"Fan lan, aku haus..." ini sudah ketiga kalinya Yangzi mengeluh, tubuhnya saat berjalan sudah tidak setegap tadi. Sementara Fan lan staminanya masih tidak berkurang sama sekali, ia tetap melangkah dengan kaki jenjangnya.
"istirahat dulu dong!" pekik Yangzi ketika mereka melewati halte bus.
"Nggak, rumahku masih jauh." Fan lan merespon acuh tak acuh, ia hanya melirik Yangzi di belakangnya.
"Ih! Kenapa nggak naik bus aja, sih?" Yangzi mencak-mencak, sudah banyak kali ia lakukan karena muak dengan tingkah Fan lan yang cuek dan tidak peka. Wajah putih Yangzi sudah memerah akibat terpapar sinar matahari terus menerus.
"Kamu sendiri yang nggak mau. Minta bayarin naik bus, tapi pas udah masuk kamu malah narik aku keluar lagi. Takut nggak bisa bayar alasanmu, kamu kira aku nggak punya uang?" Yangzi cemberut, ia melepas ransel yang di gendongnya sedari tadi, bahunya sakit.
"Ya kamu kan emang miskin, aku nggak mau ya harus nanggung malu karena nggak bisa bayar." Fan lan memutar bola matanya, ia melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan Yangzi.
"Aduhhh aku nyerah! Baba, Zizi mau pulang huaaa!" Fan lan berdecak kesal ketika rengekan Yangzi menubruk gendang telinganya. Ya ampun, dia sampai lupa kalau sekarang sedang bersama putri Zhong Chenle yang manja dan cengeng.
"Salah kamu sendiri tadi berhenti di apartemenku nggak mau, nggak percaya." Fan lan memggerutu seraya berjalan ke arah Yangzi, ternyata anak itu tidak hanya sekedar merengek. Buktinya air matanya merembes ke pipi hingga ke seragamnya.
Rencananya sih tadi Fan lan ingin membawa Yangzi ke mansionnya yang jauh dari sekolah, kebetulan ia tidak membawa kendaraan karena biasanya ia tinggal di apartemen dekat sekolah itu. Tapi, si nona Zhong ini tidak mau dan tidak percaya, jadilah Fan lan membawanya ke mansion keluarga Gu.
Persetan lah kalau Yangzi masih tidak percaya, kan itu memang kenyataannya. Fan lan harus menyewa rumah sederhana milik siapa? Memang nona Zhong ini menyusahkan sekali, banyak syarat.
Lantas Fan lan berjongkok di hadapan Yangzi, sebelum itu ia meletakkan tasnya di depan. Yangzi pun menghentikan tangisnya, ia sesenggukan dengan wajah cengo menatap Fan lan.
"Naik," perintah Fan lan.
"Hah?" Yangzi membeo, otaknya masih tidak mengerti. Ya ampun, Yangzi ini salting ya, dia tidak sebodoh itu.
"Mau gendong atau nggak?" ujar Fan lan sarkas. Yangzi mencebikkan bibirnya, ia mengambil tas yang sempat di buangnya lalu berjalan gontai ke arah Fan lan.
Fan lan menghela napas ketika tidak merasakan punggungnya bersentuhan dengan sesuatu. "Cepat, Zi ... Matahari mulai terik."
Dengan kikuk Yangzi melingkarkan kedua tangannya di leher Fan lan, sementara kedua kakinya ia lingkaran ke pinggang Fan lan. Yangzi nyaris terjengkang ketika tangan Fan lan mententuh pangkal lututnya. Ah, padahal kan niatnya Fan lan menjaga agar Yangzi tidak jatuh.
Yangzi merinding ketika Fan lan membawanya berdiri, rasanya jarak kepala Yangzi ke aspal sangat jauh. Astaga, Fan lan ini setinggi apa sih?
Yangzi makin mengeratkan lingkaran tangannya ketika Fan lan mulai berjalan. Fan lan tersenyum geli ketika merasakan lehernya sedikit tercekik, "Takut ketinggian, ya?"
Merasa di ejek, Yangzi berdecak kemudian sebelah tangannya menjewer telinga Fan lan. Sementara Fan lan sendiri meringis seraya terkekeh geli.
"Ke mansion Zizi aja, ya. Pokoknya Fan lan nggak boleh nolak, ke mansion Zizi sekarang!" Fan lan mendengus. Hah, nona muda ini selain menyusahkan ternyata juga melunjak. Suka memerintah orang sesuka hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhong Chenle: His Daughter ✔
Fanfiction[SEQUEL of PRESIDEN CHENLE]. Follow sebelum membaca. Punya jempol? Vote!:) "Ba, aku mau punya adik kembar." "Hah? Kamu nyuruh Baba nikah lagi?" "IH BABA! GATEL BANGET SIH, UDAH PUNYA ANAK SATU JUGA!" Ketika Chenle menghadapi cerminannya sendiri. ***...