Part 22

8.4K 807 53
                                    

AUTHOR POV

Rubi mendengarnya. Dia mendengar dengan jelas pembicaraan Bella dengan Lucas kemarin sore. Dia sudah mengatahui bahwa Bella telah membohonginya, bahkan berpura pura tidak mengenal Lucas.

Hal itulah yang membuat Rubi ingin menghindari Bella. Harusnya hal itu tidak menyakitinya karena hubungan Bella dengan Dirinya tanpa melibatkan perasaan. Namun, kenyataannya kebohongan Bella benar benar menyakitinya, karena Dia telah jatuh cinta pada wanita itu.

Rubian memang orang yang seperti itu. Orang yang mudah jatuh cinta. Tapi, Dia juga mudah melepaskan cintanya. Seperti hubungan hubungan Rubi sebelumnya. Dia hanya perlu waktu untuk menjauh dan menenangkan pikirannya untuk melupakan rasa cintanya.

Arabella sedang duduk di salah satu alat gym sambil mengangkat barbelnya saat Rubian keluar dari kamar dengan membawa satu tas cukup besar.

"Kamu mau berangkat sekarang?" Tanya Bella dari tempatnya, saat melihat Rubi yang telah berpakaian rapi. Setelah penolakan Rubi pada sentuhannya semalam. Bella memberikan jarak untuk tidak mendekati wanita itu. Dia ingin memberikan Rubi ruang.

"Iya." Jawab Rubian singkat sambil menaruh tasnya di atas sofa dan menatap Bella yang menaruh barbelnya asal.

"Mau Aku anterin? Aku bisa drop Kamu sebelum brangkat kerja." Tawar Bella ragu.

Rubi tersenyum tipis. Tentu saja Bella bisa dengan mudah menawarkan diri untuk mengantarnya pergi menemui kekasihnya. Pasti karena Bella tidak punya perasaan yang spesial terhadapnya. Batin Rubi.  "Ngga perlu, Aku udah pesen taksi."

"Okay.. Hati hati kalo gitu."

"Hmmm.." Rubi hanya bergumam seperti biasanya. Perhatian Bella yang seharusnya membuatnya senang, kali ini justru membuatnya semakin kesal. Dengan mudahnya Bella melepaskannya.

Setelahnya suasana cukup hening. Bella menatap Rubi yang tengah sibuk dengan ponselnya. Rubi mendongak menatap Bella karena sadar dirinya tengah dipandangi oleh wanita itu. 

"Kenapa?" Tanya Rubi.

"Berapa hari Kamu akan pergi?" Tanya Bella sambil melirik kearah tas Rubi.

"Hanya beberapa hari. Aku tidak bisa mengatakan pastinya. Semua tergantung jadwal Dia." Jawab Rubi asal. 

Maria, Wanita yang akan Rubi temui memanglah wanita yang sangat sulit untuk ditebak. Dia seringkali muncul tiba tiba dan pergi buru buru. Tentu saja Dia seperti itu karena pekerjaannya didunia hitam menuntutnya untuk berpindah pindah tempat dan bersembunyi dengan cepat.

Bella mengangguk. Sesaat kemudian Rubi kembali mengangkat tasnya dan berjalan kearah pintu. "Aku pergi sekarang. Taksiku udah dateng." Ucap Rubi.

"Baiklah. Hati hati." Ucap Bella sambil menatap kepergian Rubi dan pintu apartemennya tertutup rapat. Bella tidak kembali berolah raga. Dia masih menatap kearah pintu apartemen untuk beberapa saat. Dia baru mengalihkan pandangannya saat ponselnya berdering.

Oshan menelfonnya karena kemarin Bella tidak menjemputnya sepulang sekolah dan tidak datang kerumahnya. Anak itu merengek meminta Bella untuk segera datang karena sudah kangen katanya.

.

.

.

"Hei Babyy.." Panggilan itu sangat familiar di telinga Rubi. Satu satunya wanita yang menyapanya dengan panggilan itu adalah Maria. Wanita yang diakui Rubi sebagai kekasihnya didepan Bella. Padahal hubungan mereka lebih rumit dari pada itu.

Rubi dan Maria telah bersahabat dari mereka duduk dibangku SMP. Mereka saling menyayangi satu sama lain. Hubungan mereka berubah menjadi lebih intim semenjak kejadian Rubi di tangkap dan di sandra oleh pihak BIN.

LIFE PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang