Part 39

4.2K 478 48
                                    

RUBIAN POV

'Lebih baik Kita berpisah. Mungkin ini akan jadi jalan terbaik untuk Kita berdua.'

Suara Bella rasanya masih terdengar jelas mekipun Bella telah pergi. Aku hanya bisa mengiyakan permintaannya. Alasannya akan terdengar klise, Aku tidak ingin membelenggunya bersama kesedihanku. Itulah alasan yang sesungguhnya.

Aku masih duduk di tempat yang sama dan posisi yang sama saat Bella meminta untuk berpisah. Aku tidak bodoh. Aku tau perpisahan yang Bella maksud adalah hubungan Kami. Namun, Aku butuh waktu untuk memproses segalanya.

Air mataku mulai mengalir tanpa permisi saat Aku menyadari Aku telah berpisah dengan satu satunya alasan Aku masih ingin hidup. Aku memejamkan mataku dan meyakinkan diriku bahwa keputusanku menyetujui perpisahan Kami adalah hal yang benar.

Aku benar benar merasa buruk.

Aku merasa buruk untuk Maria, Aku yang selama ini mengatakan tidak bisa hidup tanpanya. Akhirnya masih hidup ketika Dia pergi dari dunia ini.

Memang benar beberapa kali Aku mencoba untuk mengakhiri hidupku. Namun, selalu gagal. Bella selalu berhasil menghentikanku. Dia bahkan cuti dari pekerjaanya untuk menemaniku 24 jam penuh.

Bella telah menjagaku dengan baik. Aku merasakan ketulusan disetiap perhatiannya. Namun, hal itu justru membuatku merasa lebih buruk.

Aku merasa lebih buruk untuk Bella.

Aku mencintainya, tapi Aku hanya melukainya dengan tangisanku untuk Maria. Aku bisa mengerti kalau Dia lelah dengan sikapku dan memilih untuk berpisah denganku.

Aku tidak boleh egois dengan menahannya kan?

Pertanyaan itu Aku ulang berkali kali dikepalaku, agar Aku tidak menyesali keputusanku. Aku tidak boleh egois.

"Aku juga mencintaimu." Ucapku sambil mengusap air mataku.

Aku adalah yang terburuk. Bella layak untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik dariku.

Ting tong

Suara bel pintu apartemen memecah lamunanku. Aku bertanya tanya siapa yang datang sepagi ini. Bella baru saja pergi untuk bekerja. Dia tidak mungkin kembali dengan cepat.

"Hai Kak Rubiii.."

Lisa menyapaku dengan ceria seperti biasanya sesaat setelah Aku membuka pintu apartemen. Dibelakangnya ada Vero. Tentu saja, Lisa tidak mungkin datang sendiri.

Vero dan Lisa tidak lagi asing bagiku. Mereka kerap datang untuk mengecek kondisi kesehatanku sejak Aku sering pingsan.

Aku memaksakan senyumku dan menyambut mereka berdua. Sesungguhnya untuk sesaat Aku berharap yang datang adalah Bella.

"Silahkan masuk."

"Kak Rubi udah siap?"

Aku mengerutkan keningku. Aku tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan Lisa.

"Bella belum bilang?" Tanya Vero.

"Apa?" Tanyaku bingung.

"Kita mau berlayar." Ucap Lisa.

"Berlayar?" Aku semakin bingung.

"Ayok cepetan, Aku bantu siapin bajumu Kak.. Yang lain udah pada nungguin." Ucap Lisa sambil menarik tanganku untuk bersiap dengan cepat.

"Yang lain itu maksudnya siapa Lis?" Tanyaku sambil mengambil beberapa pakaian dari dalam lemari.

"Sodara sodaranya Kak Vero. Ada Kak Rosa sama Ochan juga ikut." Jawaban Lisa membuatku bimbang untuk ikut berlibur dengan mereka. Bella tidak mengatakan apapun tentang acara ini, apalagi mengingat Aku dan Bella baru saja setuju untuk berpisah.

LIFE PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang