Pagi ini kelas Yangzi kedapatan tugas menceritakan tentang keluarga mereka di depan kelas, Yangzi berada di nomor urut terakhir sedangkan sekarang masih nomor urut tiga.
Teman perempuan yang diketahui bernama Alea Smith oleh Yangzi itu sedang berdiri didepan kelas, gilirannya bercerita. Perempuan berdarah Kanada itu tersenyum sembari menceritakan adik kembarnya.
“Mama meninggal setelah melahirkan adik kembarku enam tahun lalu. Meskipun begitu aku tidak sama sekali membenci adik kembar pengantinku itu, malah mereka menciptakan hari-hari bahagia di hidupku.” mata Alea menatap satu titik yang tidak terlihat, mungkin ia mengingat hari-hari bahagia yang dimaksudnya itu.
Setelah jeda sesaat untuk mengambil napas, Alea melanjutkan kembali ceritanya. “Baba adalah pebisnis yang sangat ambisisus. Sepeninggal Mama, Baba banyak bekerja keras untuk kami, ia harus membahagiakan kami dengan menjadi sosok Baba dan Mama sekaligus. Aku tidak masalah ketika Baba menitipkan aku dan adik kembarku kepada pengasuh, aku mengerti akan posisi Baba. Sepulang sekolah aku membatu pengasuh merawat adikku, kurasa mereka butuh aku. Setiap hari liburpun aku menyerahkan semua waktuku untuk mereka, aku sangat menyayangi mereka. Kadang kala, aku memasak untuk mereka, memandikan mereka. Intinya, aku menyayangi adik kembarku, mereka sangat lucu dan menggemaskan. Sekian dan terimakasih.” tepuk tangan seluruh kelas menggiring Alea ketika berjalan ke bangkunya.
Mendengar itu Yangzi tersenyum. Ia berpikir, Babanya sibuk kerja seharian di setiap harinya, Yeyenya sudah tua dan butuh banyak istirahat, Nainainya sama sibuknya seperti Baba, dan Wei Ron sibuk dengan ujian akhir sekolahnya. Intinya, Yangzi sama seperti Alea, dan dia butuh teman.
Ah, sebuah ide muncul di kepala cantik Yangzi. Ia akan meminta adik kembar pengantin kepada Babanya nanti.
“Oke, setelah pulang sekolah nanti aku mau ke kantor Baba. Aku mau adik kembar,” putus Yangzi kemudian.
Sepulang dari sekolah dan sesuai rencana, Yangzi menghampiri Chenle di kantornya. Senyum tidak luntur dari bibir meronanya itu, ia tidak sabar untuk punya adik kembar.
Namun, sesampainya di ruang direktur, Yangzi dibuat marah. Harapannya pupus dan dia mendadak lupa dengan permintaannya ketika melihat kelakuan dua orang dewasa di depannya.
“BABA, ASTAGA! HUAAA ZIZI NGGAK MAU JADI ANAK BABA LAGI!” Chenle yang sedang bersandar di kursi kebesarannya seraya memejamkan mata pun terkesiap. Sontak Ayah satu anak itu berdiri dari duduknya, menatap cemas ke pintu ruangan khusus miliknya.
“Baba tega! Baba nggak bisa kabulin semua keinginan Zizi.” Yangzi mencak-mencak di ambang pintu, menatap kecewa kepada cinta pertamanya yang terlihat nyaman mendapat pijatan dari Maria.
Untung pijatan biasa, tidak ada plus plusnya. Oh, ayolah siapa yang tidak suka kalau bahunya dipijat ketika merasa pegal-pegal?
“Astaga, Zi. Kamu salah paham...” kakinya sudah melangkah menghampiri sang buah hati, namun Yangzi terlebih dahulu melarangnya.
“Stop, Ba! Jangan deketin Zizi lagi!” teriaknya dengan dramatis. Oh, astaga, harusnya Chenle tidak membiarkan anak gadisnya itu mengikuti kelas teater.
“Pokoknya Zizi benci sama Ayi Maria!” si manja itu lantas berbalik dan berlari sekencang mungkin untuk menghindari kejaran ayahnya. Di lantai bawah ia mendapat banyak tatapan heran dari para karyawan, saat Lin lu si resepsionis bertanya pun tak dihiraukannya.
Terakhir, dia duduk di dalam taksi dan tujuannya adalah makam sang Mama. Seminggu belakangan ini Yangzi sering ke makam Kiara hanya untuk mencurahkan isi hatinya, mungkin dia rindu sosok Mamanya.
Tanpa Zizi pedulikan, supir pribadi yang menunggu di depan kantor perusahaan Zhong pun turut panik ketika melihat sang Tuan Chenle berjalan tergesa debgan wajah cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhong Chenle: His Daughter ✔
Fanfiction[SEQUEL of PRESIDEN CHENLE]. Follow sebelum membaca. Punya jempol? Vote!:) "Ba, aku mau punya adik kembar." "Hah? Kamu nyuruh Baba nikah lagi?" "IH BABA! GATEL BANGET SIH, UDAH PUNYA ANAK SATU JUGA!" Ketika Chenle menghadapi cerminannya sendiri. ***...