“Halo, Zizi sayang, pulang nanti mampir ke kantor dulu, ya.” Yangzi masih enggan menjawab, tidak mau tahu ya, dia masih marah atas kejadian tiga hari lalu. Bisa-bisanya sang baba tidak mau mengakui Zaza dan Jojo sebagai anaknya, heran Yangzi tuh!
“Zi, baba mohon. Sebentar aja, kok.” tapi, semarah-marahnya Yangzi kepada Chenle, gadis manja itu sangat menyayangi babanya, sulit rasanya membantah, kecuali kalau Yangzi dalam mode 'manja'.
Yangzi berdecak pura-pura tidak minat, “Iya, iya! Zizi bakal kesana pulang sekolah nanti. Janji, ya, nggak lama! Oh iya, satu lagi jangan sampai ada gangguan.” Yangzi sengaja menekan katar terakhir ucapannya.
Di seberang sana Chenle tersenyum merekah, akhirnya sang putri mau di bujuk setelah tiga hari bersikap dingin kepadanya. “Baba janji, sayang...”
“Good...” beberapa detik terdiam, Yangzi tiba-tiba mengingat sesuatu. Dua hari lalu dia dan kedua adiknya tidak jadi pergi ke cafe waipo, karena tiba-tiba saja para bobo mengajak mereka quality time ke pantai dan makan di restoran milik Yangyang. Jelas Yangzi menerimanya, mengingat beberapa hari belakangan ia tidak bertemu dengan para bobonya, termasuk bobo Ayangnya yang paling waras diantara bobo dery dan bobo dejun.
“Oh iya! Zizi bakal ajak adik-adik, setelah itu kita makan bareng di cafe waipo.”
Terdengar Chenle mendengus, Yangzi sudah mengerutkan dahinya, mengerti bahwa ia akan menerima penolakan setelah ini.
“Apa? Ini nggak ada sangkut pautnya sama anak kecil, Zi.” nah kan:)
“Iya, atau nggak sama sekali.” dan kali ini, Yangzi menjadi pemenang untuk kesekian kalinya.
Yangzi duduk berdampingan dengan adik kembarnya di sofa yang ada alam ruangan Chenle. Ini sudah lima belas menit berlalu mereka bertiga berada di Zhong Group, menunggu sang CEO sekaligus Presdir yang sibuk dengan sekretaris ganjennya.
Maria da Licia,
Yangzi masih tetap mengibarkan bendera permusuhan dengan wanita dewasa asal Spanyol itu, ya! Yangzi akan terus berusaha mengusir sekretaris berpotensial tinggi, namun bermuka dua itu.
Entah apa yang mereka bicarakan, kalau lima menit kedepan percakapan itu belum selesai, Yangzi akan marah besar! Perlu diketahui salah satu alasan Yangzi tidak sudi datang ke Zhong Group adalah Maria, sekretaris ular tidak tahu diri itu. Yah, kali ini Yangzi bisa menginjak ubin mahal Zhong Group ini atas paksaan sang baba, kalau tidak begitu mana sudi Yangzi datang.
“Enough! Zizi sudah cukup lama, ya, duduk disini. Pantat Zizi panas, Ba! Mana yang katanya sebentar saja?” sindiran dalam satu tarikan napas lolos dari mulut julid Yangzi. Coba kalian bayangkan, bagaimana rasanya diacuhkan oleh ayah sendiri dengan alasan masih ada urusan penting dengan musuh anaknya. Hei! Kalau sudah tahu sibuk dan masih banyak urusan, ngapain panggil Yangzi ke Zhong Group? Dengan paksaan pula!
Chenle menyengir, sementara itu dibalas rollingan sinis mata sang anak. “Maaf, sayang. Ini urgent.”
Yangzi membelak, “Urgent?! Kalo tau urgent, ngapain masih nyuruh Zizi kesini, sih? Jatohnya Zizi kan di cuekin, ish!” pekik Yangzi tak tertahan, sementara kedua adiknya hanya menatap heran.
“Aduh, ini mendadak, sayang. Tunggu ya, sabar.” Chenle masih memberi pengertian, berbicara sehalus mungkin. Lagipula Chenle tidak mengira kalau putrinya akan semarah ini, salah Chenle juga sih sebenarnya, memaksa Yangzi.
“APA!” semua berjengit terkejut, Zaza pun mencengkram lengan pakaian sang kakak. “Sabar Baba bilang? Zizi kurang sabar apalagi, sih, Ba? Pokoknya sepuluh detik kedepan belum selesai, Zizi pulang!” lihatlah, ratu drama mulai menunjukkan bakatnya. Dramatis, melakonlis dan dengan nada terintimidasi, untuk sekian kalinya Chenle menyesal mengizinkan putrinya ikut kelas drama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhong Chenle: His Daughter ✔
Fanfiction[SEQUEL of PRESIDEN CHENLE]. Follow sebelum membaca. Punya jempol? Vote!:) "Ba, aku mau punya adik kembar." "Hah? Kamu nyuruh Baba nikah lagi?" "IH BABA! GATEL BANGET SIH, UDAH PUNYA ANAK SATU JUGA!" Ketika Chenle menghadapi cerminannya sendiri. ***...