03

715 102 10
                                    

“Ge Wei Ron?” Fan lan bangkit dari duduknya. Menunduk kaku, ia sungkan berhadapan dengan putra dari guru bimbingan konseling Zhong Dai highschool, sekaligus cucu dari Zhong Xinle mantan direktur sekolah.

“Angkat kepalamu, aku sama seperti kamu.” dengan ragu Fan lan mengangkat kepalanya, ie tersenyum kaku kepada Wei Ron.

“Ini gantinya untuk kemarin. Maafkan adikku ya? Dia memang childish.” Wei Ron menyodorkan selembar kertas formulir dan itu sukses melahirkan senyum lebar Fan lan.

Fan lan membungkuk berkali-kali, “Terima kasih banyak, Ge.” setelahnya, Wei Ron pamit pergi. Bahaya juga kalau tiba-tiba Yangzi menyusulnya, pasti akan timbul kerusuhan lagi.

Kalian salah jika menganggap Fan lan penakut. Walaupun posisinya sebagai siswa golden ticket di sekolah ini, dia tetap keukeuh dengan pendirian, tidak takut dengan apapun termasuk ancaman Yangzi. Satu lagi, kalian juga salah jika mengira Fan lan ini dari keluarga kurang mampu, bahkan ayahnya seorang pengacara internasional yang kerap menjadi pengacara artis-artis dunia ataupun para pemerintah negara di seluruh dunia. Fan lan mengikuti program golden ticket untuk membuktikan kepada dunia bahwa sekaya apapun orang itu, dia tidak akan selalu mengandalkan uang dalam melakukan segala hal. Fan lan ingin membuktikan bahwa anak pengacara internasional ini sangat mengandalkan otak jeniusnya.

Namun, semua penduduk Zhong Dai tidak ada yang tahu. Yang mereka lihat, Fan lan ini termasuk golongan rakyat kurang mampu karena mengikuti program golden ticket. Fan lan sih biasa saja, toh yang menjalani hidupnya ya dia sendiri, tidak ada campur tangan dari orang lain kecuali keluarganya sendiri.

“Hei, ada yang lihat Wei Ron?” sayup-sayup Fan lan mendengar suara cempreng perempuan, ia sangat mengenal suara tersebut, itu adalah suara Zhong Yangzi si anak semata wayang direktur sekolah, Zhong Chenle. Segera ia menyimpan lembar formulirnya ke dalam tas.

“Aduh!” sayangnya, Fan lan gagal kabur. Yangzi tanpa sengaja menabraknya, astaga apa dia tidak bisa melihat tubuh jangkung Fan lan?

“Fan lan?” gumam Yangzi, ia harus mendongak tinggi demi melihat wajah Fan lan.

“Maaf, aku harus pergi.” sudah melangkah, tapi tangannya segera dicekal oleh Yangzi.

“Aku cuma mau bilang, kamu harus ingat kata-kataku yang kemarin! Awas aja kalau kamu sampai ikut lomba, aku bisa keluarkan kamu dari Zhong Dai dengan tidak sopan!” Fan lan nyaris tertawa melihat Yangzi yang melontarkan kalimat panjang dalam satu tarikan napas. Berarti opininya selama ini ada benarnya, kalau perempuan pendek itu pasti cerewet.

Fan lan tidak merespon apapun, dia tidak takut dengan ancaman gadis pendek itu, dia hanya tersenyum melihat punggung kecil Yangzi yang berlari kecil meninggalkannya. Astaga, ada apa dengan Fan lan? Kenapa rasa bencinya kepada Yangzi tiba-tiba hilang?

Sampai di sekitar taman, Yangzi baru bisa menemukan sosok Wei Ron. Ia menggeram marah, disini ada yang salah, Wei Ron sedang membagikan lembaran formulir kepada seluruh siswa. Yangzi mengembungkan pipinya, ia mencak-mencak menghampiri Wei Ron.

“Wei Ron! Apa yang kamu lakukan?” Wei Ron tiba-tiba menegang ditempat, yaampun dia gegabah!

Semua ikut terkejut, mereka langsung mengembalikan lembaran formulir yang Wei Ron bagikan tanpa berkata-kata, setelah itu mereka buru-buru menghindar.

“Wei Ron jahat! Hiks..” Wei Ron kelabakan ketika mulai mendengar isakan Yangzi. Masalahnya, anak perempuan itu sulit sekali di tenangkan, kalau sudah begini pasti Yangzi akan mogok makan atau mogok sekolah. Ayolah, Wei Ron tidak mau sampai kena semprot Mama Xiera.

“Aduh..cup, cup.. Maafin Wei Ron, ya?” Wei Ron menepuk-nepuk punggung Yangzi yang bergetar seraya memutar otak mencari solusi.

“Nggak! Wei Ron jahat! Wei Ron bagiin formulirnya, huaa.” Yangzi makin menangis, haduhh repot kalau begini.

Zhong Chenle: His Daughter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang