Part 3

12.9K 1.1K 28
                                    

ARABELLA POV

"Baiklah, Saya mengerti. Mungkin ini terlihat kurang pantas. Tapi dengan tulus Saya ingin bertanya. Rubian Moreno, Maukah Kamu menikah dengan Saya?"

Aku bangga pada diriku sendiri karena bisa bersikap gentle dihadapan wanita yg akan aku nikahi. Pasti dia sekarang sedang berbunga bunga karena lamaranku terdengar romantis.

"Kalau bisa Saya akan menolak."

"A.. apa?"

Suara Rubian disebrang sana terdengar menohok langsung ke dadaku. Sepertinya Aku terlalu percaya diri. Atau mungkin Rubian memang bukan tipe wanita seperti yg ku bayangkan.

"Saya tidak bisa menolak."

Benar, dari awal Aku dan Dia memang terpaksa. Jadi harusnya Aku lebih memahaminya.

"Baiklah. Maaf, Saya tidak bisa hadir malam ini, Saya akan segera menemuimu dalam waktu dekat."

"Iya."

Tut tut tut

Aku menghela nafas dalam sambil mengusap wajahku frustasi. Semoga keputusanku ini tidak menyulitkanku kedepannya.

Kepalaku terasa berat, karena aku belum beristirahat sejak kejadian kemarin. Mengingatnya saja perasaanku terasa sakit. Mataku memanas. Leo bukan hanya senior bagiku. Dia adalah kakak juga panutanku sejak Aku masuk dalam dunia intelegen.

"Aku akan membalas mereka semua untuk membalaskan dendammu dan keluargamu, Leo."

.
.
.
.
.

AUTHOR POV

Arabella berjalan cepat menuju kantor pimpinannya dengan perasaan marah.

"Kenapa Saya tidak diikutkan dalam operasi penangkapan kemarin?" Tanya Arabella pada Paul Roberto. Pimpinan tertinggi di kantornya.

"Duduklah." Kata Paul sambil menatap Bella tanpa ekspresi. Sambil menunjuk kursi didepannya dengan sikap sopan.

Seketika Arabella menyadari sikapnya barusan tidak pantas dihadapan pimpinannya.

Meskipun begitu, perasaannya masih kecewa karena dirinya tidak diikutkan dalam operasi penangkapan tersangka penusukan Leo.

Arabella pun duduk di kursi yg Paul maksud. Paul tanpa basa basi menyodorkan map di hadapan Arabella. Wanita itu mengerutkan keningnya membaca isi dari map tersebut.

"Penangkapan pelaku kemarin masih permulaan, kamu tidak perlu meributkannya. Tugas utama mu adalah menangkap pimpinan orang itu. Dalang dari penusukan Leo." Paul berucap jelas.

Arabella menatap nanar wanita dalam foto tersebut. Bukan wanita sembarangan, dia adalah bos narkoba terbesar di Indonesia. Sangat sulit untuk menangkapnya karena selalu bermain cantik dalam setiap aksi kriminal dan jual beli narkoba yg dia jalankan.

"Wanita itu menghilang setelah penusukan Leo terjadi. Meski tidak ada bukti dan kesaksian yg mengarah padanya, pelaku penusukan adalah anak buahnya. Pasti dia sedang bersembunyi untuk meredam konflik yg bisa mempersulit dirinya." Paul menjelaskan pada Arabella dengan sabar. Sesekali tersirat wajah murung Paul karena telah kehilangan salah satu agen terbaiknya.

Paul meletakkan HP kerja milik Leo di hadapan Arabella. "Kamu boleh menggunakan semua informasi dan koneksi Leo. Untuk sementara semua pekerjaan Leo akan Aku bebankan padamu, hingga ada agen lain yg menanganinya."

Arabella mengangguk tegas sambil menatap Paul. Dia telah bertekat untuk menangkap dan membalas siapapun yg berkaitan dengan kematian Leo.

"Pak, Saya ingin mengajukan cuti. Ada urusan keluarga yg harus Saya selesaikan." Ucap Arabella setelah mengingat orang tuanya yg sudah menelfon meminta dirinya untuk segera datang ke Jakarta.

LIFE PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang