15. RUMAH RICHY

21 7 5
                                    



Musim panas sudah hampir mendekati akhir, angin musim gugur yang sejuk dan kering sudah mulai berhembus. Lembah lauterbrunnen sudah kelihatan menguning karena banyaknya daun-daun setengah kering hampir di seluruh pepohonan yang ada di sana. Siap untuk meranggas pada musing gugur.

Hal itu membawa kekhawatiran di benak kelima sahabat. Bukan karena musim panas hampir berakhir dan waktu bermain mereka akan terpotong. Bukan juga karena udara kering musim gugur yang tidak nyaman dan membuat seluruh tubuh gelisah. Namun fakta bahwa musim panas yang berakhir berarti Arca harus kembali ke Italy lah yang membuat mereka khawatir.

Perasaan mereka sudah sangat terikat dan akrab sehingga pikiran berpisah dengan Arca sangat menggelisahkan mereka. Terutama bagi Arca sendiri. Dia sudah merasa betah dan sayang sekali kepada keempat sahabatnya itu. Namun tetap saja waktu nya di Lauterbrunnen akan segera berakhir.

Perasaan ini tidak terucap namun terasa kental menyelimuti mereka seperti udara dingin pegunungan. Sejuk dan menusuk tulang namun menyesakkan jika terlalu dirasakan.

Jadilah mereka semakin sering bersama. Siang dan malam mereka habiskan bersama tanpa pernah berpisah. Seringnya mereka berkumpul dirumah salah satu dari mereka dan menghabiskan malam bersama dengan menginap. Sepanjang malam dihabiskan dengan saling bergurau dan tertawa.

Hari ini mereka menginap dirumah Richy. Hari ini juga pertama kalinya Arca berkunjung kerumah Richy. Ibunya dan keduabelas kakak Richy histeris begitu melihat wajah Arca yang imut dan menggemaskan.

Tanpa perlu menutup-nutupi rasa kagumnya, mereka semua berhamburan mencubit pipi Arca dan mengacak-ngacak rambutnya seperti seorang kakak kepada adik lelakinya. Arca hanya bisa tertawa dan tersenyum mendapat perhatian dari keluarga Richy.

Namun tidak dengan Richy sendiri. Dia lah yang paling kesal jika kedua belas kakaknya ada yang menggoda Arca.  Jika ada yang akan mendatangi Arca dan berniat mencubit pipinya, Richy langsung menghadang dan merentangkan tangannya di depan Arca seperti tameng.

"Dia tidak suka di perlakukan seperti itu" katanya sambil memasang wajah garang di depan kakaknya.

Namun selalu dibalas dengan tawa kakaknya. " Kalian lucu sekali" dan berakhir Richy yang mendapat cubitan manja dari kakanya. Selalu begitu dan tidak berubah. Richy selalu jadi adik kecil kakak-kakaknya meskipun dia sudah 16 tahun.

"Maafkan kakak-kakak dan ibu ku, mereka tidak bisa menahan diri" begitu yang selalu diucapkan Richy setelah peristiwa seperti itu terjadi.

Dan selalu dibalas Arca dengan "Tidak apa-apa" dan di sambung dengan senyum manis yg menunjukkan lesung pipi di kedua pipi nya itu.

.....

Malam itu dirumah Richy mereka membahas tentang rencana mereka berkemah diakhir musim panas yang berarti tinggal beberapa hari lagi, karena Arca akan pulang ke Italy kurang dari dua minggu lagi. Di temani dengan potongan buah pear da persik serta beberapa jenis buah beri yang baru saja diantarkan ibunya Richy, (Ibu nya kembali mencubit pipi Arca gemas dan mendapat protes dari Richy, hanya dibalas dengan mengacak-ngaccak rambut Richy di akhir) mereka membahas rencana itu.

"Apakah kita akan berkemah di tempat yang sama?" tanya Evan pertama kali.

"Aku rasa disitu tempat yang sangat pas. Tidak ada yang dapat menyaingi pemandangan pagi di situ" sambung Ilunga. Diikuti gumaman setuju ketiga temannya yang lain.

"Aku rasa disitu memang sudah pas. Tidak jauh dari hutan namun tidak ada naungan pohon sehingga saat malam kita bisa menikmati bintang di langit tanpa ada apapun yang menghalangi." Arca menambahkan

Richy hanya diam saja, sejak awal dia sudah ingin membatalkan rencana berkemah itu karena beberapa hal yang membuatnya gelisah. Yang pertama adalah tentang mimpi. Mimpi itu sendiri sudah sangat aneh ditambah lagi bahwa dia dan Arca bermimpi tentang hal yang sama. Sulit berpikir positif tentang apa yang mungkin diakibatkan dari mimpi aneh yang dialami lebih dari satu orang.

Yang kedua adalah tentang mitos yang di sebutkan Ayah Evan tempo hari lalu. Pikiran itu tidak pernah menghilang dari kepalanya. Terus menerus dipikirkan setiap dia bebas dan teggelam dalam pikirannya sendiri.

Perasaan itu membuatnya gelisah dan ingin saja memberitahukan keempat sahabatnya itu. Namun selalu di urungkan. Lagi pula, dalam mimpi  itu, dikatakan kalau dia harus menepati janji. Entah apapun maksudnya namun pemikiran tentang inilah yang membuatnya membiarkan teman-temannya untuk melanjutkan acara berkemah.

Mungkin maksud mimpi itu adalah bahwa dia harus menepati janji membawa mereka berkemah sekali lagi. Dan dengan perkemahan ini berarti janjnya telah selesai.

Pemikiran ini sedikit menenangkan. Dengan keyakinan bahwa dia melakukan hal yang benar, Richy melanjutkan merancang rencana berkemah bersama keempat sahabatnya.

Malam semakin larut, rumah Richy dan seisinya sudah senyap tenggelam dalam mimpi-mimpi indah masing-masing. kecuali bagian loteng yang merupakan kamar tidur Richy. Loteng yang luas itu seluruhnya dijadikan kamar tidur untuknya.

Meskipun hanya tersedia satu tempat tidur ukuran sedang dan beberapa lemari yang berisi mainan masa kecilnya. Serta barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi.

Mereka berlima tidur berhimpit-himpitan di lantai. Berlapis-lapis selimut tebal untuk menghalau dingin dan saling menghangatkan dengan tubuh masing-masing.

Semuanya masih terjaga, bersemangat menghabiskan malam bersama tanpa terlewatkan. Bahkan jika mereka harus tidak tidur semalaman. Semua cerita, canda dan tawa pecah malam itu. Meskipun kantuk sudah menyerang sedari tadi, namun mereka semua enggan untuk beranjak tidur. Karena takut untuk menyia-nyiakan waktu mereka bersama yang tersisa sedikit lagi.

Namun saat fajar hampir menyingsing, mereka semua sudah terlelap. Dengan tubuh yang kelelahan namun hati yang penuh dengan kebahagiaan yang meluap-luap.

Mereka mengakhiri hari dengan kebahagiaan, menghargai selagi itu masih ada.






Uwu banget Arca sama Richy~
Aku jadiin foto arca sebagai cover part karena dia uwu, hehe

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang