7. KEPUTUSAN

34 8 3
                                    

"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya" Richy memulai percakapan setelah perkenalan singkat yang diwakilkan oleh Ilunga tadi.

"Aku  memang bukan orang Lauterbrunnen. Aku dari Italy" Jawab Arca santai.

"Wow itu jauh sekali. Dimana kau tinggal?" kali ini Evan yang bertanya.

"Rumah pamanku. Keluarga Micalio"

"Bukankah itu dekat rumahmu Richy?" Ilunga menjawab spontan dan hanya dijawab dengan anggukan singkat oleh Richy.

"Apa yang kau lakukan sampai sejauh ini dari desa? Dan bagaimana kau bisa sampai kemari sendirian? Apakah kau tersesat?" Sambung ilunga lagi tanpa memberikan kesempatan Arca untuk menjawab.

"Aku hanya berjalan-jalan di hutan. Lalu aku terus berjalan sampai aku mendengar suara  air terjun dan akhirnya aku memanjat bukit itu dan sampai kemari. Aku baru saja hendak pulang saat kita bertemu." Arca menjawab sambil sesekali menunjuk bukit tempat dia memanjat tadi.

"Kami juga akan pulang sekarang, hari sebentar lagi gelap. Apakah kau mau berjalan bersama kami?" Richy menambahkan.

"Tentu saja" balas Arca singkat.

Dan merekapun berjalan bersama menuju ke bukit yang tadi. Perlahan-lahan, mereka turun secara bergantian dan berurutan dari atas bukit melalui batu besar tersebut.

Seperti awal mereka memanjat, Evan kesulitan untuk melakukannya karena kaki dan tangannya yang kecil. Teman-temannya pun kembali membantu Evan untuk turun melangkah hati-hati melalui celah-celah sempit di batu besar tersebut.

"Evan, jika kau kesulitan menuruni bukit ini, mungkin karna kau menumpukan beban tubuhmu sepenuhnya pada tangan-tangan mu. Hal itu bisa membuatmu cepat letih dan berbahaya jika kau terpeleset. Gunakan punggungmu. Saat kau hendak turun, luruskan tangan mu dan berusaha mencapai celah selanjutnya dengan kaki mu dan tetap bertumpu pada punggungmu. Mungkin itu bisa membantu." Arca berkata lancar tanpa beban disambut dengan pandangan heran oleh keempat teman barunya.

"Cobalah Evan." Ilunga menyambungkan.

Evan melakukan instruksi sesuai apa yang dikatakan oleh Arca tadi dan ternyata itu sangat mudah. Pergelangan tangan Evan tidak terlalu sakit dan bahunya jadi lebih relax.

"Wow kau benar-benar hebat dalam hal memanjat tebing. Pantas saja kau mudah sekali memanjat dan menuruni bukit batu ini dengan mudah sendirian." Kata Evan saat mereka sudah sampai ke tempat yang datar.

"Di italy, aku sering melakukannya. Aku tidak tahu banyak tapi senang bisa membantu." Arca tersenyum lebar menampilkan lesung pipi di kedua pipi nya.

"Terimakasih" Tambah Evan.

Mereka pun melanjutkan berjalan menuju ke desa sambil berbincang-bincang ringan.

Langit sore sudah mulai gelap menampilkan lembayung ungu di ujung cakawala. Terhalang bayangan pohon-pohon pinus yang perlahan memudar menyatu dengan redupnya senja.

Serangga-serangga malam mulai keluar dari tempat persembunyiannya. Menimbulkan suara-suara alam yang menenangkan dan mengisi keheningan awal malam itu.

Pucuk-pucuk daun pohon Trembesi/Ki Hujan sudah mulai menguncup mengistirahatkan metabolismenya setelah lelah berfotosintesis seharian. Bersiap untuk tidur di malam singkat musim panas yang bermandikan cahaya bintang-bintang yang bertaburan di atas langit Lauterbrunnen yang megah dan menawan.

Setelah berjalan cukup lama akhirnya mereka mulai memasuki kawasan perumahan Lembah Lauterbrunnen. Rumah Ely yang pertama kali karena rumahnya berada di pinggir desa.

Setelah mengucapkan ucapan Selamat tinggal dan janji untuk bertemu besok hari. Mereka berpisah di persimpangan rumah Ely. Ketiga temannya dan satu anak baru tersebut melanjutkan perjalanan mereka kerumah masing-masing.

Kemudian sampailah mereka semua kerumah Ilunga yang besar. Evan bergabung bersama Ilunga untuk mengunjungi rumahnya malam ini. Setelah mengucapkan selamat tinggal, mereka berpisah dan melajutkan perjalanan.
Tinggallah Richy dan Arca berdua. Karena rumah mereka berada di ujung barat lembah Lauternbrunnen maka mereka perlu berjalan agak jauh untuk sampai kerumah masing-masing.

"Aku harap kau maklum dengan sikap dingin Ely. Dia sulit terbuka pada orang baru. Aslinya dia sangat hangat dan menyenangkan. Jika kau sudah mengenalnya lebih jauh tentu saja." Richy berkata untuk mengisi kekosongan diantara mereka.

"Aku kira awalnya dia tidak menyukai ku hahaha." Tawa lega Arca membalas perkataan Richy  tadi.

"Tidak. Dia hanya belum menyukaimu. Dia akan terbuka setelah cukup lama saling mengenal." Tambah Richy.

"Bagaimana dengan Ilunga dan Evan? Apakah rumah mereka berdekatan?" Tanya Arca kembali.

"Tidak terlalu, namun mereka sering sekali bersama. Rasanya jika kau menemukan Evan, maka pasti disana ada Ilunga dan sebaliknya."

"Sepertinya mereka sangat dekat satu sama lain."

"Kau benar, mereka sangat dekat."

Dengung suara kumbang dan serangga malam lainnya mengisi kesunyian diantara mereka. Lentera-lentera minyak dari rumah-rumah di sekeliling jalan yang mereka lalui menyinari wajah mereka masing-masing. Menciptakan bayangan yang bergerak-gerak mengikuti langkah kaki mereka yang teratur.

"Aku harap aku bisa mengenal mereka lebih jauh." Tambah Arca setelah jeda yang cukup panjang.

"Apakah kau punya rencana besok?" Tanya Richy

"Sepertinya aku akan berjalan-jalan dihutan dan mencatat di jurnal ku." Jawab Arca

"Ikutlah bersama kami besok. Apakah kau mau?" tambah Richy.

"Tentu saja. Apakah teman-teman mu mengizinkan aku ikut kalian?"

"Tentu, itu tidak jadi masalah. Jurnal apa  yang kau maksud tadi?" Tanya Richy lagi.

"Hanya jurnal buatanku sendiri. Berisi jenis-jenis tanaman baru yang kutemui. Ini dia.." Seraya mengeluarkan jurnal kesayangannya dan menyerahkannya kepada Richy.

"Wow sepertinya kau sangat menyukai tanaman." Setelah membuka sedikit jurnal milik Arca, Richy lalu mengembalikan Jurnal tersebut ke tangan Arca.

"Kau benar, aku ingin sekali menjadi ilmuan." Tambah Arca seraya memasukkan kembali Jurnalnya ke tas kecil yang tersampir di bahunya.

"Aku rasa kau akan cocok dengan Evan. Dia sangat pintar dan punya perpustakaan pribadi."

"Benarkah? Aku sudah tidak sabar."
Tak terasa mereka sampai ke kediaman keluarga Micalio, Paman Arca. Di depan gerbang pagar rumah pamannya mereka berdiri dan mengucap salam selamat tinggal

"Aku akan menjemputmu besok di sini jam delapan pagi." Kata Richy.

"Terimaksih Recee. Sampai jumpa besok." Balas Arca sembari berjalan mendekati rumah pamannya.

Richy tertegun sejenak mendengar namanya disebutkan. Lalu dia pun beranjak menjauh dari rumah paman Arca dan berjalan menuju rumahnya sendiri. Kebimbangan mengisi kepala Richy saat itu. Dia tidak yakin apakah teman-temannya bersedia kalau Arca bergabung bersama mereka. Di satu sisi, Richy mengira sepertinya Arca adalah anak yang menyenangkan dan baik. Terbukti dari caranya menolong Evan menuruni bukit batu tadi.

Tapi mereka berempat sudah berteman sejak kecil dan selalu bersama dari dulu. Tidak ada yang keluar atau pun masuk kedalam kelompok mereka. Arca adalah yang pertama dan Richy tidak yakin kalau teman-temannya mau menerima Arca. Terutama Ely.

Namun Richy merasakan semacam ikatan dengan Arca. Perasaan aneh seperti sudah lama sekali mereka saling mengenal. Seperti Arca adalah orang asli Lauterbrunnen dan sudah seharusnya mereka bersahabat sejak dulu.
Perasaan itu di tepis jauh-jauh oleh Richy. Tidak mungkin itu terjadi. Arca baru saja datang dari Italy.

Perasaan itu datang lagi. Perasaan bahwa Arca, akan menjadi sahabat terbaik mereka.



Maaf guys agak telat update (╯︵╰,)
Semoga suka yaaa
Jangan lupa vote and comment (づ ̄ ³ ̄)づ

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang