23. RICHY

23 4 1
                                    

Flashback hari dimana Richy pergi

Suasana hutan yang riuh membangunkan Richy dari tidurnya. Matahari sudah setinggi galah namun udara masih sangat dingin. Sepertinya masih sekitar jam 9 atau 10 pagi. Ternyata dia baru tertidur sebentar.

Rasa lapar menyerangnya. Perutnya benar-benar kosong karena sejak tadi malam dia belum makan apapun. Apalagi dia melewatkan makan malam kemarin.

Dengan cepat dia membuka tas ranselnya dan mengeluarkan beberapa potong roti dan keju lalu memakannya dengan cepat. Setelah kenyang, dia kembali menyimpan barang-barangnya ke dalam tas dan melanjutkan perjalanan.

Belum jauh dia berjalan, Richy menyadari matahari yang semakin rendah. Pantas saja udara terasa lebih kering. Ternyata tadi sudah jam 3 sore. Berarti dia tertidur lebih dari 6 jam dan sekarang hari hampir berakhir. Apakah ini ilusi waktu?

Udara semakin dingin namun Richy terus masuk semakin dalam ke tengah hutan. Berjalan tanpa tujuan dengan langkah perlahan sampai akhirnya, hari semakin gelap dan malam pun datang.

Dengan cepat Richy mengenakan jubah tebalnya, lalu merogoh kedalam tasnya beberapa helai kain yang dibawanya. Kemudian memungut ranting berukuran sedang dan melilitkannya ke salah satu ujung ranting tersebut. Dengan pemantik apinya, Richy membakar kain itu dan dengan obor buatannya sendiri, Richy melanjutkan perjalanan.

Suara makhluk-makhluk malam bergemuruh riuh rendah seperti menyambut kedatangannya. Suara jangkrik, burung hantu, desisan ular malam yang melintasi dedaunan kering diatas tanah hingga suara lolongan serigala terdengar di dekatnya. Namun Richy tetap melanjutkan perjalanan meskipun rasa takut dan udara dingin membekukan kaki dan tangannya.

Richy terus berjalan sampai tangannya lelah menjunjung obor tinggi di atas kepala, dan punggungnya lelah menggendong tas besarnya.

Saat hendak istirahat di sebatang pohon, Richy melihat samar-samar ada bangunan yang dikelilingi pohon-pohon besar. Namun bangunan itu gelap gulita dan dindingnya dipenuhi tanaman sulur yang lebat.

"Siapa yang tinggal di tengah hutan yang mengerikan ini?" pikirnnya.

Kemudian dia mulai melangkah mendekati bangunan itu. Semakin dekat dia dengan bangunan itu semakin disadarinya bahwa itu adalah sebuah gubuk batu kecil. Di dekatinya gubuk itu untuk mengecek apakah tempat itu berpenghuni.

Diketuknya pintu beberapa kali namun tidak ada apapun yang terjadi. Richy lalu membuka pintu itu yang ternyata tidak dikunci.

Bagian dalam gubuk itu berdebu sekali seperti tidak ditinggali bertahun-tahun. Mungkin memang tidak ditinggali bertahun-tahun.

Hanya ada satu ruangan. Berisi perabotan sederhana dan sebuah dipan yang sepertinya berfungsi sebagai tempat tidur.

"Oh syukurlah" gumannya saat melihat perapian kosong yang berdebu tebal.

Dengan cepat diisinya perapian itu dengan kayu bakar yang tergeletak disampingnya -yang sepertinya ditinggalkan oleh penghuni sebelumnya- lalu menyalakan api. Perasaan hangat pun langsung menyelimutinya dan ruangan itu terasa lebih terang.

Sekarang bisa dilihatnya lebih jelas beberapa lampu minyak yang tergantung di dinding. Dan langsung mengambil obor tadi untuk menyalakannya.

Kemudian rasa sakit itu datang lagi. Dengan sekuat tenaga dia memegang kepalanya kuat-kuat mencoba menghilangkan rasa sakit itu. Namun tidak mau hilang. Obor yang dipegangnya terlepas begitu saja ke lantai lalu padam.

Perlu beberapa waktu sampai rasa sakit itu hilang. Namun saat itu Richy sudah menyadari bahwa tanduknya tadi pagi, tidak sepanjang ini. Itu berarti setiap saat kepalanya terasa sakit, maka itu pertanda, bahwa tanduknya akan memanjang.

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang