Yangzi mengerjapkan matanya, bertanya dalam hati seberap lama ia menutup mata, pasalnya mata ini terlalu berat untuk dibuka. Awalnya buram, yang ia lihat pintu berwarna coklat berbahan jati. Masih ingat? Tentu, ia sedang ada di ruang bawah tanah rumah keluarga Zhang.
Tidak ada sedikit cahayapun yang menusuk retinanya. Keadaan ruangan ini remang-remang nyaris gelap, tidak ada jendela, hanya ada lampu kuning tepat di atas kepala Yangzi.
Butuh beberapa menit untuk matanya dapat melihat objek dengan jelas. Ternyata Yangzi melewatkan sesuatu, di depannya telah duduk ayah dan anak yang tidak bisa dilihat jelas ekspresi wajah mereka karena cahaya redup ruangan ini.
Pertanyaannya, kapan sofa yang mereka duduki berpindah? Pasalnya tadi sofa itu menghadap pintu, bukan membelakangi.
“Unghh...” lenguh Yangzi. Kepalanya sedikit pening, begitu juga dengan otot-ototnya yanh terasa berat, lelah, dan nyeri.
Yangzi menunduk meneliti tubuhnya. Sesaat kemudian dia berdecak dan menghela napas. Sekarang dia terduduk di kursi kayu dengan tubuh dililit tali tambang, kedua tangan diikat ke belakang tubuh dan kedua kaki yang juga diikat.
“Ouh, putri tidur ini sudah bangun? Hahaha.” suara serak berat dengan nada horor itu menggema, tawanya benar-benar tawa devil. Yangzi tahu, ini suara khas Zhang Zi Han.
Pria seusia Babanya itu berdiri, perlahan mendekat ke arahnya dan menunduk menatap geli—lebih terlihat mengejek—kepadanya. “Bagaimana tidurmu, anak manis? Nyenyak, ya?”
Yangzi berdecak pelan. Tadi apa katanya? Putri tidur? Padahal mereka berdua yang membuat Yangzi menjadi putri tidur untuk beberapa jam. Yangzi tersadar saat bangun tadi kalau ia diberi obat tidur. Yangzi ingat terakhir kali sebelum tertidur, ia bersama dua pria psikopat di depannya itu sedang menyantap sarapan di meja makan. Yangzi tertidur sesaat setelah menghabiskan makanannya, oh halus sekali cara bermain mereka.
Dalam hati Yangzi merutuki kecerobohannya. Seharusnya Yangzi tahu taktik penjahat itu seperti apa, harusnya Yangzi menyadari 'jamuan istimewa' yang Zhan Zi Han maksud. Ah, tapi memang tidak bisa di pungkiri kalau Yangzi kelaparan tadi pagi, alhasil tidak bisa berpikir jernih.
“Kamu hanya perlu diam, kita tunggu waktu yang tepat untuk saya bisa menarik sukmamu. Oh, iya ... kamu juga mendapat bonus, eh, maksud saya arwahmu mendapat bonus untuk melihat bagaimana terpuruknya ayahmu saat menemukan tubuhmu terbujur kaku.” Yangzi menggeram mendengar ocehan pria dewasa di depannya itu.
Lantas Yangzi meludahi pria itu seraya mengumpat. “Brengsek!”
Plak!
“Arghh, keparat!”
Srett
“Ashhh–”
“Diam! Jika sampai saya mendengar umpatanmu sekali lagi, saya pastikan pisau ini menusuk jantungmu!” bentak Zhang Zi Han. Lihatlah, setelah dia menampar dan menjambak Yangzi, sekarang dengan beraninya mengancam nona muda keluarga Zhong. Ouh, dia sangat terobsesi untuk bunuh-membunuh.
Zhang Zi Han mengangkat sebelah tangannya yang memegang pisau...
...dapur? Ya! Itu pisau dapur milik Yangzi. Bagaimana mereka bisa mendapatkannya?
Yangzi tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya, bola matanya melebar. Zhang Zi Han terkekeh, “Kenapa? Tidak percaya dengan apa yang sudah saya pegang?” ujarnya kemudian.
“G-gimana b-bisa?” tanya Yangzi gugup, pasalnya kalau tidak tanya, dia jadi kepo sendiri.
“Itu mudah, anak manis. Saya hanya perlu mengambil tas selempangmu saat kamu tertidur tadi.” perlahan Zhang Zi Han menjauh dari Yangzi, kembali ke sofa dimana tempat ia dan Hanhan duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhong Chenle: His Daughter ✔
Fanfiction[SEQUEL of PRESIDEN CHENLE]. Follow sebelum membaca. Punya jempol? Vote!:) "Ba, aku mau punya adik kembar." "Hah? Kamu nyuruh Baba nikah lagi?" "IH BABA! GATEL BANGET SIH, UDAH PUNYA ANAK SATU JUGA!" Ketika Chenle menghadapi cerminannya sendiri. ***...