20. EVAN

20 6 2
                                    

Daun-daun mapel yang menguning sudah mulai berubah kecoklatan. Beberapa pohon sudah mulai merontokkan daunnya besiap-siap untuk menghadapi musim dingin. Udara sejuk berhembus dari utara membawa hawa dingin, membekukan beberapa tempat burung-burung mandi di depan pekarangan rumah.

Sudah seminggu semenjak kembalinya Arca dan hilangnya Richy. Selama itu juga pencarian masih dilakukan. Seluruh desa dipenuhi oleh orang-orang yang meneriakkan namanya. Seringkali pencarian dilakukan sampai ke hutan namun orang-orang terlalu takut untuk mencari terlalu dalam ke sana.

Apalagi, hari semakin pendek dan udara semakin dingin sehingga orang-orang sudah mulai enggan untuk melakukan pencarian. Beberapa orang lebih memilih meringkuk di depan perapian dan minum coklat panas. Lagipula, keluarga Livaniel sudah meminta masyarakat untuk menghentikan pencarian, mereka tidak ingin merepotkan seluruh desa.

Selama seminggu ini, Evan hanya menghabiskan waktu siangnya membantu mencari Richy, dan malamnya berkutat dengan buku-buku di perpustakaan ayahnya. Selain itu, dia tidak melakukan apapun.

Hidupya seperti hancur berantakan. Tidak ada gairah dan semangat untuk menjalani hidup. Sesungguhnya masih ada Ely dan Ilunga sahabatnya, tapi sekarang mereka pun seperti menjauh. Mereka belum pernah berbicara semenjak kepergiaan Arca.

Dia merasa Ilunga menghindarinya, bahkan Ilunga belum pernah berkunjung ke rumahnya semenjak hari itu. Sedangkan Ely, dia sedang sibuk mempersiapkan panen anggur di kebun milik keluarganya. 

Sekarang, Evan selalu merasa sendiri. Apalagi, dengan penyakitnya.

Oh ya... Tiga hari yang lalu, ketika Evan bangun dari tidurnya di pagi hari dan selesai mencuci muka, dia melihat pantulan matanya di cermin. Dia menyadari keganjilan kecil pada pupil matanya.

Bulatan pada pupil matanya sudah tidak bulat sepenuhnya, pada pupil matanya seperti ada selaput berwarna hitam yang berbentuk seperti segitiga mengarah ke atas. Hari pertama, keganjilan ini hanya terdapat pada mata kirinya saja, pada hari kedua, mata kanannya juga mengalami hal yang sama.

Bahkan sekarang, selaput hitam itu sudah semakin lebar dan mengerikan. Evan merasa sangat takut akan perubahan ini. Namun dia menyadari tidak ada perubahan berarti pada penglihatannya. Hanya beberapa kali pandangannya seperti buram dan sedikit gelap.

Semenjak hari itu, dia membongkar semua catatan tentang medis di perpustakaan ayahnya. Mencari segala sumber yang bisa membantunya mengetahui penyakit apa yang di alaminya. Namun tetap tidak menemukan apapun.

Keluarganya belum menyadari ini, karena dia menggunakan kacamata.

Hari ini, dia berniat menemui Ilunga. Dan Ely. Entah untuk apa, dia tidak tau. Tapi yang terpenting adalah bertemu dengan mereka. Dia sudah tidak tahan tidak berjumpa degan mereka selama seminggu penuh.

Setelah bersiap-siap dengan mantel dan scarf yang melilit lehernya, Evan melangkah keluar dari rumahnya menuju ke rumah Ilunga. Namun hanya beberapa meter dari sana, langkahnya terhenti...

"Mau kemana kau?" Tanya Ilunga yang berdiri di depannya, lengkap dengan pakaian seperti yang dipakainya. Dia memakai topi penerbang Richy yang  dititipkan padanya.

"Mau ke rumahmu. Kau?" balas Evan sambil tersenyum.

"Kau lihat aku di rumahmu, kau kira aku mau ke perpustakaan? Hahaha yang benar saja! Tentu saja aku mau ke rumahmu." Balas Ilunga lagi. Kali ini sambil  tertawa, kemudian maju beberapa langkah dan memeluk Evan, sahabatnya. Mereka pun berbalik dan mengarahkan langkahnya menuju rumah Evan.

"Kenapa kau memakai topi itu?" tanya Evan sambil lalu. Fokus pada jalan setapak menuju rumahnya.

"Aku hanya merindukannya" balas Ilunga setelah jeda waktu beberapa detik. Sekelebat Evan menangkap perasaan ragu dari mata sahabatnya itu. Seperti ada yang disembunyikan Ilunga?

"Kita semua merindukannya. Aku harap dia  segera kembali. Kau mau coklat panas?" tanya Evan.

"Aku tidak perlu menjawab yang itu, aku juga ingin roti dengan selai kacang. Ayo kita ke dapur" Ilunga langsung berlari menuju dapur seperti rumahnya sendiri. Namun Evan masih berdiri kaku di depan rumahnya.

Dia tau ada yang di sembunyikan Ilunga darinya. Tapi apakah Ilunga sesakit  itu, sampai dia memakai topi Richy ke manapun dia pergi?

"Apakah kau ingat saat kita pertama kali berkemah denga Arca dulu?" Tanya Evan sambil menyeruput coklat panas yang baru dibuat sesampainya mereka di dapur.

"Ya, kenapa tiba-tiba kau membahas itu?" balas Ilunga, sedikit tak acuh.

"Apakah kau bermimpi saat itu?"

Gerakan Ilunga yang sedang meniup-niup coklat panasnya yang berkepul asap langsung terhenti. Dia seperti tersentak karena pertanyaan itu.

"Ya. Kenapa kau bertanya?" Ilunga balas bertanya lagi.

"Karena aku bermimpi aneh. Apa isi mimpimu? Tanya Evan.

"Aku tidak mengerti maksudnya. Aku seperti berada di kekosongan. Dan kemudian.."

"Ada suara rendah dan berat dari dalam kepalamu?" sambung Evan.

"Ya, aneh sekali. Dia berkata 'Duniamu di ujung tanduk, kau akan kehilangan bagian dari dirimu'.." sambung Ilunga

"Kekuranganmu akan teratasi," Sambung evan lago

"Kelebihanmu akan memenuhimu,"

"Entah itu baik untuk mu,"

"Atau malah menghancurkan hidupmu,"

"Pilihan,"

"Ada di tanganmu." Balas mereka bersamaan di kalimat terakhir.

Kemudian sunyi. Tidak ada yang membuka suara. Mereka saling menatap dengan perasaan kalut. Hal ini tidak mungkin terjadi karena kebetulan.

MIMPI MEREKA SAMA.

Entah ini pertanda baik atau buruk, mereka tidak berani mengambil keimpulan sendiri.

"Aku berfikir..." Ilunga membuka suara "maksud mimpi itu 'kita akan kehilangan bagian dari diri kita' adalah Richy dan Arca. Terbukti bahwa sekarang mereka pergi kan?"


"Mereka akan kembali. Aku yakin itu" balas Ilunga.

"Ya tapi bagaimana jika itu kau? Aku tidak akan sanggup kehilanganmu. Kau sahabat terbaikku, Evan."

"Aku tau. Aku juga tak mau kehilangan mu, atau sahabat ku yang lain."

Kemudian jeda lagi,

"Ely," kata mereka serentak.

"Ayo kita temui Ely, aku tidak bisa membayangkan harus kehilangan dia juga." Usul Ilunga.

"Ya, kau benar, ayo kita bersiap-siap." Jawab Evan

Kemudian mereka langsung meletakkan gelas berisi coklat panas yang masih setengah penuh, dan melangkkah keluar menuju rumah sahabat mereka, Ely.



THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang