"A yi, Baba ada nggak?" Yangzi sedikit berjinjit untuk mencapai permukaan meja resepsionis, demi melihat wanita kepala dua yang menjabat sebagai resepsionis perusahaan Chenle.
"Eh? Hehe.." resepsionis yang Yangzi ketahui bernama Lin lu itu menatap Yangzi geli dengan kekehannya. Jelas saja, gadis remaja tujuh belas tahun itu memiliki tubuh mungil dan harus berjinjit untuk mencapai meja resepsionis, itu terlihat lucu.
"A yi nggak tahu, Mei. Coba kamu ke ruangan Bos Chenle dan tanya sama sekretarisnya." Lin lu menepuk pelan kepala anak bos nya itu, "Xiexie, A yi." ujarnya, kemudian Yangzi mengangguk paham dan berlari kecil menuju lift.
Sampai di lantai paling atas tepatnya ruangan CEO, Yangzi segera menghampiri meja sekretaris yang terletak didepan ruangan ayahnya. "A yi..." Yangzi mencebik kecewa ketika tidak ada orang sama sekali disana. Mendekat ke pintu ruangan ayahnya, Yangzi mendorong keras pintu itu. Usahanya tidak membuahkan hasil dan yang jelas pintu itu di kunci.
Yangzi menghentakkan kakinya kesal, kemudian ia membanting tubuhnya ke sofa empuk yang tersedia disana. Tidak lama seorang OB datang dengan satu gelas hot chocolate, ia menatap kaget Yangzi.
"Mei, kok diluar?" tanyanya. OB tersebut lantas menghampiri Yangzi.
"Baba kemana, sih? Zizi udah dorong pintunya, tapi di kunci." kata Yangzi sembari mengerucutkan bibir mungilnya.
"Oh, saya baru ingat. Bos lagi ada rapat, Mei." OB tersebut tersenyum ketika mendapat tatapan polos dari mata bulat milik Yangzi. Ia baru ingat sebelum rapat tadi bos nya memberi pesan untuk dibuatkan secangkir hot chocolate dan menyuruhnya untuk meletakkan di meja sekretaris, sebab pintu ruang CEO pasti akan di kunci apabila tidak ada orang di sana.
Terkadang OB itu merasa aneh dengan permintaan bos nya, minta dibuatkan hot chocolate tapi ditinggal rapat, kan nanti bukan hot chocolate lagi namanya.
"Mau saya temani?" Yangzi pun hanya mengangguk. Dua puluh menit berlalu Chenle tak kunjung kembali dan Yangzi merasa tenggorokannya kering.
Yangzi melirik ke nampan yang ada dipangkuan OB itu, ia meneguk saliva tergiur. "Zizi haus, itu Zizi minum ya?" katanya sembari menunjuk.
"Tapi ini buat bos, Mei."
"Please, Zizi haus." sempat berpikir sejenak, lalu OB itu memberikan hot chocolate yang anak bosnya minta. Zizi memekik riang kemudian meneguk minuman itu sampai tandas dan mengembalikan ke nampan.
Sepuluh menit kemudian baru lah Chenle datang dengan diikuti Maria, sekretaris berdarah Spanyol itu sudah menjabat sebagai sekretaris Chenle sejak pertama Chenle menjadi CEO.
"Baba!" pekik Yangzi riang dan disambut dengan senyuman Chenle.
"Lama di sini?" tanya Chenle sembari mengelus surai hitam milik putrinya itu. Yangzi mengangguk, "Tapi nggak bosen, soalnya udah ada Bobo yang temani." ujarnya.
"Maaf, bos. Minumannya sudah diminum Meimei, saya buatkan lagi ya." ujar OB tersebut, kemudian Chenle menggeleng.
"Tidak perlu. Terimakasih sudah menemani Zizi." setelah mendapat anggukan dari OB tersebut, Chenle lantas membawa Yangzi ke dalam ruangannya.
Jangan heran, Chenle yang dulu dengan yang sekarang memang berbeda. Mungkin faktor U, Chenle lebih dewasa dan lebih mengerti, lama-kelamaan sifat tidak sopan dan angkuhnya itu menghilang. Hanya saja ia akan menyombongkan diri kepada orang-orang terdekatnya atau orang-orang yang menantangnya.
Paham kan ya?
"Kok kesini? Nggak langsung pulang aja?" setelah duduk di sofa yang ada dalam ruangannya, Chenle mulai membuka obrolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhong Chenle: His Daughter ✔
Fanfiction[SEQUEL of PRESIDEN CHENLE]. Follow sebelum membaca. Punya jempol? Vote!:) "Ba, aku mau punya adik kembar." "Hah? Kamu nyuruh Baba nikah lagi?" "IH BABA! GATEL BANGET SIH, UDAH PUNYA ANAK SATU JUGA!" Ketika Chenle menghadapi cerminannya sendiri. ***...