25

292 45 14
                                    

Semua tahu kalau putri tunggal Zhong Chenle itu keras kepala minta ampun. Malamnya, ia berusaha mencari nomor ponsel Zhang Hanhan dari teman-teman sekolahnya. Sempat beberapa temannya menggoda kalau dia ada sesuatu dengan Hanhan.

Ewh, bahkan Yangzi tidak sudi ada apa-apa dengan psikopat itu.

Setelah dapat, lantas Yangzi langsung menelpon bahwa ia ingin bertemu dengan Hanhan dan ayahnya besok pagi. Zhang Hanhan mengiyakan dengan mudah, tapi Yangzi yang harus pergi ke kediaman mereka.

Yangzi menyetujui, yang ia tahu, ia harus cepat-cepat menyelesaikan ini semua. Yangzi lupa—mungkin lebih tidak peduli—pada titah sang Baba untuk tidak melanjutkan selidikannya itu.

Yangzi memang tak pernah terpikirkan kalau Hanhan dan ayahnya akan menjebaknya. Tidak, mereka tidak ada hubungan selain hanya sebagai wartawan-narasumber. Ya, hanya itu.

Yangzi harap, besok akan baik-baik saja dan berjalan dengan lancar. Yangzi tahu kalau sekarang yang dia hadapi adalah keluarga psikopat, tapi entah mengapa tidak ada rasa takut sedikitpun terhadap mereka. Sebelumnya, Yangzi sudah menyiapkan benda tajam untuk melindungi diri. Bukan samurai ataupun panah, tepatnya pisau dapur.

Ya, pisau dapur. Memangnya apa yang akan diharapkan di usia Yangzi yang masih sangat remaja ini? Menggunakan pistol dan senapan? Bahkan orang dewasapun tidak bisa sebebas itu menggunakan senjata api, mereka harus menyelesaikan beberapa aturan jika mau.

Oke, sebaiknya Yangzi tidur cepat agar tenaganya cukup untuk menghadapi Zhang Hanhan dan ayahnya besok pagi.

$$$

“Sorry,” ujar Hanhan lirih. Kepalanya menunduk tidak berani menatap iris sang ayah yang selalu menyorot tajam.

“Sudah kuduga. Apa yang ada di pikiranmu, boy? Membereskan gadis polos saja tidak becus!” suara penuh intimidasi itu memenuhi ruangan dengan pencahayaan remang-remang yang mereka tempati sekarang.

“Dia polos, tapi peka dan cerdik.”

“Kamu bisa lebih cerdik darinya, bodoh!” Zhang Zi Han mulai mendekati putranya yang masih setia menunduk.

Drrt... Drt...

“Aku mau ketemu sama kamu dan ayahmu.” Hanhan tersenyum picik, kini ia berani menatap Ayahnya.

“For what?”

“Jelaskan dengan lengkap besok tentang Chan Lua.”

“Ok, jalan Lotus nomor tigapuluh sembilan, rumah dengan warna cat hitam dan merah.”

Tut-

Sambungan diputus sepihak oleh Yangzi, senyum Hanhan makin mengembang. Zhong Yangzi tak perlu dipaksa untuk ikut dengannya, si polos itu punya rasa ingin tahu yang tinggi, keberuntungan bagi Hanhan dan ayahnya.

“Pa, kita tidak perlu susah-susah membujuk putri Zhong Chenle itu.”

“Seyakin itu kamu, boy?

“Besok dia ingin bertemu kita, Pa. Rencana kita jauh lebih mudah setelah ini.”

“Bagus! Ini baru anak laki-lakiku.”

Zang Zi Han tersenyum puas, sedikit lagi ia akan mencapai masa kejayaannya. Mengalahkan sosok Zhong Chenle dan merebut kekayaan serta perusahaan pria angkuh itu.

Zhong Chenle: His Daughter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang