24

44 11 20
                                    

Okay, just 3 random question before you start reading.

1. Di tempat kalian sekarang masih hujan terus apa udah mulai panas?

2. Menghitung atau mengafal. Pilih satu.

3. Hal yang bikin kalian ilfeel sama cowok?

Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.

Yeah, here we go.

****

"Dah sampe." Arza mematikan mesin motornya membuat Aneska yang berada di boncengan bergegas turun.

"Thanks, Arza. Sebenernya nggak papa kok kalo gue berangkat sendiri jadi lo nggak repot-repot jemput," ucap Aneska berdiri di samping Arza dengan malu-malu kadal.

Arza berdecak. "Kan sekarang lo pacar gue, masa iya gue biarin pacar gue berangkat sendirian. Apalagi lo masih luka-luka begitu," balasnya pura-pura merajuk dengan tangannya menunjuk luka Aneska yang masih diperban.

Aneska nyengir. Pacar, ya? Duh rasanya sampai sekarang Aneska masih tidak percaya. Saking tidak percayanya, Aneska tidak bisa tidur tadi malam dan masih mengira bahwa kejadian kemarin malam hanyalah mimpi.

Namun saat Arza datang menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama tadi membuat Aneska sadar dan yakin kalau semua itu nyata. Demi apa pun, bibirnya sampai pegal karena terus-terusan tersenyum. Betapa bahaginya dirinya sekarang.

"Ya udah yuk ke kelas," ajak Aneska.

"Eum, kamu duluan deh. Aku mau ke koperasi bentar."

Aneska mengangguk atas balasan Arza barusan. Meski merasa sedikit heran karena cowok itu mengganti gaya bicara menjadi aku kamu. Tapi tak dapat dipungkiri kalau ia juga senang. Itu artinya Arza benar-benar menjadikannya pacar.

"A-aku, duluan ya." Aneska mengikuti gaya bicara Arza dengan sedikit terbata karena tidak terbiasa.

Arza mengangguk. Kakinya maju satu langkah lalu tangan kanannya terulur untuk menepuk pelan puncak kepala Aneska. "Sampai ketemu istirahat nanti, Aneska."

Aneska mengangguk pelan dengan senyum yang mengembang. Ah, perlakuan Arza manis sekali. Ia jadi khawatir kalau nanti dirinya terjangkit diabetes kalau terus-terusan mengkonsumsi yang manis-manis.

Setelah Aneska pergi, Arza masih berdiri di tempatnya, mengawasi cewek itu berjalan menjauh. Senyum manis di wajahnya seketika berganti dengan senyum sinis yang mengerikan.

"Gotcha."

****

Sepanjang berjalan menuju kelas, Aneska merasa koridor yang ia lewati dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni. Terasa sangat indah.

Jadi, begini ya, rasanya menyukai dan disukai balik.

Otaknya terus memikirkan perlakuan manis Arza beberapa hari terakhir ini. Semakin dekat, Arza semakin berbahaya. Iya, berbahaya bagi kesehatan jantungnya.

Divka yang melihat Aneska yang baru datang dengan senyum mengembang mengerenyit heran. Teman sebangkunya ini, kenapa, ya? Sudah berangkatnya siang, datang-datang senyum-senyum seperti orang gila pula.

"Heh, kenapa lo?"

Aneska duduk di bangkunya masih dengan pikiran yang melayang. "Huaaaaa gue seneng banget. Gue? Jadian sama Arza? Demi apa? Cubit gue cubit gue," cerocosnya tanpa sadar.

Unexpected Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang