13

69 12 30
                                    

Okay, just 3 random question before you start reading.

1. Kalo boleh tau, cerita apa yang pertama kali kalian baca di Wattpad?

2. Selama jadi murid, pernah melanggar aturan sekolah nggak?

3. Kasih tau dong apa yang ada di depan kalian sekarang.

Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.

Yeah, here we go.

****

Aneska menatap pantulan wajahnya pada cermin kecil berwarna pink yang ia pegang di tangan kirinya.

Ia tersenyum, sudah beberapa minggu terlewati tapi tidak terjadi apa-apa dengan wajahnya. Membuat keraguan yang sering menyapa kini terhempas begitu saja. Aneska jadi yakin, meski ia menggunakan skincare abal wajahnya akan tetap baik-baik saja.

Bodoh sekali dirinya yang dengan mudahnya percaya pada omong kosong Divka. Benar-benar buang waktu dan pikiran.

Memasuki kelas, Aneska dibuat bingung dengan semua teman-temannya yang kasak-kusuk membicarakan futsal. Keningnya mengerenyit, apa yang terjadi?

"Eh ada apaan, sih? Kok pada ngomongin futsal?" tanyanya pada Rula dan Findi begitu ia duduk di bangkunya.

"Lo masa nggak tau, Nes? Futsal, kan mau tanding sama anak SMA sebelah." Rula menyahut dan berbalik menghadap ke belakang.

Aneska ber-oh ria, kemudian menepuk keningnya. Bagaimana bisa ia tidak tahu hal sepenting ini? Rasa semangat perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya. Saat pertandingan nanti, tentu saja ia akan menonton Arza bertanding dan memberi cowok itu semangat.

Ngomong-ngomong tentang Arza, mood nya jadi sedikit turun. Sebab kelanjutan hubungannya dengan Arza masih stuck di hanya saling kenal saja tanpa ada perkembangan lanjutan.

Hal ini dikarenakan tidak adanya kesempatan untuk mendekati cowok itu. Pasalnya, tiap Aneska akan mendekati Arza, Divka selalu datang tak diundang layaknya Jaelangkung lalu mengacau acara pedekatenya.

Tiap gadis itu akan mengomel, Divka selalu saja hendak buka mulut di depan Arza perihal skincare abal yang ia pakai. Tentu saja, tidak ada yang bisa Aneska lakukan selain menyerah dan membiarkan cowok itu.

Kalau hal itu terjadi sekali dua kali sih Aneska maklum. Tapi terus-terusan secara beberapa minggu. Contoh misal saat dirinya dan Arza makan berdua di kantin, Divka dengan tak tahu dirinya datang dan meminta bergabung dengan alasan tidak ada teman makan.

Pun saat ia dan Arza sedang jalan diluar, tiba-tiba saja Divka muncul dan bergabung Lalu setelah mengacau cowok itu pergi begitu saja. Benar-benar seperti Jaelangkung.

Aneska kesal, sangat sangat sangat kesal. Entah apa maksud dan tujuan cowok itu menghalangi dirinya. Jika di dalam cerita, Divka sudah seperti tokoh antagonis yang menghalangi jalannya protagonis. Sialan!

Saking kesalnya, sampai-sampai rasa-rasanya terkadang Aneska kehilangan semangatnya untuk mendekati Arza. Tapi bagaimana ingin berhenti kalau nyatanya perasaan sukanya masih mendominasi.

"Jiah, Nes, malah ngelamun lo." Rula melambaikan tangannya di depan wajah Aneska sehingga membuat gadis itu tersadar lalu mengerjap.

Detik berikutnya Aneska nyengir kuda. "Sori. Eh iya, tandingnya kapan tuh?"

Rula mengangkat bahu. "Nggak tau gue, tapi katanya sih masih dirahasiain. Tapi gue sih nggak peduli soalnya nggak tertarik kalo futsal. Mendingan nontonin anak basket, lebih cakep-cakep." Gadis berambut panjang yang selalu digerai itu menaik-turunkan alisnya sembari menyunggingkan senyum menggoda.

Unexpected Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang