AUTHOR POV
Arabella tengah berada di rumah Rosa. Lebih tepatnya di dalam kamar Rosa. Mereka berdua tengah berkutat dengan brankas rahasia milik Leo yang Rosa bicarakan semalam.
Mereka telah mencoba mebuka brankas itu dengan angka angka yang relevan dengan tanggal peringatan seperti tanggal lahir hingga tangga pertemuan Rosa dengan Leo. Namun, sayangnya tidak satupun dari susunan angka itu yang benar.
"Bentar coba Gue ambil buku catatan Gue." Ucap Rosa meninggalkan Bella.
Bella mengangguk saja membiarkan Rosa pergi. Bella memutar otaknya. Leo tidak mungkin menggunakan angka atau tanggal yang dapat di tebak oleh Rosa jika memang benar di dalam brankas itu berisi berkas berkas pekerjaan.
Bella mencoba memasukkan susunan angka dari tanggal lahirnya. "Apa terbalik?" Gumam Bella karena susunan angka itu masih saja salah. Bella kembali memasukkan susunan angka tanggal lahirnya dengan membalik susunan tanggal, bulan dan tahunnya.
"Itu kebuka?" Tanya Rosa yang berdiri mematung dibelakang Bella. "Apa passwordnya?" Tanya Rosa masih dalam keadaan tercengang.
"Tanggal lahir Gue. Dibalik." Ucap Bella tanpa dosa.
"I itu pistol?" Tanya Rosa cukup kaget karena Bella mengeluarkan dua buah pistol dari brankas Leo. Dia sudah tidak peduli lagi dengan kenyataan bahwa sandi brankas itu tanggal lahir Bella. "Kenapa ada pistol?" Tanya Rosa menuntut jawaban.
"Bang Leo kan dulu atlet menembak waktu kuliah." Bella memberikan alasan agar Rosa tidak curiga.
"Masa?" Rosa kembali mengingat ingat apakah suaminya dulu pernah bercerita tentang olahraga menembak sebelumnya.
"Iya. Biar Gue simpen aja." Bella buru buru memasukkan pistol itu kedalam tasnya dan beberapa berkas lain termasuk satu buah buku harian rahasia milik Leo.
"Iya, Lo simpen aja. Bahaya kalo disini." Jawab Rosa tanpa menaruh curiga lagi. Bella berhenti sejenak saat melihat ada dua pucuk surat diantara berkas berkas Leo.
Mata Bella berkaca kaca saat dirinya bahkan belum membuka dan membaca surat yang berada didalam amplop itu. Salah satu surat itu bertuliskan "Untuk Istriku, Rosa." dan yang lainnya "Untuk Adikku, Arabella."
Bella menyerahkan surat milik Rosa. Tangan Rosa bergetar saat menerima surat itu. Dia membuka perlahan surat itu dan membaca perlahan. Kaki Rosa terasa lemas. Dia merosot terduduk dilantai karena sudah tidak dapat menopang tubuhnya sendiri.
Tangis yang Dia tahan beberapa bulan ini kembali pecah karena membaca isi surat itu. Kerinduan yang kembali menusuk dadanya. Rasa rindu yang biasanya menyenangkan kini telah berubah menjadi musuh terbesar Rosa, tentu saja karena kerinduannya tidak akan pernah bisa terobati lagi seperti sebelumnya.
Bella merengkuh Rosa. Membawa wanita itu kedalam pelukannya. Dia ikut menangis. Dada Bella juga terasa sesak karena mengingat dengan jelan bagaimana Leo meninggal dipelukannya. Apalagi melihat tangisan Rosa seperti ini membuatnya ingin berteriak meminta maaf dan berkata yang sejujurnya tentang kematian Leo.
"Kenapa Lo cuma ninggalin surat? Kenapa gak ninggalin warisan lebih banyak?" Rosa masih saja bisa bercanda ditengah tangisannya. Membuat Bella mau tidak mau tertawa mendengar rengekan Rosa yang dibuat buat itu.
.
.
.
Arabella menghentikan mobilnya diparkiran sebuah butik yang cukup terkenal. Bella langsung mengambil ponselnya didalam tas, kemudian menghubungi Rubian.
"Aku udah didepan butik." Ucap Bella langsung ketika panggilan itu terhubung dengan Rubi.
"Oke, Aku tunggu dimobil aja." Bella kembali menjawab setelah mendengar Rubi belum selesai fitting baju untuk pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE PARTNER
De TodoArabella Knov adalah wanita dewasa yg sudah lelah dengan perjodohan yang diatur oleh orangtuanya memutuskan untuk berbohong dan mengatakan bahwa dia tidak tertarik pada pria. Namun ternyata keputusannya tersebut salah. Orangtuanya Justru mengatur pe...