Btw, part kemaren emang sengaja nggak ngasih random question. Bukan karena lupa, tapi sengaja, xixi.
Just 3 random question before you start reading.
1. (Khusus cewek) untuk memulai sebuah hubungan, lebih suka cowok yang gercep apa harus nunggu kita yang kasih kode?
2. Tipe orang yang pendendam apa nggak?
3. Pas baca ini, kalian lagi di mana?
Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.
Yeah, here we go.
****
Aneska memulai hari ini dengan lesu. Pikirannya terus terbayang pada ucapan Divka kemarin yang sangat menohoknya. Sampai-sampai ia tak jadi melihat Arza latihan dan langsung pulang.
Selain itu, ia juga takut akan dua hal. Yaitu takut bila cowok itu bilang ke yang lain kalau ia memakai skincare abal dan takut kalau-kalau ucapan cowok itu tentang dampak memakai skincare abal.
Hal itu membuat mood nya terjun bebas seharian ini. Membuatnya enggan berbicara kepada siapa pun. Termasuk pada Divka, yang terus terang-terangan menatapnya sinis. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada cowok itu.
Lagi-lagi ia merasa bingung, kenapa Divka harus sebegitu marahnya? Hal ini bukan urusan dia, kan?
Lelah memikirkan hal itu, Aneska menurut saat Pak Tono memanggilnya dan menyuruhnya mengembalikan buku paket fisika ke perpustakaan bersama Rula dan Findi berhubung hari ini jadwal piket mereka bertiga.
"Kalo lo masih tetep pake barang abal itu, gue nggak segan-segan buat bilang ke yang lain," bisik Divka saat Aneska hendak bangun.
Aneska balas menatap tajam. "Apa hak lo? Gue udah bilang kalo itu bukan urusan lo," sentaknya pelan tapi ditanggapi dengan Divka yang mengangkat bahunya santai.
Berdecak, Aneska tak menanggapi cowok itu dan segera pergi.
****
"Gue ke toilet dulu ya. Lo berdua kalo mau duluan nggak papa," ucap Aneska pada Rula dan Findi setelah selesai mengembalikan buku paket juga menatanya di rak.
"Kok gitu? Biar kita anter. Ya nggak, Fin?" Rula menatap Findi yang disambut anggukan dari gadis berambut panjang yang dikuncir kuda itu.
Namun Aneska menggeleng. "Udah nggak usah, lo berdua ke kelas aja dulu. Gue lagi pengen sendiri hehe." Ia nyengir di akhir kalimat.
Karena Aneska terlihat sangat tidak ingin ditemani, Rula dan Findi pun mengalah dan membiarkan gadis itu pergi sendirian ke toilet sementara mereka kembali ke kelas.
Aneska melangkah tak tentu. Sebenarnya ia tak ingin ke toilet, tapi hanya ingin menenangkan diri saja. Ucapan-ucapan Divka sungguh menjadi boomerang baginya, membuatnya takut juga khawatir. Namun sebagian besar hatinya juga menyuruhnya untuk tidak peduli.
Toh mungkin itu hanya ancaman saja.
Aneska menghela napas. Kakinya berhenti di depan lab fisika yang sepi berhubung letaknya di pojok lalu duduk di salah satu kursi yang ada di situ. Kebetulan kata Rula guru yang mengajar berikutnya belum masuk, jadi ia punya waktu untuk bersantai di sini sejenak.
"Aneska?"
Aneska menoleh ke sisi kanan saat ada suara yang memanggilnya. Dilihatnya Arza yang berjalan seorang diri menuju dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Ending
Fiksi Remaja[Completed] Judul awal : When You Reached Me Cantik, putih, feminim. Tiga kriteria yang menjadi tipe idaman Arza Kanaka, seorang cowok dari kelas XI IPA 1. Mendengar itu, Aneska Sari jadi bertekad untuk berubah seperti apa yang diidam-idamkan Arza...