12. MANGSA

56 7 6
                                    

"Dari mana kau tau?" tanya Richy begitu dia membuka matanya.

"Aku memimpikannya juga" kata Arca setengah berbisik.

"TIDAK MUNGKIN" Richy kehilangan kontrol suaranya sehingga setengah menjerit.

"Sssshhhh,,, kau akan membangunkan mereka" Arca sedikit panik sambil menyentuhkan telunjuk ke bibirnya mengisyaratkan untuk diam.

Perlahan, ketiga teman-temannya membuka mata. Tidak seperti Richy (yang menurut penuturan Arca, bergetar hebat sesaat sebelum bangun pagi itu) Ely, Ilunga, dan Evan bangun dengan damai. Mereka berdua hendak bertanya tentang mimpi mereka kepada ketiga temannya itu, namun dengan kesepakatan yang tak terucap, mereka mengurungkan niat tersebut.

Keheningan canggung menyelimuti mereka seperti asap tipis,. Enggan untuk menghilang meskipun pagi baru saja datang. Arca dan Richy yang duduk berhadapan dengan ketiga teman yang berbaring sejajar seperti tumpukan ikan panggang sungguh aneh untuk dipikirkan, namun kecanggungan tidak juga memudar.

"Selamat pagi, apa yang kalian bicarakan? Posisi itu terlihat aneh hahaha" Seperti biasa Ilunga yang memecah keheningan.

"Tidak ada, aku baru saja membangunkan Richy dan hendak membangunkan kalian." Arca menjawab dengan cepat. Dia masih belum terbiasa dengan panggilan 'Richy" tapi kata itu terasa nyaman di lidahnya.

Mereka semua beranjak bangkit dan bersama-sama keluar dari tenda secara bergantian.

Pemandangan di depan mereka kembali membuat napas bocah-bocah lelaki itu tertahan. Puncak pegunungan yang putih bersih diselimuti salju seperti porselein bergerigi besar bagaikan gigi hiu yang berbatasan dengan cakrawala, cahaya matahari yang kemerahan dari arah timur menyelimuti puncak-puncak pegunungan itu laksana sapuan kuas seniman handal.

Pucuk-pucuk dedaunan dan rumput di bawah kaki mereka berkilauan bagaikan ribuan butir berlian yang dihamparkan di seluruh hutan. Akibat dari uap air yang mengembun karena udara dingin subuh tadi. Ditambah dengan pantulan sinar matahari pagi menjadikan warna-warna yang indah seperti diluar imajinasi manusia.

Kicauan burung dan segala jenis hewan yang baru terbangun bagaikan nyanyian di telinga mereka, mengusir kesunyian yang terjadi seperti sekawanan merpati yang berhamburan menghindari hujan. Hutan baru saja terjaga, bersiap melewati satu hari lainnya untuk bertahan hidup, menjaga kehidupan di lembah Lauterbrunnen untuk terus berlangsung.

Di pinggiran hutan sana, sekilas Richy melirik sepasang tupai yang berlari-lari kasmaran dari satu pohon ke pohon lainnya. Sesekali berhenti di batang pinus dan mengambil buah yang berbentuk seperti corong eksrim yang tergantung di salah satu ranting.

"Wow" Ely yang pertama kali berguman. Diikuti ketiga temannya yang lain.

Meksipun sudah berminggu-minggu kenal Ely, Arca belum terbiasa dengan suaranya sehingga tiap kali Ely berbicara, selalau terasa asing di telinganya.

"Apa yang kita lakukan hari ini? Apakah kalian..."

"Aku lapar, ayo kita menyiapkan sarapan." Ilunga langusng memotong perkataan teman baiknya Evan.

"Aku baru saja akan bertanya, Ilunga" balas Evan kemudian.

"Hanya tersisa keju, roti, dan beberapa kantung susu, Apakah kalian ingin memasak sisa sayuran tadi malam? Kita tidak punya daging" Richy menjawab Ilunga sambil mengingat-ngingat persediaan makanan mereka.

"Aku membawa busurku, sebenarnya itu untuk berburu beruang, tapi apakah kalian mau makan sesuatu yang lain? Aku bisa berburu kelinci atau ayam liar disekitar sini" Ely memberi usul. Yang langsung saja disambut semangat oleh keempat temannya.

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang