30. JURANG

15 4 5
                                    


Butuh beberapa hari bagi Richy untuk benar-benar menerima fakta bahwa tanduk kirinya patah. Dan butuh berhari-hari lagi bagi tubuhnya untuk terbiasa akan perubahan itu.

Sampai saat ini, berminggu-minggu berlalu Richy masih bertahan hidup maskipun sumber makanan sudah sangat berkurang. Dia hanya makan tunas rumput yang masih muda dan pucuk-pucuk daun yang sudah mulai tumbuh dari berbagai jenis sayuran yang ada di hutan.

Sesekali Richy berhenti dari segala aktifitasnya dan memandang kosong ke awan. Hari itu langit biru cerah dan udara hangat. Musim semi mulai memudar dan musim panas hampir datang meyapa. Angin sejuk membawa bau harum bunga yang masih bersemi dari puncak gunung.

Richy teringat dulu pernah menikmati suasana seperti ini bersama teman-temannya.

Sudah berapa lama sejak dia bertemu temannya terakhir kali? Ely dan keluarganya pasti sudah mulai mengolah lahan kebun anggur untuk ditanam tahun ini. Richy merindukan saat dimana dia dan teman-temannya ikut membantu keluarga Volvensi menanam anggur di sana.

Evan dan Ilunga pasti sedang bersantai di perpustakaan sambil membaca buku dan memakan cemilan. Richy teringat waktu itu dia dan teman-temannya membersihkan perpustakaan dan menyusun ulang buku-buku di sana. Pekerjaan yang  berat namun sekarang dia merindukannya.

Di sanalah dia mendengar dari ayah Evan tentang kutukan Bintang Terjaga. Seandainya waktu itu dia cukup pintar dan mengindahkan firasatnya untuk tidak berkemah di hutan setelah itu, mungkin saat ini dia dan teman-temannya sedang bersantai di puncak bukit berbaring di tengah taman bunga yang harum semerbak.

Richy bahkan merindukan Arca. Oh apakah Arca sudah kembali ke Italy? Apakah dia akan kembali ke Lauterbrunnen? Mereka hanya berteman beberapa minggu namun dia merindukan Arca seperti merindukan Ely, Ilunga dan Evan.

Oh dan dia sangat merindukan keluarganya. Entah kenapa hal ini membuat dadanya sakit dan air matanya menetes dari ujung matanya. Dia sangat meridukan kakak-kakaknya, dia merindukan ayah ibunya dan dia merindukan kakek neneknya. Dia bahkan merindukan sapi-sapi yang biasa diperahnya setiap pagi.

Hari sangat cerah waktu itu, namun hatinya bergemuruh dalam badai.

Hal ini seringkali membawa perasaan buruk dalam kepalanya. Beberapa kali pernah terlintas untuk menyakiti diri demi mengalihkan perasaan kesepian yang menggerogoti hatinya. Bukan sekali dua kali Richy berfikir untuk mengakhiri hidupnya, namun akal sehat mencegahnya untuk melakukan itu.

Suara tawa Ilunga dan Evan, senyum dingin Ely, bahkan kepolosan Arca, Richy sangat merindukan itu. Terkadang semua kejadian menyenangkan bersama mereka terlintas jelas di kepalanya seperti baru saja terjadi.

Kenangan masa lalu, rasa cinta pada keluarganya dan bahagia yang dulu pernah ada yang menariknya menjauh dari jurang itu, beberapa jengkal sebelum dia jatuh.

Richy tidak tahu, sampai kapan hal itu bisa menyelamatkannya, karena kian hari, jurang itu terasa semakin dekat dan kenangan-kenangan manis itu terasa semakin buram.

Hari semakin sore, dan Richy belum beranjak dari tempatnya semula. Sampai akhirnya langit bertambah gelap dan malam pun datang, Richy mulai bangkit dan membereskan barang-barangnya.

Di perjalanan pulang, hujan mulai turun. Diawali dengan gerimis kecil sampai akhirnya hujan lebat datang. Namun gubuknya sudah tidak jauh lagi jadi Richy enggan untuk berteduh dan memilih melanjutkan perjalanan menerobos hujan.
Richy berlari sambil memeluk keranjang kecil berisi barang-barangnya, sampai akhirnya....

"AAAAHhhhhhhhh...." Richy terpeleset dan jatuh. Keranjang dan isinya berserakan di lantai hutan yang mulai tergenang air.

Karena lantai hutan yang licin, Richy terseret sampai jauh sekali menuruni bukit. Dia terhenti karena tanduknya tersangkut pada sebatang pohon tua bercabang yang tumbang dan melintang setinggi kepalanya.

Tanduknya tersangkut di situ, di antara cabang pohon itu.

Richy berusaha melepaskan tanduknya dari sana, namun susah sekali karena pohon itu seperti menjepit tanduknya. Akhirnya dia memiringkan kepalanya dan tanduknya bergeser sedikit. Kemudian Richy menyentak kepalanya ke kiri dan "Krakkk" suara retakan terdengar begitu dekat di telinganya.

Akhirnya tanduknya lepas dari batang pohon itu. Meskipun kepalanya sedikit sakit sekarang.

Suara retakan itu begitu dekat, dan menyadarkan dia akan sesuatu.

Apakah sebaiknya dia patahkan tanduknya yang satu lagi? Toh dia masih bisa hidup tanpa tanduk.

Tapi apakah dia bisa dengan sengaja mematahkan tanduknya? Tanduk sebelumnya patah karena perkelahian dan rasanya sangat menyakitkan. Mungkin adrenalinnya saat itu yang menjaganya tetap hidup. Apakah kali ini dia akan seberuntung itu?

Richy enggan untuk bertaruh pada hal yang tidak pasti. Resikonya bisa saja akan mengahiri hidupnya.

Tapi, bukankah hal itu yang memang diinginkannya sejak tanduknya tumbuh? Lagipula tidak ada yang mencintainya.

Tidak!!! Keluarganya menunggu dia di rumah dan teman-temannya masih berharap Richy untuk pulang.

Oh tunggu!!! apakah dengan dia mematahkan tanduk itu, dia justru bisa kembali ke Lauterbrunnen dan bertemu lagi dengan keluarga dan teman-temannya?

Apakah itu mungkin???

Dengan ragu, Richy mendekati cabang pohon itu lagi. Mengalirkan jarinya di sana dan menelusuri kulit pohon yang mulai mengering dan retak.
Apakah ini mungkin saja adalah jalannya untuk pulang?

Entah apa yang membawanya ke sana, tapi  Richy mulai menautkan tanduknya diantara dua batang pohon itu. Masih enggan namun tidak berhenti merapatkan tanduknya semakin rapat di sana.

Lalu dia berhenti, dan perasaan ragu itu hilang. Richy mulai memiringkan kepalanya dan mencoba menyentak secara perlahan.

Tentu saja tidak ada yang terjadi. Rasanya seperti mencoba menggigit jari secara sengaja. Tubuh akan otomatis mencegah kita untuk melakukannya. Apakah mungkin seorang manusia mampu menggigit jarinya sampai putus?

Tapi dia tidak berhenti di sana. Richy mulai mengerahkan tenaganya untuk menyentak tanduknya agar segera patah. Tapi tetap rasanya hanya seperti menggesekkan tanduknya di sebatang pohon. Tidak ada yang terjadi.
Richy mulai frustasi, dan ada niatan untuk membatalkan rencananya. Tapi tanduknya sudah tersangkut terlalu dalam dan mustahil untuk dilepaskan.

Dia kembali melanjutkan usahanya. Kali ini kepalanya dipenuhi oleh ingatan akan keluarga dan teman-temannya. Dan itu memberinya kekuatan dan keberanian untuk melanjutkan.
"AAAAAAHHHHHHHHH"..... Richy menjerit sambil berusaha mencabut kepalanya dari tanduk besar sialan itu. Namun dia masih menempel di sana.

"AAARRGGHHHHHH" Richy mulai menggeram dan keringat sebesar bisi jagung membasahi seluruh tubuhnya. Badannya terasa panas meskipun seluruh tubuhnya diguyur hujan yang sejuk dan dingin. Uap hangat keluar dari tubuhnya yang terasa panas terbawa angin malam.

Sampai akhirnya "Crtakkk" disambung oleh jeritan kuat " AAAAAAAHHHhhhhhh......."
Kuat sekali sampai burung-burung yang sedang berteduh di sarang di atas pohon menyahuti suara penuh siksa itu dan terbang menerobos hujan, tak sanggup menanggung beban yang dibawa suara itu.

Bagaikan nyanyian penderitaan. Suara yang berisi rasa sakit, siksaan, dan depresi, didengar oleh penghuni hutan malam itu. Mereka menjadi saksi akan jiwa yang selama ini berjuang melawan musuh dalam dirinya sendiri. Dan malam itu, perjuangannya selesai.

Lalu semuanya senyap, dan semuanya gelap...


Some people have experienced depression
We don't know how close they are to the point when they want to kill themselves to end the pain
We just don't know
So be kind

Richy begitu dekat dengan "jurang" itu
No one is strong enough to go through what Richy through

I Love You Richy❤️

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang