membuat semangat untuk menjalankan misi kembali membara. Apalagi ditambah saat Arza yang selalu mendekatinya lebih dulu. Seperti tadi saat menghampirinya ke kelas dan mengajaknya ke kantin, dan sekarang ia disuruh menunggui cowok itu latihan karena katanya setelah selesai Arza akan mengajaknya ke suatu tempat.

Demi Arza yang makin membuat baper, bukankah itu sebuah kemajuan? Apalagi saat Aneska teringat kata-kata Arza di kantin tadi.

"Mulai sekarang lo diem aja, karena setelah ini biar gue yang nyamperin lo kelas. Gue baru sadar, dari dulu lo mulu yang nyamperin gue. Gue malu haha. Dan sebagai cowok sejati, gue nggak akan biarin hal itu terjadi lagi."

Aduh aduh, Aneska begitu melayang dibuatnya.

Selanjutnya, Aneska meneriakkan berbagai pujian pada Arza. Kali ini yang menonton hanya sedikit, jadi ia berani melakukan ini.

Arza terkekeh, merasa gemas tingkah Aneska. Dengan cepat ia menghampiri cewek itu karena latihan sudah selesai. Mengabaikan sorakan dan godaan teman-temannya.

Terutama dari Prima dan Rezky yang bersorak paling heboh.

"Woahhhh, Arza. Gilaaaa, lo hebat banget pokoknya," puji Aneska untuk kesekian kalinya. Matanya berbinar, senyumnya melebar. Pertanda ia benar-benar bahagia sekaligus bangga atas kehebatan Arza.

Sebagai respon, Arza kembali terkekeh. "Ya ampunnnn, makasih banyak Aneska. Btw, lo udah bilang itu berapa kali coba."

Aneska nyengir kuda. "Hehe, ya, kan, tadi dalam bentuk teriakan. Nah sekarang lo udah di depan gue ya gue wajib buat bilang lagi," cerocosnya lalu terkikik.

Sedikit mendekat, tangan kanan Arza lantas terulur untuk mengacak-acak rambut cewek itu. Merasa gemas sekali dengan segala tingkah Aneska.

"Aneska, kenapa lo gemesin banget, sih?" Lagi-lagi Arza terkekeh.

Sementara sang pemilik rambut seketika terdiam dengan wajah yang merona malu. Apa tadi? Arza mengacak-acak rambutnya?

Ia ulang sekali lagi. MENGACAK-ACAK RAMBUTNYA?!

Aneska menggigit bibir, menahan teriakan yang memaksa keluar karena saking bapernya. Selama beberapa minggu dekat, baru kali ini Arza melakukan kontak fisik secara sengaja.

"Ah, l-lo b-bisa aja." Sial. Bahkan Aneska tidak mampu mengendalikan suaranya agar tidak terbata karena gugup.

"Jiahhhh pacaran teros. Udah peresmian belom nih?" Tiba-tiba saja Divka datang mengacau dan menghancurkan angan Aneska yang sedang melayang tinggi.

Unexpected Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang