Part 5

12.1K 992 33
                                    

RUBIAN POV

Arabella Knov..

Nama yg cukup keren sangat cocok dengan citra pemilik nama itu. Dalam diam Aku mengamatinya saat Dia makan di depanku.

Berbeda denganku yg sudah siap menggunakan baju set golf yg aku rangkap dengan jaket kulit warna hitam. Wanita di depanku dengan santai memakai kemeja warna biru langit dipadukan dengan celana bahan biru dongker dan rambutnya di kuncir rapi.

Dia hanya memoles lipstik warna natural di bibirnya. Selebihnya kecantikannya benar benar alami. Tidak munafik Arabella memang sangat menarik, tapi entah kenapa Aku enggan untuk mengakuinya.

Kekasih? Sesungguhnya Aku tidak memilikinya. Aku hanya punya hubungan rumit dengan seorang kriminal. Lebih tepatnya seorang bandar narkoba. Maria Portman

Mencintainya? Entahlah. Aku mungkin menyayanginya, karena kami telah menghabiskan banyak malam panas satu tahun belakangan. Tapi aku harus tetap profesional kan?

"Saya tidak bawa setelan golf, disana ada yg jual kan?"

"Ada kok, tapi ya gitu.. harganya gak normal."

"Tidak masalah, lagipula hanya sekali ini. Saya sudah selesai makan. Mau berangkat sekarang?"

Aku mengangguk, lalu berdiri dari tempat dudukku. Sekilas Aku melirik piringnya yg masih bersisa kurang lebih setengah dari porsi kecil yg di sajikan oleh restoran ini. Mungkin makanan disini tidak sesuai seleranya.

Entahlah.

Yang terpenting Aku bersyukur suasana canggung diantara kami sudah mulai mencair. Aku bisa mati bosan kalau harus terus terusan bersikap cuek pada orang lain.

.
.
.
.
.

AUTHOR POV

Cuaca siang itu cukup bagus, cerah namun tidak terlalu terik. Bella dan Rubi menaiki golf cart menuju lokasi para orang tua berada.

"Itu mereka." Rubian lebih dulu mengenali orang tuanya karena tadi sempat melihat warna pakaian yg mereka kenakan saat akan berangkat.

Bella menatap ke arah pandangan Rubi. Dia yg sedang menyetirpun melambatkan laju golf cartnya agar bisa berhenti di tempat golf cart lain terparkir.

"Sepertinya kita perlu terlihat lebih akrab agar mereka tidak curiga saat nanti Saya minta menikah dalam waktu dekat." Bella masih di duduk didalam golf cart sedangkan Rubian sudah beranjak turun.

"Caranya?" Rubian bertanya cuek seolah mereka sedang tidak membicarakan hal serius.

Tempat mereka berhenti memang masih cukup jauh dari lokasi para orang tua memulai pukulan. Kira kira 100 meter, Bella dan Rubi harus berjalan mendekat. Dari kejauhan Liliana sudah melambai dengan penuh semangat.

Bella tersenyum tipis saat melihat Rubi dengan luwes dan anggun membalas lambaian tangan ibu yg dia cintai.

"Bergandengan tangan mungkin?" Jawab Bella sedikit ragu. Sambil berjalan disebelah Rubi yg sedang melangkah menuju tempat pukulan orang tuanya.

"Gak mau, itu terlalu cepat. Lakukan dengan natural." Jawab Rubi.

Belum sempat Bella bertanya kembali Rubi tiba tiba memekik seperti kesakitan. Membuat Bella ikut berhenti melangkah.

"Kamu kenapa?" Tanya Bella bingung.

"Mata gue kelilipan, tolong tiupin." Ucap Rubi dengan gestur mendekatkan wajahnya pada Bella.

Bella pun meniup mata Rubi tanpa banyak tanya. "Itu kacamatanya dipakai, biar tidak kena debu lagi." Kata Bella serius.

"Dimana ya kacamata gue tadi?" Tanya Rubi menengok kebingungan.

LIFE PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang