19

41 9 19
                                    

Huaaaaa lama tidak berjumpa. Apa kabar? ^^

Okay, just 3 random question before you start reading.

1. Punya temen lawan jenis yang akrab banget nggak?

2. Biasanya kalo lagi bad mood apa yang kalian lakuin biar bisa good mood lagi.

3. Tipe orang yang gampang maafin kesalahan orang apa nggak?

Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.

Yeah, here we go.

****

Pukul setengah tujuh tepat, Aneska telah sampai di SMA Pancadharma. Sebagai anak yang rajin, dia memang suka datang tepat waktu.

Apalagi hari-hari sebelumnya ia juga harus melakasanakan misi memberi Arza bekal. Tentu saja ia harus selalu datang pagi. Namun, pengecualian untuk hari ini ia sengaja tidak memberi Arza bekal.

Entahlah, tidak ada alasan khusus. Hanya malas dan tidak mood saja rasanya. Perihal kejadian dan fakta mengejutkan kemarin benar-benar membuat Aneska masih tidak menyangka hingga detik ini.

Bahkan setelah penjelasan rinci dari Divka kemarin juga ia dan cowok itu yang akhirnya baikan, tapi tetap saja Aneska masih merasa syok bukan main.

Hal itu juga yang mempengaruhi mood nya untuk menjalankan misi, seperti biasa. Namun meski begitu rasanya pada Arza tetap sama, tak ada yang berubah.

Keheningan menyambut Aneska ketika ia memasuki kelas. Di pagi hari, memang selalu beberapa saja anak saja yang sudah datang. Terlihat mereka sedang bergerombol, tidak tahu sedang apa.

Dan entah ada angin apa, Divka datang pagi hari ini setelah Aneska baru saja mendudukkan tubuhnya. Biasanya cowok itu akan datang ketika hari sudah agak siang.

Sontak Aneska menegang, dengan kegugupan yang perlahan menyergapnya. Bukan apa-apa, hanya saja gara-gara kejadian kemarin, keadaan mereka jadi sedikit berubah, kan?

Yaa meskipun sebelum Divka mengacau mereka juga sudah jadi teman, tapi tetap saja rasanya berbeda. Duh, rasa gugup sialan!

Kira-kira, Divka akan bersikap bagaiamana ya padanya? Kalau dirinya sih ingin bersikap biasa saja.

"Weh, Nes, ngelamun aja lo pagi-pagi," tegur Divka begitu tiba dan duduk di bangku sebelah Aneska.

"Hah?" Aneska tersadar. Rupanya cowok itu bersikap seperti biasa dan dilihat dari raut wajahnya, cowok itu tidak telihat gugup atau pun canggung.

Aneska meringis. Sepertinya dirinya yang terlalu berlebihan. Buktinya Divka terlihat baik-baik saja.

"Ah, eum, itu ... nggak papa kok. Gue cuma lagi mikir aja tadi," balasnya kemudian dengan asal.

Kening Divka mengerenyit. "Mikir apa?"

"Nggak tau, mikir aja."

Sesaat Divka melongo tak paham, tapi kemudian cowok itu manggut-manggut. Tak berniat membahas itu lebih lanjut.

"Btw, tumben lo dateng pagi, Div," ucap Aneska memulai perbincangan sebab tak ingin larut dalam kegugupan tak berguna. Lagian, sekarang mereka ini teman, kan?

"Kenapa? Kaget karena bisa liat cogan pagi-pagi?" Divka menyeringai dengan alis yang sengaja dinaik-turunkan.

Aneska melengos, merasa menyesal telah bertanya. "Cogan kepala lo! Dah lah, males gue ngomong sama lo." Tak melayani Divka karena mood nya sedang tidak bagus, cewek itu memilih mengambil buku dari tas lalu membacanya.

Unexpected Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang