22. ELYSIAN [2]

32 4 5
                                    

Segera setelah Evan dan Ilunga pulang dari rumahnya, perasaan Ely semakin tidak menentu. Entah apa yang terjadi pada dirinya sekarang. Lalu dia memutuskan untuk keluar dan ikut membantu pekerjaan di kebun anggur.

Kesibukan bekerja mempersiapkan panen membuat perhatian Ely sedikit teralihkan. Pikirannya jadi fokus dan tidak memikirkan hal-hal yang tidak perlu. Sekarang setelah semuanya selesai, mood Ely semakin membaik dan dia bersiap-siap untuk makan malam.

Saat makan malam tidak ada yang hal aneh yang terjadi. Namun beberapa anggota keluarganya menyadari bagian belakang pungungnya yang seperti membengkak dan membesar. Namun Ely hanya menanggapi dengan mengatakan kalau punggungnya sakit dan akan membaik dalam beberapa waktu kedepan.

Dia pun bingung apakah itu termasuk berbohong atau tidak. Karena dia sendiri tidak tau apa yang akan terjadi nanti. Sekarang dia merasa dia berusaha menghilangkan rasa khawatir pada keluarganya namun gagal menghilangkan rasa khawatir pada dirinya sendiri.

Setelah makan malam itu, Ely langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Pekerjaan yang tadi dikerjakannya membuatnya lelah dan ingin tidur.

Sebelum itu, dia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sambil melihat keadaan punggungnya, pikirnya sendiri.

Saat dia berbalik dan mengarahkan punggung telanjangnya ke arah cermin di kamar mandi, dia sadar kalau yang diucapkannya tadi adalah kebohongan. Sekarang bagian tulang belikatnya semakin memerah seperti habis dipukuli.

Dan sekarang terasa sedikit perih.

Setelah itu Ely cepat-cepat membersihkan diri dan mengenakan jubah piyamanya. Lalu beranjak menuju tempat tidur dan langsung menjelajah ke alam mimpi.

...

Saat bangun, Ely merasa punggungnya semakin sakit dan langsung beranjak ke kamar mandi. Setelah membuka piyamanya dan mengarahkan punggungnya ke arah cermin. Kemudian melihat semburat merah seperti luka yang memanjang di kedua tulang belikatnya.

Ely langsung memanggil Ibunya dan tak lama setelah itu, Ibunya datang dengan napas tersenggal dan wajah panik. Rambutnya yang keperakan masih tergerai di balik punggungnya yang ramping.

"Apa yang terjadi Ely?" tanya Ibunya begitu melihat ke arah punggung Ely yang memerah dan bengkak.

"Aku tidak tau bu. Aku bangun dengan keadaan seperti ini." Jawab Ely.

Ibunya berinisiatif mencoba menyentuh semburat merah itu.

"SSSSHhhhhhhh AAAAhhhhhhhh bu itu sakit sekali." Ely langsung meringis saat jari ibunya menyentuh punggungnya.

"Sepertinya ini luka. Namun kenapa bentuknya sangat simetris di kedua sisi?"

"Aku tidak tau bu, apakah ada obat untuk menghilangkan rasa sakitnya?" tanya Ely.

Kemudian ibunya keluar dari kamarnya dan kembali lagi sambil membawa sesuatu yang berbentuk seperti tube. Lalu membuka tutupnya dan mengeluarkan salep berwarna bening dari sana dan hendak mengoleskannya ke punggung Ely.

"Tunggu, Apa itu?" tanya Ely menghentikan tangan ibunya menyentuh punggungnya lagi.

"Ini salep. Biarkan aku mengobatimu" lalu ibunya meneruskan gerakan mengoleskan salep itu di pungguung Ely.

Awalnya Ely kembali meringis saat salep itu menyentuh luka di punggungnya. Rasanya seperti ada sengatan listrik sesaat yang kemudian mengalir ke seluruh tubuhnya. Sensasi yang aneh.

Kemudian yang terasa hanyalah dingin. Lukanya tidak lagi terasa sakit. Dan sekarang bagian belakangnya terasa nyaman. Baru setelah itu perasaanya sedikit lebih tenang.

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang