8. ANAK BARU

34 9 4
                                    

Rutinitas seperti biasa kembali dijalani Richy pagi hari itu. Dengan langkah teguh menepis perasaan lelah karena kurang tidur semalam. Perasaannya terus dihantui dengan fakta bahwa pagi ini dia akan mengajak Arca menemui teman-temannya. Bergabung bersama mereka untuk berpetualang menelusuri lembah Lauterbrunnen bersama-sama.

Segera setelah menyelesaikan tugasnya memerah susu sapi bersama kakak-kakaknya, Dia langsung bergegas ke halaman depan rumah untuk sarapan bersama keluarga besarnya. Roti Zopf sudah tersedia di atas meja makan bersama dengan keju dan susu segar. Menggugah rasa laparnya setelah bekerja sejak awal pagi.

Setelah mencium Ibu dan ayahnya, Richy duduk bersama mereka dan mulai melahap makanannya dengan semangat. Mengisi tenaganya pagi ini untuk petualangan yang menunggu bersama teman-teman kesayangannya. Dan Arca tentu saja yang telah diundangnya untuk ikut bersama mereka.

"Apakah kau sudah bertemu dengan keponakan tetangga kita Mr. Micalio, Richy? Tadi malam dia berkunjung dan mengatakan kalau keponakannya baru sampai kemari dua hari yang lalu." Ibunya memulai pembicaraan sambil menuangkan teh bunga Krisan di cawan yang dipegang suaminya, ayah Richy.

"Sudah, kami bertemu dengannya kemarin si bawah air terjun Dionisa." Jawabnya singkat sambil terus mengunyah roti Zoph sambil sesekali mencelupkannya ke dalam susu hangat.

"Apa yang kau lakukan sejauh itu Richy? Dan bagaimana kau bisa bertemu dengannya di sana? Dia baru disini dan bagaimana dia bisa sampai kesana sendirian?" Ayahnya tekejut dan menderunya dengan pertanyaan bertubi-tubi. Namun dengan suara yang lembut dan ramah

Anggota keluarga yang lain hanya ikut mendengarkan sambil menikmati makanan masing-masing. Sesekali berbicara dengan anggota keluarga di sebelahnya.

"Aku juga tidak tau. Dia bilang hanya berjalan-jalan dihutan melihat-lihat tumbuhan dan bunga dan tanpa sadar sudah sampai ke air terjun itu." Jawab Richy lagi.

"Bagaimana dia bisa memanjat bukit batu sendirian? Dan kau belum menjawab pertanyaan ayah tentang apa yang kau lakukan sejauh itu?" Ayahnya bertanya lagi dengan nada ramah yang sama dan terlihat kekagetan sudah memudar dari wajahnya.

"Aku dan teman-temanku ke sana untuk mencoba meminum langsung airnya. Ku dengar itu sangat manis. Dan Arca ke sana sendiri karena dia sangat ahli memanjat tebing. Dia juga mengajari kami beberapa trik." Richy kembali menjelaskan.

"Jadi kalian sudah membuktikan sendiri ya? Airnya memang benar manis. Waktu ayah seusiamu, Ayah juga pernah mencoba meminumnya dan rasanya benar-benar manis asalkan kau meminum langsung airnya dan bukan dari kolam." Ayahnya menambahkan.

"Jadi namanya Arca? Apakah dia tampan?" Edna kakak sulung Richy menyambung pembicaraan.

"Tidak setampan aku.." Jawab Richy santai. Di balas tatapan mengejek dari kedua belas kakaknya.

"Hahaha..., Tapi dia sangat manis. Dia punya dua lesung pipi saat tersenyum dan dia juga pandai memanjat tebing. Dia juga pintar. Kurasa dia akan cocok dengan Evan." Richy kembali menambahkan.

"Kau harus mengajaknya berkunjung kemari sesekali. Ajak juga Evan, Ilunga dan Ely. Ibu sudah lama tidak melihat mereka." Perkataan ibunya dibalas anggukan mantap dari Richy.

Ibunya sudah mengenal ketiga sahabatnya dengan baik. Setiap mereka berkunjung, Ibunya akan memotong buah persik dan pir dan mengantarkannya ke kamar Richy yang ada di atas loteng bersama dengan beberapa jenis buah beri.

Biasanya mereka akan bermain dan tertawa terbahak-bahak di kamar Richy sampai-sampai terdengar ke lantai bawah. Keluarganya yang mendengar tawa itu tidak bisa melakukan apapun, selain ikut tertawa merasakan kebahagiaan mereka.

Segera setelah selesai sarapan, Richy langung bergegas meninggalkan rumahnya dan beranjak kerumah Arca. Sesampainya disana, tenyata Arca sudah menunggu di depan rumah pamannya sambil duduk di anak tangga yang menuju ke teras rumah pamannya.

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang