28. PATAH

22 3 1
                                    


Kehidupan Richy benar-benar berubah. Entah bagaimana caranya, tapi Richy tidak mengenal siapa dirinya sekarang. Rentang antara masa lalu dan masa sekarang semakin pudar. Pikirannya mulai kabur dalam membedakan dan menganalisa waktu. Hari demi hari berlalu namun tidak ada yang mengisi dirinya.

Tanpa terasa, musim dingin sudah berakhir.

Musim dingin yang paling kosong dan mengerikan yang pernah dia lewati selama hidupnya. Sekilas, bayangan-bayangan masa lalu mendatanginya bagaikan sekelebat bayangan dibawah sinar bulan. Buram namun terasa nyata.

Persediaan makanan musim dingin yang disiapkannya dulu sudah habis. Hari ini dia berniat berkeliling hutan untuk mengumpulkan makanan. Semestinya beberapa semak kecil tanaman sudah mulai tumbuh diawal musim semi ini.

Aroma bunga dan embun menyejukkan cuping hidungnya. Napasnya semakin panjang dan lepas ditambah udara dingin sisa musim lalu. Pohon-pohon maple mulai menampakkan tunas-tunas baru pada ujung-ujung tangkainya. Butiran-butiran hijau yang tersebar di ribuan cabang kecoklatan bagaikan tumpahan cat abstrak pada kanvas.

Dengan keranjang yang dianyam sendiri dari sulur-sulur kayu yang ditemuinya, Richy menelusuri semak-semak sekitaran hutan. Tentu belum ada sayur atau buah-buahan tersedia di awal musim semi ini. Semua tumbuhan baru mulai 'bangun' dari hibernasi panjang selama musim dingin.

Hanya tersedia beberapa umbi-umbian yang bisa diambil untuk menjadi menu makanannya selama beberapa hari kedepan. Semakin lama hidup di hutan, Richy semakin mahir untuk bertahan hidup. Dan anehnya, dia semakin tidak suka makan daging. Bahkan terakhir kali makan ikan adalah saat pertengahan musim dingin lalu.

Saat itu dia merasa bosan hanya makan makanan yang sama setiap hari. Jadi dia keluar menuju danau yang beku dan melubangi lapisan es tebalnya. Menangkap beberapa ikan besar dan berniat untuk memanggangnya. Namun hanya memakan beberapa suapan, Richy sudah merasa ingin muntah. Dan sejak itu dia tidak pernah lagi makan ikan ataupun daging hewan apapun.

Keranjang anyamannya sudah setengah terisi oleh umbi-umbian yang digalinya dari balik sesemakan perdu di hutan, saat segerombolan kijang betina mendekatinya. Mereka seperti mengendus dengan dengusan napas kasar.

Seperti marah namun yang ditangkap oleh Richy adalah perasaan terikat. Seperti betina-betina ini berusaha untuk menarik perhatiannya.

Tentu saja Richy tidak mungkin tertarik dengan kijang. Aneh sekali. Dia sendiri juga bingung apa yang membuat kijang-kijang betina ini tertarik padanya. Mungkin karena tanduknya sekarang sudah sangat panjang dan semakiin melengkung?

Atau karena aroma keringat tubuhnya yang semakin menguar karena dia sedang berkeringat akibat baru saja mengorek tanah untuk mencari umbi-umbian? Oh apakah dalam umur kijang, umur 16 tahun adalah usia yang tepat untuk kawin?

Apapun alasannya, musim semi adalah musim kawin bagi para kijang. Mereka berusaha untuk mengungguli para pejantan dengan cara bertarung untuk memperebutkan para betina yang siap kawin.

Namun pada kasus Richy, para betinalah yang bergerombolan untuk mengawininya...

Richy berusaha menolak dan menghindari para betina-betina itu, namun mereka tidak mau pergi dan meninggalkannya. Mereka terus-terusan merengsek maju menyudutkan Richy. Sedangkan Richy, dia hanya bisa mundur perlahan-lahan.

Dia berusaha terus mundur menghindar sampai punggung belakangnya menabrak sebuah benda keras. Sambil terdengar dengusan kasar yang lebih kasar daripada yang didengarnya dari para betina tadi. Perlahan dia berbalik dan mendapati seekor kijang jantan terbesar dalam kawanan ada di belakangnya dan barusan ditabraknya.

Kijang yang satu ini adalah pemimpin kawanan. Dia tidak pernah berbicara pada Richy. Hanya pada awal Richy bertemu dengan kawanan inilah, kijang jantan ini memperhatikannya beberapa saat, lalu mendengus pergi.

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang