9. KATA PERTAMA ELY

24 8 2
                                    

Sinar matahari musim panas memancing peluh-peluh menetes diwajah anak-anak remaja di tengah hutan Lauterbrunnen. Semangat petualangan untuk menghabiskan waktu musim panas mereka dengan menjelajahi alam liar membuncah-buncah diantara bocah-bocah lelaki itu.

Sepanjang hari itu mereka habiskan dengan berjalan-jalan dihutan, mencari ikan disungai dan membakarnya di tepian sungai untuk makan siang.  Tentu saja yang mencari ikan selalu Ely, Evan dan Ilunga yang membuat Api unggun dan Richy yang memanggangnya. Namun, karena ada Arca, tugas menangkap ikan hari itu pun diemban oleh dua orang.

Mereka terkagum-kagum melihat Arca dengan lihai menombak ikan-ikan disungai yang disambut dengan pekik kegirangan oleh Richy, Ilunga dan Evan yang menunggu di pinggir sungai. Berbagai jenis ikan berhasil mendarat dengan selamat di tangan-tangan lapar milik Richy, Ilunga dan Evan. Ada salmon, trout, dan banyak ikan lain yang berhasil mereka tangkap.

Tentu saja Arca menangkap ikan lebih banyak dari Ely dan hal itu membuat Ely semakin jengkel dan berang.

Namun Ely tidak menunjukkan hal itu baik melalui perbuatan ataupun perkataan. Bahkan ekspresinya pun tetap datar dan dingin seperti yang selalu dipandang Arca. Tapi aura yang dipancarkan membuat susana diantara mereka yang awalnya dingin, menjadi beku dan membuatnya mengigil.

Setelah makan siang yang mengenyangkan itu (Ilunga menghabiskan setengan lusin ikan salmon sendirian) perjalanan dilanjutkan dengan mendaki gunung sampai ke dataran tinggi. 

Namun butuh perjuangan panjang untuk sampai ke dataran itu. Perlu mendaki berjam-jam untuk sampai kesana. Di perjalanan, Ilunga tidak henti-hentinya berbicara dan sesekali diselingi dengan frasa "Aku lapar" andalannya. Padahal dia baru saja menyantap sendiri hampir separuh ikan yang mereka tangkap.

Arca dengan antusias memperhatikan Ilunga yang sedang berbicara. Semua hal mulai dari kecil dan besar dilibas habis oleh Ilunga.

"Orang jaman dulu menggunakan konstalasi bintang  untuk menentukan Arah mata angin. Untung saja aku hidup setelah kompas diciptakan. Begitu sulitnya menengadah ke langit dan mencari pola tertentu untuk mencari arah. Bukankah mereka semua terlihat sama?"

"Apalagi jika kita berjalan di hutan yang penuh dengan pepohonan, bagaimana kita bisa melihat bintang jika langit di tutupi bayangan pepohonan?" sambungnya lagi

"Dan sungguh sulit menentukan konstalasi bintang tertentu dan mengingatnya sepanjang waktu hanya untuk menentukan arah."

"Aku tau konstalasi bintang dasar" potong Arca.

Semua mata terhenti dan tertuju padanya. Membuat pipinya menjadi kemerahan karena jadi perhatian secara tiba-tiba.

"Secara teori atau kau benar-benar bisa menentukan arah mata angin dengan bintang?" Tanya Evan.

"Hanya sedikit. Tapi kurasa itu cukup untuk menjagamu dari tersesat. Aku akan mengajari kalian nanti." Janjinya lagi.

Perjalanan dilanjutkan, Ilunga terus berbicara tentang segala hal. Asal-usul manusia, bagaimana bisa manusia mendominasi bumi, kenapa manusia punya ciri fisik yang berbeda? Warna rambut berbeda, warna mata berbeda, dan juga warna kulit berbeda.

Dia juga bertanya kenapa manusia tidak bertelur saja? Pasti proses persalinan bisa dilakukan lebih tenang dan tidak sakit.

Teman-temannya hanya menanggapi dengan tawa dan sesekali komentar lucu. Membingungkan mengetahui fakta bahwa Evan yang selalu membaca buku sedangkan Ilunga yang sepertinya tau segalanya.

Oh dan dia juga berkata kalau air yang kita minum ini lebih tua daripada matahari. Mereka tidak percaya dengan perkataan Ilunga. Karena Evan sendiri pun belum pernah mendegarnya.

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang