20

335 46 10
                                    

“Fan lan pokoknya anterin Zizi!” bel pulang sekolah telah berbunyi sepuluh menit yang lalu, karena jam terakhir kelas Fan lan kosong, maka dia pergi ke perpustakaan sekedar mengisi waktu kosongnya dengan membaca buku. Namun, saat ia ingin menaruh buku yang telah dibacanya ke tempat semula, teriakan putri Zhong memkakkan telinganya hingga memenuhi perpustakaan yang mulai sepi ini.

Fan lan menoleh dan menatap tajam si empu suara, gadis itu terlihat imut dengan pipi yang dikembungkan dan tas ransel di gendongannya. “Aku sibuk.”

“Zizi nggak akan pernah peduli, mau Fan lan sibuk atau nggak!” lantas gadis itu berjalan cepat menuju Fan lan dan menarik kerah seragam bagian belakang milik Fan lan. Huahh laki-laki itu harus merendahkan badannya karena tarikan Yangzi yang bertubuh pendek itu.

“Nggak usah seenaknya sendiri, deh. Biasanya pulang sama siapa?” napas Fan lan sedikit memburu menyeimbangkan kecepatan gerak si putri Zhong, sedangkan tubuh jangkungnya tak sempurna berdiri tegak.

“Sssttt cerewet! Ikutin aja kenapa, sih, ngalah sama perempuan!” Fan lan memilih diam saja, lelah kalau harus membagi energi dengan membalas ocehan Yangzi.

Fan lan memang anak pengacara internasional, tapi ia mesti menaiki kendaraan umum setiap berangkat atau pulang sekolah, hanya saja jika ada keperluan diluar sekolah pasti memakai mobil pemberian Ayahnya, mobil itu tidak mewah seperti mobil para pejabat.

Sampai di halte Yangzi melepas tarikannya dari kerah baju Fan lan, lalu mereka duduk dalam diam menunggu bis berikutnya datang.

“Supir kamu kemana? Biasanya juga nggak pernah absen jemput, kecuali kalau kamu dijemput Bobo kamu.” Fan lan membuka suara, lidahnya gatal karena penasaran dengan alasan Yangzi.

“Aku lagi nggak pulang ke mansion keluargaku.” jawaban singkat itu mampu membuat mata Fan lan hampir lompat dari tempatnya.

“Jangan bertingkah lagi, ya! Aku capek kamu repotkan terus, ujung-ujungnya aku yang disalahkan Babamu.” dibalas dengusan jengah Yangzi, kemudian bungkam tak ada topik lagi.

Masalah Fan lan yang memarahi Yangzi didapur manaionnya beberapa hari lalu, Chenle tidak benar-benar memarahi Fan lan, hanya memberikan ultimatum dengan nada bicara biasa tapi cukup membuat Fan lan ciut. Pada saat itu Chenle juga harus berpikir dua kali untuk memarahi putra jenius musuhnya itu, Fan lan emas untuk Zhong Dai, Chenle takut kehilangan murid jenius seperti Fan lan.

“Mau kemana, sih? Kalau nggak jawab, nggak bakal aku antar,” ancam Fan lan, dan itu berhasil membuat Yangzi menurut, gadis manja itu berdecak.

“Kerumah Bobo Dery, kamu pasti tau, kan?” Yangzi menjawab ogah-ogahan, kali ini malas untuk ditanya macam-macam.

“Kenapa nggak sendiri aja? Manja!” kata terakhir Fab lan ucapkan pelan, syukur Yangzi tak mendengarnya.

“Takut.”

“Hah?!” Fan lan tertawa setelahnya. Mengancam orang saja berani, naik bus ciut.

Setelah itu tidak ada percakapan lagi, karena saat bis datang mereka langsung masuk dan duduk tanpa membuka suara.


$$$

📍Kediaman Xiao.

Fan lan benar-benar disusir oleh Yangzi tadi setelah sampai di kediaman Xiaojun. By the way, Xiaojun baru pulang dari perjalanan bisnisnya, maka dia menarik Yangzi ke pelukan terlampau rindu dengan anak Chenle yang super merepotkan, tapi ngangenin itu.

Seperti biasa, ketika Yangzi berkunjung pasti istri dan anak kembar Xiaojun tidak ada di rumah, kalau tidak jalan-jalan ya kerumah Wai Po-nya. Padahal Yangzi ingin sekali bermain dengan anak kembar Xiaojun yang bibit unggul banget itu, sayangnya mereka tidak suka dengan Yangzi.

Entah kenapa, selalu berwajah datar ketika bertemu Yangzi.

“Bo, kemana aja, sih? Perasaan lama banget nggak jajanin Zizi.” mereka baru duduk di sofa mahal milik Xiaojun, Yangzi malah mengintrogasi Bobonya itu. Lepas kangen dulu kek, lah ini main nagih-nagih saja.

“Bobo kerja, Zi, demi kelangsungan hidup dan masa depan si kembar. Lagian Baba kamu duitnya banyak masih aja minta jajanin Bobo,” celetuk Xiaojun, niatnya, sih, bercanda. Eh, tapi Xiaojun lupa kalau anak manja ini jiplakan ayahnya sekali, baperan, itu air mata sudah mengantri ingin meluncur ke pipi.

“Jadi selama ini nggak ikhlas jajanin Zizi? Huaaa Zizi hidup dalam kebohongan Bobo Dejun,” teriak Yangzi. Untung tidak ada istrinya, kalau iya pasti sekarang dia jadi bahan KDRT.

Xiaojun membekap gemas mulut ember ponakan tersayangnya itu, “Hussh! Cengeng banget, sih. Yaudah, ayo, kita jajan!” nah, kan! Idaman banget memang Bobo Dejun ini.

Sebenarnya Yangzi mendatangi para Bobonya itu kalau bukan minta jajan, ya pasti ada sesuatu yang penting. Soalnya kalau semisal kangen, Yangzi pasti menyuruh para Bobo yang mendatanginya. Yangzi kan anak sultan, selalu didatangi dan mendatangi kalau ada sesuatu yang sangat penting.

Setelah menghadapi banyak bacutan-bacutan anak Chenle tadi, akhirnya mereka duduk rapi di dalam mobil mewah milik Xiaojun, tujuan mereka ke mall. Xiaojun kalau ke mall itu ya nemenin anak-istrinya, atau jajanin ponakan kesayangannya yang sultan tapi maruk. Sebenarnya tidak maruk, cuma kurang quality time dengan keluarga, jadi dia suntuk dan melampiaskan ke para Bobo dengan mengajak jalan-jalan sekaligus morotin. Heumm beda tipis, sih.

Biasalah anak sultan, keluarganya pada sibuk cari duit. Jadi, waktu buat sekedar piknik sehari di taman mansion mereka yang luas banget itu nggak ada.

Sempat hening beberapa saat, tapi kemudian Yangzi berdehem untuk memulai pembicaraan dengan topik baru. “Bo...” Xiaojun hanya berdehem dengan netra yang fokus dengan jalanan.

“Sebenernya Zizi kesini tuh bukan mau minta jajan, tapi karena udah kebiasaan, yaudahlah. Lagian rugi juga kan kalau dilewatkan.”

“Halah anak Chenle emang begini,” cibir Xiaojun. “Kamu keliatan basa-basi banget ya, Zi. Biasanya asal jeplak gitu mulutnya, kok, sekarang malah kemayu. Ada apa? Ngomong aja,” lanjutnya.

“Bobo kenal Chan Lua, nggak?” Xiaojun mengernyit bingung, menoleh sekilas kepada Yangzi, ah ternyata anak itu pasang wajah serius.

“Kamu ditinggal dua bulan sama Bobo nambah idola lagi, ya? Memang dia siapa? Artis baru?” Yangzi berdecak.

“Zhong Chan Lua! Adik Baba!” seketika Xiaojun mengerem mendadak, mana jalanan masih keadaan ramai, jadilah dia diberi umpatan dan suara klakson yang bersahutan oleh pengendara lain. Emang ya, anak Chenle ini!

“Ngelantur kamu, mana ada Babamu punya adik,” kilah Xiaojun, kemudian ia melanjutkan perjalanan.

“Pasti Bobo bohong, kan! Orang Zizi liat sendiri, kok, fotonya di ruang bawah tanah. Pas ditanyain ke Baba, Baba bilang itu adiknya,” hardik Yangzi, Xiaojun makin mengerutkan dahinya.

“Sumpah, Zi, Bobo nggak tau apa-apa, loh. Dari dulu masih jaman sekolah Baba kamu ya anak tunggal, nggak ada ceritanya punya adik. Baba kamu nggak ada ngomong apa-apa ini ke Bobo,” jelas Xiaojun. Jawaban itu malah membuat Yangzi cemberut marah.

“Jadi maksud Bobo, Zizi ini bohong, iya?!” nah, kan, persis Chenle banget. Baperan, suudzon, Xiaojun mah cuma bisa elus dada.

“Bukan gitu, Zi, astaga. Yaudah biar nanti Bobo tanya yang lebih jelas lagi ke Babamu.”

Sepertinya, tuan muda itu punya banyak cerita rahasia yang belum sahabatnya ketahui.

Tbc,

[Nothing cuap-cuap.]

Maafkan untuk typo~

Jember, 10 November 2020.

Zhong Chenle: His Daughter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang