13

405 78 19
                                    

Chenle memijat pangkal hidungnya, kakak kelas yang merangkap jadi temannya ini semakin lama semakin bertindak seperti anak-anak. Chenle sempat senang bukan main karena tiba-tiba dia mendapat telepon dari Hendery bahwa Yangzi sudah ditemukan. Chenle lantas datang ke alamat yang diberikan oleh Hendery dan di sinilah dia berada,

Panti asuhan Yongheng.

Yangzi memang ada, tapi gadis manja itu akan ikut pulang bersama Chenle jika di adopsikan adik kembar pengantin. Sebenarnya Chenle sedikit bingung dengan permintaan anak perempuannya itu, remaja memang labil dengan banyak permintaannya, tapi di sini Yangzi lebih aneh.

Yangzi memang lebih suka kejujuran walaupun beberapa kali sempat berbohong, alhasil dia mengatakan bahwa ini akal-akalan Bobo kesayangannya. Ya ampun, Chenle memang senang jika teman-temanya begitu menyayangi Yangzi, tapi ini menyebalkan!

Setelah mengurusi beberapa peraturan pengadopsian tadi, akhirnya Yangzi benar-benar mendapatkan adik kembar pengantinnya. Mereka sangat lucu di usia sepuluh tahun ini, usia yang lebih dari cukup untuk bersekolah.

Zolanes dan Zabrina, itu memang nama lahir anak kembar pengantin itu. Di keranjang bayi mereka, terdapat secarik kertas yang merupakan surat dari orang tuanya, di situ sang ibu meminta jika anaknya dinamai Zolanes dan Zabrina. Awalnya ibu pengasuh–pemilik panti asuhan– menambahi nama belakang mereka dengan nama panti asuhannya. Zolanes Yongheng dan Zabrina Yongheng.

Sekarang berbeda, selamat untuk kalian bocah kecil. Marga keluarga terpandang melekat dalam diri kalian. Welcome Zhong Zolanes dan Zhong Zabrina.

Aneh? Ya! Yangzi pun menyadarinya.

Thank you, Bobo Dery!” Yangzi mengakhiri percakapan teleponnya bersama Hendery dengan ucapan terima kasih. Sejak tadi, sepulang dari panti asuhan senyumnya tidak kunjung luntur.

Ah, ayolah, betapa senangnya gadis manja itu mendapatkan adik kembar pengantin.

“Seneng banget kayanya, Zi.” Yangzi langsung saja mengalihkan pandangan kepada Chenle, ia tersenyum bahagia hingga matanya menyipit, nyaris tidak terlihat.

“Iya dong! Jadi Zizi nggak kesepian lagi,” jawab Zizi seraya menyisir rambut panjang Zaza.

Zaza? Iya, belum lama sepulang dari panti asuhan, Yangzi langsung menberikan nama panggilan untuk kedua adik barunya itu. Zaza untuk Zabrina, dan Zozo atau Jojo untuk Zolanes. Kalau nama mereka di satukan, terlihat siblings goals kata Yangzi.

Zizi, Zaza dan Zozo. Ya ya ya, suka-suka nona muda Yangzi lah.

“Ba, nanti Zizi mau foto Zizi, Zaza sama Jojo dipajang di ruangan ini. Pokoknya Baba nggak boleh nolak kalau nggak mau aku pergi lagi dari rumah!” mau tidak mau Chenle mengiyakan, sumpah, ya, dia kapok dengan tingkah anak perempuannya itu. Ancamannya tidak main-main, selalu membuat Chenle kalang kabut.

Tidakkah kalian ingat, bahwa seorang Zhong Chenle sangat tidak menerima orang-orang yang bukan keturunan asli keluarga Zhong di rumahanya? Maksudnya, Chenle tidak mau orang yang bukan keturunan asli Zhong menjadi bagian dari keluarga mereka.

Jadi, Chenle tidak janji kalau dia bisa menerima Zaza dan Jojo, bahkan tidak mau mengakui kalau mereka anak angkatnya. Ah, tapi tenang saja. Walaupun Chenle tidak menganggap mereka, Chenle masih tetap memenuhi segala kebutuhan materi mereka, kok.

Chenle tidak semiskin itu untuk pelit kepada orang-orang seperti Zaza dan Jojo.

Chenle merasa lapar, jadi dia memutuskan untuk pergi ke dapur dan meninggalkan Yangzi bersama dua adik barunya. Belum melangkah, Yangzi berkata kepada Chenle,

“Pokoknya sekarang Baba anterin kita beli semua kebutuhan Zaza dan Jojo.” menghembuskan napas jengah, Chenle jadi tidak nafsu makan.

“Terus kita cari sekolah buat Zaza dan Jojo. Harus yang berakreditasi unggul dan biaya sekolahnya mahal. Biar semua orang tau kalau Zaza dan Jojo anak Baba.” makin kesini, Yangzi makin sombong saja. Chenle tidak akan pernah menolak kalau masalah seperti itu.

Zhong Chenle: His Daughter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang