1. LAUTERBRUNNEN

254 19 5
                                    

Musim panas 1896, Swiss

Keping bunga dandelion pertama pecah dan menebarkan benihnya, berhamburan diterbangkan angin musim panas yang mulai berhembus terlalu awal pagi ini. Terbang ke seluruh lembah Lauterbrunnen, sibuk mencari humus berkualitas untuk berdormansi menunggu musim semi yang akan datang tahun depan.

Suara lonceng gereja membangunkan semua penduduk lembah untuk bersiap-siap menyambut cuaca hangat yang langka. Sebagian bersiap untuk mulai menjemur gandum dan palawija lainnya dari perkebunan asli milik mereka.

Sebagian lagi sibuk menyiapkan sarapan dan memanggang roti Zopf. Roti khas swiss yang dimakan saat sarapan di minggu pagi yang cerah dihalaman rumah sambil menikmati pemandangan air terjun Staubbach yang menawan berkilauan tertimpa sinar matahari dari ujung timur yang perlahan mengintip dari pegunungan Alpen.

Berbeda dengan keluarga Livaniel pagi ini, yang sudah disibukkan dengan anak laki-laki 16 tahun mereka yang sudah lari ke padang rumput setelah menyambar 3 keping roti  Zopf dan langsung menyuapkannya ke mulutnya serta tak lupa sekantung susu sapi yang diperah saat fajar tadi.

Recherche Livaniel, anak laki-laki berperawakan lincah dengan tubuhnya yang tinggi dan ramping berlarian cepat melewati  perdu liar di sekeliling jalan setapak yang kecil. Warna hazel di iris matanya seakan menyatu dengan ilalang yang mulai kering di permukaan tanah, yang beberapa minggu yang lalu masih merupakan padang rumput hijau.

Matanya yang tajam dengan alis mata yang  panjang seperti elf dengan lincah melirik kesana kemari menemukan tempat pijakan baru yang rata dan tidak berbatu, tempat dia meletakkan kaki jenjangnya dengan yakin. Rambut panjang bergelombang yang dibiarkan terurai dibahunya terhempas-hempas ditiup angin selagi dia melesat dengan cepat menuju tempat yang dituju untuk bertemu sahabat-sahabatnya.

Akhirnya, sebuah danau kecil yang berkilau terkena sinar matahari mulai tampak di kejauhan. Danau kecil selebar setengah lapangan bola, dengan air jernih yang dikelilingi pohon-pohon pinus tinggi yang menantang langit. Tempat ketiga sahabatnya sudah menunggu.

“Ku kira kau tak datang Richy” kata Ilunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Ku kira kau tak datang Richy” kata Ilunga.

Ilunga Keenandrio, lelaki dengan mata abu-abu menyapanya pertama kali dari puncak batu besar yang di dudukinya. Dengan kulit kuning langsat eksotis, sangat berbeda dengan orang swiss kebanyakan yang berkulit putih pucat. Meskipun keluarganya merupakan salah satu keluarga tertua di Lauterbrunnen, tapi Keluarga Keenandrio sedikit berbeda dengan penduduk kebanyakan.

Richy yang berkulit coklat juga berbeda karena keluarganya berasal dari selatan meksiko. Yang bermigrasi ke swiss berpuluh-puluh tahun yang lalu dan menjadi peternak sapi.

“Kupikir kau sudah dimakan beruang Richy. Hahaha, mereka sedang mecari makan untuk persiapan musim gugur” Evanesco menambahi.

Evanesco Radithy, lelaki mungil dengan kacamata besar yang menutupi mata hijau emeraldnya itu berdiri disamping batu besar yang diduduki Ilunga. Dia mulai beranjak maju mendekati Recherche.

“Ini baru awal musim panas,  Evan. Beruang mulai lapar di saat-saat seperti ini. Mereka lebih aktif karena suhu tubuh yang meningkat mempercepat metabolisme sehingga mereka lebih agresif. Jika kita bertemu beruang disini, kau tidak mungkin selamat dengan kaki kecilmu itu.” Perkataan Elysian membuat Evan mengurungkan niatnya mendekati Richy dan kembali bersandar di samping batu besar itu.

Elysian Volvensi, anak itu tentu lebih mengenal beruang lebih baik dari kami semua karena sering berburu bersama ayahnya untuk mengisi waktu luang mengurus kebun anggurnya. Rambut abu-abu panjangnya yang selalu dikuncir dengan gaya berantakan dibelakang kepalanya , bergelantungan di leher panjangnya yang putih pucat.

Perawakannya yang seperti peri menjadikan Ely sangat lincah berburu beruang bersama ayahnya setiap akhir musim semi. Dia dan ayahnya berhasil menangkap beruang besar baru-baru ini. Besar sekali sehingga hanya bisa diangkut oleh 14 orang pria dewasa. Ditambah dirinya yang masih berusia 16 tahun.

“Yaah, kalian tahu kan, Ada belasan sapi yang perlu kuperah pagi ini” balas Richy sambil mendekati sahabat-sahabatnya itu. 

“Susu?” tambahnya sambil mengacungkan sekantung susu segar yang dibawanya.

“Ohh yeahh tentu”, dengan kecepatan yang mengejutkan, Ilunga melompat dari batu besar dan menyambar kantung susu dari tangan Richy.

“Keluargamu sangat kaya Ilunga, kau bahkan mampu  memiliki peternakan sapi pribadimu.” Sengit Evan yang kalah cepat mengambil susu dari tangan Richy.

“Tidak ada di di dunia ini.... yang melebihi kesegaran.... susu dari peternakan Livaniel...” katanya perlahan sambil meneguk susu segar itu.

“Yaaa kau benar... sekarang bagianku...” dengan tangannya yang panjang, Ely merebut kantung susu dari tangan Ilunga. Meminumnya sedikit dan memberikannya pada Evan yang sudah menanti dengan mata bayi yang bersinar-sinar.

“Apa yang akan kita  lakukan hari ini? Aku sudah tidak sabar berpetualang di musim panas kali ini... lihat cuaca hangat ini...... hmmmm ahhhhhh..... “ Richy merentangkan tangannya dan berputar sambil menghirup udara pegunungan yang di tutupi hutan pinus.

“Ayo kita berenang...” Ilunga bersemangat mengajak sahabat-sahabatnya berenang. Setelah menanggalkan semua baju di tubuhnya, Ilunga lari ke pinggir danau dan siap melompat.

Namun.... BYURRRRR.....

Elysian sudah duluan menceburkan diri dengan cara melompat, langsung ke tengah danau.

“Bagaimana kau bisa membuka pakaianmu dan sampai ke tengah danau secepat itu Ely?” kata Ilunga yang Tertegun dan urung melompat kedanau..

“Berhenti berpikir dan terjunlah Ilunga.....” kata Richy sambil berlari di sebelahnya dan langsung menyebur ke tengah danau.

“Haha.. Tunggu saja Ri...”

“Yeaahhhhh... Musim panassss...” Byurrrr.... Evan berlari dengan cepat dan memeluk Ilunga dari belakang mendorong tubuh mereka berdua ke tengah danau.

Ilunga yang terkejut hanya bisa memandang kelakuan sahabat-sahabatnya itu. Sudah dari kecil mereka berteman menjadikan masing-masing dari mereka saling mengenal satu sama lain.

Tidak ada rasa tersingung, tidak ada rasa dengki, hanya ada kasih sayang. Buah hasil pertemanan 16 tahun yang menjadikan mereka seperti keluarga. Tak terpisahkan.  Tak tergantikan.

Sampai musim panas tahun itu merubah segala nya...






~Ganyangka ada foto yg sesuai sama deskripsi aku
Ternyata beneran ada danau dong di tengah hutan pinus
Thanks pinterest <3

THE SLEEPING STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang