“Saat saya datang, paket itu sudah ada dimeja saya. Ada secarik kertas yang bertuliskan nama anda.” jelas Maria sembari menggaruk wajah dan lengannya. Posisinya duduk diatas brankar dengan Chenle yang duduk di sofa, tepat dihadapan Maria.
Chenle mengernyit, “Kamu tidak sedang halu kan?” tanyanya penuh selidik. “Saya tidak mengirim apapun kepada kamu, saya tidak sekurang kerjaan itu.” sambung Chenle.
Maria mengangkat tangan yang menunjukan dua jarinya. “Swear pak bos, bungkusnya masih ada dimeja saya kalau pak bos butuh bukti.”
“Lalu kenapa kamu tetap memakannya? Padahal kamu tahu kalau kamu itu alergi.” Chenle bangkit dari duduknya, mendekati Maria dengan bersedekap dada.
“Saya pikir itu benar dari bos, saya tidak enak kalau tidak memakannya.” Maria meneguk saliva kasar, matanya melirik kesana-kemari pertanda gugup.
“Kamu tahu pengirim sebenarnya?”
“Zhong Yangzi, putri anda.” lantas Chenle melotot tajam kepada sekretarisnya itu.
“Ngaco kamu! Mana mungkin Zizi melakukan itu.” Chenle merubah posisinya, berdiri kaku dengan menunjuk sarkas wajah Maria.
Maria menggeleng cepat, “Saya tidak berbohong, Pak. Saya punya buktinya.” tangannya meraih slingbag yang sebelumnya diletakkan di nakas kecil sebelah brankar. Jemarinya mulai bergerak cepat diatas layar ponsel, kemudian Maria menyodorkan bukti percakapannya dengan Yangzi.
Sejenak wajah Chenle menunjukkan raut terkejut, kemudian normal kembali dan mengembalikan ponsel Maria. Chenle berdehem, “Anak saya tidak mungkin melakukan itu kalau saja tidak ada yang mengusiknya.” ujar Chenle dingin.
Chenle menatap dingin Maria, “Coba ingat, mungkin sebelumya kamu melakukan kesalahan terhadap putri saya.” setelah itu Chenle keluar dari kamar inap Maria, kaki jenjangnya bergerak cepat. Hanya satu tujuannya, kediaman Liu Yangyang.
Maria melotot tidak percaya, ia menatap kesal punggung backhugable bosnya itu. “Sialan! Anak sama bapak sama aja!”
Yaiyalah bodo! Namanya Yangzi darah daging Chenle sendiri.
$$$
“Kita pulang.” Chenle sudah mencekal lengan putrinya. Yangzi sedang bercanda ria dengan Yangyang dan Xiaojun yang entah kapan sudah ada disana.
Saat menyetir menuju rumah Yangyang, Chenle sudah menyimpan banyak amarah dalam dirinya, tidak habis pikir dengan sikap Yangzi. Lima belas menit kemudian Chenle menginjakkan kaki di kediaman Yangyang, saat ia masuk ke ruang keluarga, ia mendengar celetukan putrinya yang membuat amarahnya makin tersulut.
“Apalah Baba, sultan cuma buat title doang. Nyatanya, Baba jarang ajak Zizi jalan, bahkan hampir nggak pernah. Sebenarnya Baba itu sibuk, pelit, atau emang nggak punya duit sih?” oh my gosh! Coba katakan kepada Chenle siapa yang mengajari anaknya bersikap seperti itu? Mencela ayahnya sendiri didepan orang-orang.
Lihatlah, Chenle makin naik pitam saja ketika melihat Xiaojun terbahak sampai wajahnya memerah dan mengeluh sakit perut. “Kamu pintar ngelawak, atau humor Bobo yang receh, Zi?” celetuk Xiaojun di sela tawanya.
“Ih, Bobo! Zizi nggak ngelawak tahu!” Yangzi cemberut.
“Emangnya Baba kemana aja kok sampai nggak bisa ajak Zizi jalan?” Xiaojun makin menindak lanjuti, Chenle sudah waswas ditempatnya. Awas saja kalau sebentar lagi Yangzi menjawab nyeleneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhong Chenle: His Daughter ✔
Fanfiction[SEQUEL of PRESIDEN CHENLE]. Follow sebelum membaca. Punya jempol? Vote!:) "Ba, aku mau punya adik kembar." "Hah? Kamu nyuruh Baba nikah lagi?" "IH BABA! GATEL BANGET SIH, UDAH PUNYA ANAK SATU JUGA!" Ketika Chenle menghadapi cerminannya sendiri. ***...