"Ba..." Chenle yang merenung dan sedari tadi fokus menatap titik kosong di meja makan pun mengalihkan perhatiannya kepada sosok mungil yang memanggilnya.
Ia tersenyum, mata bulat yang diturunkan dari Ibunya itu menimbulkan rasa rindu di relung hati Chenle. Sudah tujuh tahun lamanya ia hanya hidup berdua dengan anak perempuannya, sedangkan si pemilik rahim sudah beristirahat tenang.
Kecelakaan pesawat tujuh tahun silam dialami lagi oleh keluarga Zhong. Pertama orang tua Chenle, mereka harus meregang nyawa. Kedua, Chenle dan Kiara, disini Chenle yang selamat. Dengan alasan yang sama, mereka pada saat itu dalam perjalanan bisnis, Chenle harus menemui kolega bisnisnya di Amerika. Pada saat itu juga adalah kerja sama pertama Chenle dengan perusahaan luar, mengingat ia sudah dua tahun memimpin perusahaan keluarga yang kakek jatuhkan kepadanya. Untungnya waktu itu ia tak membawa anak perempuannya serta, untung juga waktu itu Kiara melarangnya membawa Yangzi karena anak sepuluh tahun itu harus fokus sekolah.
Tuhan memang sudah mengambil belahan jiwanya yang sudah ia perjuangkan sejak lama, tapi Tuhan masih menyisakan harta yang sangat berharga untuk Chenle, yang akan Chenle rawat sepenuh hati hingga tanggung jawab itu berpindah ke tangan pria lain yang akan menjadi pendamping hidupnya nanti.
Zhong Yangzi,
Nama cantik yang diberikan Ibunya pada suasana genting tujuh belas tahun silam. Pada saat itu, Chenle sedang seriusnya belajar bisnis sampai tidak sempat menemani Kiara melahirkan anak pertama mereka.
Dan sekarang, giliran Chenle yang akan menggengam erat tangan Zhong Yangzi, yang akan menjadi perisai anak perempuan itu sampai masanya berakhir.
$$$
"Baba!" Chenle terkesiap mendengar teriakan nyaring di sebelah telinganya. Ia menatap tajam si pelaku.
"Apaa? Mau marahin Zizi? Lagian Baba di panggilin nggak nyahut." Gadis remaja itu bersidekap dada, dagunya ia angka tinggi. Angkuh adalah kesan pertama yang diberikan ketika melihatnya, kadang kala Chenle terkekeh melihat tingkah anak perempuannya itu.
"Persis gue banget pas muda dulu."
Kan namanya buah jatuh tak jauh dari pohonnya:)
Sebagian besar dari diri Chenle mewaris kepada anak perempuannya. Gadis bernama Zhong Yangzi itu terkesan sombong, angkuh dan mau menang sendiri. Ia dalah Chenle versi perempuan, wajahnya sangat mirip Chenle dan tidak ada satupun yang luput. Hanya saja, Yangzi memiliki otak cerdas yang menurun dari Ibunya, untung saja anak perempuan itu tidak selemot Chenle.
"Ada apa sih?" Chenle menyahut lembut, tersenyum geli melihat raut cemberut si gadis.
"Tentang golden ticket itu nggak bisa di stop ya, Ba?"
"Nggak bisa, sayang. Itu emang udah kebijakan dari sekolah, kalau kamu mau protes sama Kakek Xinle aja sana." Chenle beranjak ke kabinet dekat TV, ia meraih kunci mobil yang tergeletak bebas di sana.
"Dih, kok gitu sih? Itu kan udah di wariskan ke Baba, ya terserah Baba dong mau ngapain." Gadis itu masih mengikuti langkah ayahnya seraya memprotes. Haduh, Chenle jadi nyesel kalau dulu dia suka berisik, sekarang jadi menurun ke anaknya dan dia juga kena batunya.
Mungkin Chenle harus mampir ke THT, mengecek barang kali gendang telinganya rusak.
"Jadi, kapan mau berangkat sekolah? Kamu kalau telat, Baba nggak bakal ikut campur loh." Yangzi berdecak, ia menghentakkan kedua kakinya pertanda marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhong Chenle: His Daughter ✔
Fanfic[SEQUEL of PRESIDEN CHENLE]. Follow sebelum membaca. Punya jempol? Vote!:) "Ba, aku mau punya adik kembar." "Hah? Kamu nyuruh Baba nikah lagi?" "IH BABA! GATEL BANGET SIH, UDAH PUNYA ANAK SATU JUGA!" Ketika Chenle menghadapi cerminannya sendiri. ***...