Dengan tangan membawa dua gelas jus jambu, Aneska keluar rumah dan bergabung bersama Divka yang duduk santai di teras sambil asik bermain ponsel. Dari layarnya yang cerah, ia bisa melihat pemuda itu sedang menggulir beranda Twitter.
"Nih buat lo." Diletakkannya salah satu gelas jus jambu itu ke meja kecil yang berada di antara kursi yang mereka duduki.
Divka mengangkat kepalanya lalu menoleh pada Aneska, sebelum matanya menatap minuman segar berwarna merah muda itu. Bibirnya seketika tersenyum cerah sementara matanya berbinar-binar.
"Ya ampun, Nes, peka banget, sih, lo. Tau aja gue lagi gerah dan pengen yang seger-seger."
Sebagai respon, Aneska hanya berdehem sebab dirinya masih asik menikmati jus jambu buatannya. Saat ini, mereka sedang bersantai di depan rumahnya sepulang dari kafe. Hari memang sudah sore, tapi Divka masih ingin menghabiskan waktu dengannya.
Aneska sendiri tak keberatan. Ia justru merasa senang karena ditemani sebab ibunya sedang tak berada di rumah.
"Nes, lo tuh udah cocok banget, sih, asli," ucap Divka setelah meminum jus jambunya beberapa teguk.
Aneska mengerenyitkan keningnya bingung. "Cocok apa?"
"Cocok jadi pacar gue lah. Lo peka, gue pengertian. Jiahhhh kita bakal jadi couple goals abad ini."
Kepada Divka yang berseru dan bertepuk tangan heboh, Aneska memberi ekspresi seperti ingin muntah. "Ewh, sori. Selera gue tinggi," tolaknya mentah-mentah.
Mendapat respon menyakitkan seperti itu, senyum di bibir Divka seketika lenyap. Matanya menatap Aneska sengit. "Jadi menurut lo gue jelek?"
"Lah? Selama ini lo nggak emang nggak nyadar?"
"Nggak. Menurut gue, gue itu ganteng. Yaaaa sebelas dua belas lah sama Taehyung BTS."
"Dih, ngaca di mana lo? Selokan depan?"
"Sialan. Lo pikir lo cakep gitu?"
"Ya nggak cakep banget, sih. Tapi cukup bikin lo tergila-gila sampai-sampai lo pengen banget jadi pacar gue."
"Turunan parasit jangan kepedean. Itu tadi gue cuma bercanda. Jangan-jangan itu beneran bikin lo baper, ya?"
Sambil menaik-turunkan alisnya, Divka menyeringai lebar. Menggoda gadis itu.
Aneska berdecak. Niat hati membuat Divka kesal, mengapa ujung-ujungnya jadi dia yang dibuat kesal? Pemuda itu benar-benar menyebalkan.
"Lo bisa nggak, berhenti godain gue begitu? Demi seluruh kecoa di rumah gue, gue sama sekali nggak baper sama lo. Najis tau nggak?"
"Alah, nggak papa, Nes, kalo lo baper sama gue. Nggak perlu marah-marah kayak gitu. Gue siap tanggung jawab kok. Lagian, gue emang mudah dicintai. Jadi ya wajar aja kalo lo jadi baper."
Bukannya diam, Divka malah makin menyerocos tidak jelas. Aneska yang hatinya sudah dongkol maksimal, dengan cepat mencengkeram mulut cerewet itu agar diam.
"Diem nggak lo! Gue jahit juga nih mulut lama-lama!"
Divka meronta-ronta minta dilepaskan tapi tenaganya kalah kuat dengan Aneska. Jangan salah, meski berkelamin perempuan tapi tenaga Aneska mungkin setara dengan Aderai.
Di tengah perhelatan panas antara kedua manusia absurd itu, tiba-tiba ada yang memanggil Aneska. Sontak gadis itu melepaskan cengkeramannya sementara Divka bernapas lega.
"Aneska?"
Aneska menoleh ke sumber suara dan seketika terbelalak saat mendapati ada Clara di depan gerbang rumahnya bersama Arza yang berdiri di samping wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Ending
Teen Fiction[Completed] Judul awal : When You Reached Me Cantik, putih, feminim. Tiga kriteria yang menjadi tipe idaman Arza Kanaka, seorang cowok dari kelas XI IPA 1. Mendengar itu, Aneska Sari jadi bertekad untuk berubah seperti apa yang diidam-idamkan Arza...