17. THE SLEEPING STAR

15 6 1
                                    

Suasana sunyi, mencekam dan menyeramkan. Mereka semua panik mendapati tidak adanya cahaya lain yang menerenagi mereka selain api unggun yang berkobar rendah di depan mereka. Bahkan suara jangkrik dan serangga malam tidak lagi terdengar. Sunyi sekali, sampai suara detak jantung terdengar seperti gendang yang dipukul di telinga mereka.

Hutan seperti mati. Tidak ada kehidupan. Hanya wajah mereka yang saling menatap satu sama lain yang menjaga keyakinan mereka bahwa semua yang sedang terjadi adalah kenyataan dan bukan mimpi. Semua hanya bergeming untuk beberapa waktu. Tidak ada yang berani bergerak sedikitpun. Bahkan untuk memalihkan wajah saja mereka lakukan sepelan mungkin.

"Sebaiknya kita tidur" Richy memulai. Sedikit terkejut mendengar suaranya yang sangat rendah. "Besok pagi kita akan bergegas kembali ke desa" sambungnya kemudian. (itupun jika pagi masih ada. Siapa yang tahu kapan kegelapan ini akan berakhir) pikirnya dalam hati.

Tanpa ada yang menjawab, mereka mulai beranjak satu persatu. Masuk ke tenda secara bergantian. Dan langsung menutupi diri dengan selimut yang mereka bawa.

Saat Arca beranjak mendekati api dan kemudian meraup pasir dengann tangannya untuk mematikan api, Richy menahan tangannya.

"Sebaiknya biarkan itu menyala" katanya.

Arca hanya membuat gerakan seperti mengangguk kecil. Kecil sekali sampai hampir tidak dilihat Richy. Kemudian dia membuang kembali pasir yang ada di tangannya dan menepuk-nepuknnya di sela pahanya untuk menghilangkan debu.

"Aku takut" kata nya pelan. Sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak ada hal buruk  yang akan terjadi" balas Richy. Sambil merangkul bahu Arca erat, dia menggiring Arca ke tenda tempat ketiga temannya sudah nyaman di balik selimut mereka.

Semuannya membisu. Meskipun mereka sudah nyaman dibalik selimut, namun berjam-jam kemudian tidak ada yang tertidur. Semua tenggelam dalam pikirannya masing-masing. sibuk mencerna apa yang baru saja terjadi. Dan masih bingung menentukan apakah semua ini nyata atau hanya hayalan mereka saja.

Api unggun sudah mati berjam-jam yang lalu. Jika pagi akan datang, seharusnya matahari akan terbit beberapa menit lagi. Namun tampaknya hal itu tidak akan terjadi. Hutan masih gelap gulita. Dan malam masih pekat bagaikan tinta.

Hati mereka diliputi perasaan takut yang teramat sangat. Takun akan apa yang sedang terjadi sehingga mereka tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Semuanya gelisah dengan pikiran masing-masing.

Richy pun ikut memperhatikan keempat teman-temannya. Ely hanya diam dengan tatapan dinginnya namun setelah berteman dengannya selama belasan tahun membuatnya tahu apa isi hati anak itu. Wajahnya berhasil menutupi ketakutannya tapi Richy selalu bisa melihat kebalik matanya. Ely takut.

Sedangakan Arca tidak sama sekali menutupi ketakutannya. Dari tadi dia tidak bisa berhenti bergerak gelisah mengubah posisi tidurnya dari miring ke kiri, kemudian terlentang dan tak lama mengubahnya lagi menjadi miring ke kanan. Terus seperti itu semenjak mereka masuk kedalam tenda.

Ilunga terus-terusan menghembuskan napas kasar. Menghela napas dengan bosan karena tidak bisa tidur sama sekali dan juga kesal karena tidak bisa menghilangkan pikiran itu dari kepalanya. Ilung lebih seperti kesal ketimbang takut.

Hanya Evan yang terlihat tegar. Meskipun dia yang bertubuh paling kecil dan berpostur mini, tapi anak ini tak kenal takut.

Sedangkan Richy sendiri sadar, dirinya nyaris histeris menyadari apa yang akan terjadi. Apakah mitos itu benar? Apakah kebun-kebun akan gagal panen? Tapi hujan turun normal tahun ini. Apakah makhluk-makhluk menyeramkan akan muncul besok? Tapi mereka masih di hutan sekarang.

Apakah akan ada hal mengerikan yang akan terjadi? Semua terasa berkecamuk dikepalanya. Mulai dari mimpi yang mucul saat kemah sebeumnya, tentang janji yang dikatakan mimpi itu dan tentang ancaman kematian yang di dapat dalam mimpi Arca.

Tentang mitos yang dikatakan Ayah Evan. Tentang bintang yang terjaga. Malam ini gelap sekali sehingga bintang lebih seperti tidur bukannya terjaga. Atau mungkin lebih pantas disebut mati? Aaaahhh Richy hampir gila hanya karena memikirkan itu semua.

Lagi pula hal yang terpenting sekarang apakah pagi akan datang? Sudah hampir pagi tapi tidak ada tanda-tanda matahari akan muncul. Dia berjanji pada dirinya sendiri jika dalam setengah jam matahari tidak terbit maka dia akan mengajak teman-temannya pulang meskipun masih gelap gulita.

Tepat setelah harapannya hampir habis, nyaris diujung tebing harapan yang mungkin akan ditinggalkannya sebelum dia terjatuh di jurang putus asa, segaris merah muncul dari arah timur. Kemudian secara perlahan sinar hangat menerpa ujung-ujung pegunungan yang tinggi dengan sinar keemasan yang cantik.

Mereka semua serentak keluar dari tenda dan kembali terpaku.

Garis fajar sinar matahari perlahan turun melewati pepohonan yang tinggi menyinari rumput-rumput yang dipenuni bulir-bulir embun bagaikan ribuan berlian kecil yang berkilauan. Memberikan kehangatan kepada mereka yang diterpa ketakutan sepanjang malam

Memandangi matahari terbit seperti menyelamatkan mereka dari kelamnya malam tadi. Semua ketakutan perlahan memudar, rasa gelisah perlahan luntur mengalir melaui kaki-kaki mereka yang manginjak rumput basah. Setelah malam penuh kegelapan, pagi datang. Memberikan cahaya, harapan, dan cinta.

Kehidupan pun terbagun, dan mereka semua menghembuskan napas lega.

Setelah puas memandangi matahari terbit. Mereka hendak kembali menjalani kegiatan sesuai rencana awal. Namun Richy langsung menolak. Hal ini membuat keempat temannya bingung. Richy hendak menceritakan tentang mitos itu. Namun hati kecilnyya menolak.

Dia hanya mengatakan tidak aman berada di hutan di saat-saat seperti ini. Apalagi kita tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Lagi pula Arca harus bersiap-siap untuk kepulangannya besok. Ada banyak hal yang harus disiapkan.

Mereka pun akhirnya setuju. Dan dengan malas mengemas kembali peralatan berkemah mereka.

Setelah siap, mereka sama-sama menuruni pegunungan kembali ke desa Lauterbrunnen.

....

Begitu matahari berada tepat diatas kepala, desa mulai terlihat. Perjalanan tadi adalah perjalanan paling membosankan yang pernah mereka lalui. Mereka hanya diam sepanjang perjalanan masih mecoba mencerna apa yang terjadi. Bahkan Ilunga kali ini membisu dan tidak berkata apa-apa.

Mereka langsung membongkar bawaan mereka di rumah Ely dan mengucapkan selamat tinggal. Sempat berjanji untuk bertemu lagi besok dirumah Arca untuk mengantarnya sebelum kembali ke Italy.

Kemudian melewati rumah Ilunga dan mereka pun berpisah. Sekarang hanya tinggal Arca dan Richy yang berjalan dibawah sinar matahari.

Mereka berdua lelah. Namun rasa penasaran Arca membuncah-buncah. Akhirnya Richy menceritakan semuanya.

Mulai dari mitos itu, keraguannya akan janji dan apa yang mungkin akan terjadi nanti. Tak terasa mereka sampai dirumah paman Arca dan sudah harus berpisah sekarang.

"Berjanjilah kau akan kemari besok untuk mengantarku" kata Arca.

"Aku tidak berani berjanji, tapi akan aku usahakan untuk datang." Balas Richy.

Setelah mendengar cerita Richy tadi, Arca bisa memaklumi perkataan sahabatnya itu, namun dia tetap berharap Richy datang besok.

Setelah mengucapkan selamat tinggal. Merekapun berpisah dan Richy berjalan sendirian menuju rumahnya. Begitu sampai, dia langsung membersihkan diri dan makan siang.

Tubuhnya tidak lelah namun pikirannya terasa terlalu penat dan penuh sehingga dia butuh istirahat, pikirnya. Dia butuh tidur.

Dia pun naik ke kamarnya dan mencoba tidur. Setelah beberapa lama berbaring diam, perasaan aneh mandatanginya. Dia... merindukan teman-temannya.

Setelah itu, dia tertidur.




~

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang