29.ADAPTASI

15 3 5
                                    


Kengerian masih menguasainya. Rasa sakit di kepalanya yang menjalar sampai tulang ekor membuatnya serasa ingin mati. Tapi dalam keadaan ini, adrenalin Richy membantunya tetap hidup dan sadar sepenuhnya. Sehingga Richy masih mampu bertahan dari kehilangan kesadaran.

Kijang yang berdiri angkuh dengan daun telinga kiri yang hilang itu masih mendengus-dengus kasar. Kepalanya diayunkan ke atas dan ke bawah, mungkin untuk menarik perhatian kijang lain terutama para betina. Dengan tanduk gagahnya itu, mengusir Richy dan mengancam akan membunuhnya jika dia tidak pergi dari sana sekarang juga.

Dengan perasaan berat dan kepala yang seperti mau pecah, Richy mengambil tanduk kirinya yang tergeletak di tanah dan melenggang. Jalanya yang sempoyongan diperburuk dengan pandangannya yang berputar-putar bagaikan dunia sedang bermain-main. Bahkan, keranjang yang berisi umbi-umbian yang baru saja dikumpulkannya itu terlupakan olehnya.

Yang dipikirkannya adalah kembali ke gubuk kecilnya dan beristirahat mengobati sakit kepala yang menyerangnya. Serta mengucilkan diri karena kalah dari pertarungan pertamanya.

...

Begitu sampai didalam gubuknya, Richy langsung membaringkan dirinya di tempat tidur dan dalam sekejap, semuanya terasa gelap. Richy langsung tertidur.

Richy terbangun dengan kepala yang terasa lebih ringan besok paginya. Dia tidur hampir seharian. Dan belum makan sejak kemarin. Perutnya terasa melilit saat itu. Jari-jarinya sampai gemetar akibat dari kekurangan karbohidrat.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, dengan tubuh yang lemas dan pandangan yang buram,

Richy bangkit dan membongkar sisa-sisa persediaan makanan yang sesungguhnya sudah habis. Namun dia masih berharap ada sedikit yang bisa dimakannya meskipun hanya sebuah beri kecil.

Akhirnya!! Richy menemukan sepotong keju yang terisa. Keju yang dibuatnya sendiri dari susu kambing yang ditemuinya di hutan. Dalam beberapa suapan, keju itu habis dan Richy menunggu sampai tenaganya kembali.

Dalam beberapa menit, tubuhnya yang gemetar sudah mulai stabil. Perutnya sudah tidak mellit seperti tadi. Namun Richy masih lapar sekali.

Akhirya dia memilih untuk keluar dan mencari apapun yang bisa dimakan.

Saat sedang berjalan keluar, sudut matanya melihat sesuatu di tempat tidur. Benda yang panjang dan berwarna coklat gelap.

Lalu Richy kembali teringat kejadian kemarin. Kejadian yang membuatnya kehilangan tanduk kirinya. Mengerikan sekali. Rasa lpar yang teramat sangat tadi membuatnya lupa akan semua hal. Bahkan Richy tidak menyadari dia sudah kehilangan tanduk kirinya.

Sekarang, saat rasa laparnya sudah berkurang tubuhnya mulai menyadari ketidak seimbangan pada kepalanya. Disaat-saat dia sedang tidak melakukan apapun dan termenung seperti sekarang ini, kepalanya seperti akan jatuh ke kanan. Karna tanpa tanduk kirinya, kepalanya terasa berat sebelah.

Namun Richy tidak terlalu menghiraukan hal itu untuk sekarang. Perutnya masih menuntut untuk diisi. Dan sepotong keju kecil hanya terasa bagaikan setetes air dipadang gurun. Dia membutuhkan makanan yang lebih banyak.

Di luar, salju sudah hampir cair seluruhnya. Musim semi benar-benar sudah tiba. Rumput dan daun-daun sudah mulai memenuhi hutan dan menciptakan pemandangan hijau yang menjernihkan mata.

Richy berjalan melangkah dengan tegap meskipun perutnya sudah sangat kosong dan tubuhnya sangat lemas. Tapi dia  tak kunjung menemukan apapun yang bisa dimakan. Hanya rumput dan daun-daun yang bahkan kijang-kijang itu tak mau mengunyahnya.

Kijang-kijang itu hanya makan jamur-jamur yang tumbuh di batu-batu di pinggir tebing dan beberapa jenis rumput yang berwarna hijau cerah. Tapi Richy tidak pernah mencobanya sama sekali. Tidak mungkin manusia sepertinya makan rumput kan? Richy bertanya pada diri sendiri.

Rumput itu makanan binatang

Tapi, dia sangat lapar. Apakah tidak masalah jika dia sedikit berimprovisasi? Toh jika dirasa tidak enak, dia bisa dengan mudahnya memuntahkan rumput  itu lagi.

Baiklah, sekarang yang diperlukannya adalah mencari padang rumput yang penuh dengan rumput-rumput segar. Tidak sulit menemukannya. Yang mempersulitnya hanyalah ketidakseimbangan yang terjadi pada kepalanya. Setiap waktu dia melakukan hal kecil seperti berjalan atau hanya sekedar duduk, seluruh kepalanya seperti akan jatuh ke kanan.

Sekarang dia butuh ekstra hati-hati karna jika tidak, kepalanya akan oleng ke kanan. Dan sangat tidak lucu jika tidak ada angin dan hujan tiba-tiba kepalamu oleng dan kau tersungkur di lantai hutan kan?

Richy sudah terduduk sendirian di padang rumput. Tunas-tunas rumput yang masih putih mencuat dari dalam tanah terselip di antara orangtuanya yang sudah berwarna hijau tua dan keras.

Lama sekali, Richy duduk sambil melihat ke kekosongan sampai akhirnya dia mengarahkan tangannya mencomot beberapa tunas muda yang terselip di bawah kakinya. Dipandanginya tunas rumput itu dengan pandangan heran. Entah kenapa kijang-kijang itu bisa tahan dengan makanan seperti ini.

Lalu tanpa keraguan dia menggigit pangkal dari tunas itu ke mulutnya. Lalu mengunyahnya perlahan.

Rasanya seperti bayi wortel. bayi wortel adalah wortel biasa yang masih kecil hanya seukuran jari telunjuk. Dan rasanya manis dan renyah. Persis seperti pangkal tunas rumput ini.

Lalu tanpa ragu Richy memasukkan sisa rumput itu kemulutnya. Tapi kali ini rasanya berbeda.
Rumput itu lebih berserat dan rasanya lebih asam dan pahit. Oh jadi hanya pangkalnya saja yang enak?  Cih... makanan macam apa ini yang hanya enak di awal saja.

Tapi tanpa berpikir panjang lagi, Richy melanjutkan makannya dengan mencabut pangkal-pangkal rumput yang masih berwarna putih dan memakannya perlahan. Lama-lama dia menikmatinya.

Sampai dia lupa, tadi dia menyebut rumput itu dengan sebutan "makanan binatang".





I'm back!!!
Mencoba melanjutkan apa yg sudah pudar
Hope you guys doing well!!
I miss you (◍•ᴗ•◍)❤

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang