9

82 16 20
                                    

Okay, just 3 random question before you start reading.

1. Kalo lagi suka sama orang, tim diem aja atau caper?

2. Mie ayam, bakso, soto. Pilih salah satu.

3. Hobi kalian?

Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.

Yeah, here we go.

****

Kegagalan misi dan malah salah sasaran kemarin membuat kepala Aneska migrain bukan main. Bahkan sudah dua puluh empat jam, tapi tak kunjung reda juga.

Tak henti-hentinya ia menyalahkan diri. Bagaimana bisa ia salah mengempeskan ban motor orang? Terlebih itu adalah motor Divka, orang yang sangat ia hindari karena malas berurusan dengan cowok menyebalkan itu.

Lagipula, dari banyaknya model motor di Indonesia, kenapa motor Divka harus sama persis dengan motor Arza, sih? Motor ninja berwarna merah menyala. Asli, bentuknya sama persis dan yang membuat beda hanyalah plat nomor dan stiker harimau pada motor Divka sedangkan di motor Arza tak ada stiker apa pun.

Ya ya ya, ini memang salahnya karena tidak teliti. Tapi tetap saja ia merasa sebal, karena motor Divka bisa sama persis dengan motor Arza. Jadi gagal, kan!

Dan kini, sang korban salah sasarannya terus saja menatap dirinya dengan sengit. Dari sejak berangkat tadi hingga kini. Membuat Aneska sangat risih dan ingin sekali menampol wajah menyebalkan itu.

"Lo berhenti natap gue kayak gitu bisa nggak? Risih gue liatnya," tegur Aneska sedikit kesal dengan nada pelan sebab masih ada guru yang menerangkan di depan sana.

Tak menurut, Divka justru makin menunjukkan tatapan sengitnya. "Risih? Risih lo bilang? Gue malah lebih risih karena kemaren siang-siang dorong motor dan diliatin banyak orang," tandasnya.

Aneska nyengir, wajahnya berubah memelas. "Yah sori-sori, gue panik kemaren makanya langsung pulang dan nggak bantuin lo. Maaf deh beneran."

"Panik kepala lo! Lagian, lo ngapain sih pake kempesin ban motor gue segala? Segabut itu hidup lo?" tanya Divka tak habis pikir dengan tingkah teman sebangkunya ini.

"Duh, gue tuh nggak ada niatan buat kempesin ban motor lo. Berkali-kali gue bilang, lo itu korban salah sasaran," jelas Aneska dengan geregetan.

Divka mencibir sambil merotasi bola matanya dengan jengkel. "Halah, alesan doang lo. Bilang aja lo emang sengaja ngerjain gue."

Selanjutnya cowok itu berdecak kesal. "Asal lo tau, gara-gara tingkah lo gue jadi harus dorong motor sampe bengkel. Mana nggak ada bengkel yang deket, terus sepi lagi kemaren jadi gue bingung mau minta bantuan siapa. Belom lagi motor gue berat, jadi butuh tenaga ekstra buat dorongnya. Sampe rumah badan gue rasanya remuk tau nggak," tambahnya dengan menggebu-gebu. Percikan amarah terpancar dari matanya.

Aneska nyengir lagi. Mendadak ia jadi merasa bersalah, apa sampai segitunya penderitaan yang Divka alami gara-gara dirinya? Eh tapi kan dirinya juga korban. Jadi, posisi mereka sama. Tak sepantasnya Aneska merasa bersalah.

"Hadeh-hadeh, nggak usah lebay deh lo. Gara-gara lo juga misi gue buat deket sama Arza gagal tau nggak?" omel gadis itu dengan tidak tahu diri.

Divka tak membalas, hanya berdecih dengan tatapan sengit yang masih kentara. Percuma berdebat dengan si keras kepala itu.

Kemudian bel istirahat menginterupsi perdebatan tak penting mereka. Semuanya bergegas keluar, termasuk Aneska yang merasa lega karena sejenak bisa terbebas dari cowok menyebalkan itu.

Unexpected Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang