18

303 48 5
                                    

“Pa, apa yang harus aku lakukan?”

“You're so smart, boy! You must know what should you do.”

“Mereka punya segalanya, untuk ini kita kalah telak.” sang ayah menatapnya tajam, pria dewasa itu terlalu sensitif jika menyangkut kekuasaan.

“Use your brain, dude!”

I'm sorry, Pa. Akan aku ushakan.”

Pria dewasa yang dipanggil Papa itu berdiri dari kursi kebesarannya, mendekati sang anak dan menatapnya tajam. Zhang Hanhan tidak pernah mempersalahkan sifat ayahnya yang begitu otoriter, menyuruhnya ini dan itu, karena sesungguhnya Zhang Hanhan tahu diri kalau dia bukan putra kandung Zhang Zi han.

Itu bermula ketika Zhang Hanhan berumur satu tahun. Kita kembali ke enambelas tahun yang lalu, seorang batita yang sempat menjadi korban kekerasan dengan lebam di area wajah dan luka berdarah di punggung. Pada saat itu, Zhang Zi han yang memang masih lajang tiba-tiba menatap iba batita yang tertidur di trotoar sembari menangis keras. Entah mengapa, padahal Zhang Zi han dikenal sebagai pria diktator dan tempramental tinggi. Pada saat itu juga awal tahun permusuhan si diktator Zhang dan si angkuh Zhong.

Zhang Zi han membawa batita itu, mengobatinya dan merawatnya sampai sembuh. Pernah ada niatan mengembalikan Zhang hanhan ke jalanan, karena yang ada dipikirkan Zhang Zi han hanyalah harta, tahta dan Chan Lua. Tidak ada cinta dan kasih sayang untuk yang lain kecuali Chan Lua, dan gadis bernama Chan Lua itu adalah alasan pertama mengapa permusuhan antara dua keluarga itu.

Siapa Chan Lua?

Mungkin si angkuh Zhong yang akan menjelaskannya nanti.

Hati Zhang Zi han sedikit tergerak menatap wajah tanpan batita yang dipungutnya itu. Seminggu setelahnya, media diramaikan dengan bertambahnya anggota keluarga Zhong, kelahiran Zhong Yangzi putri dari Zhong Chenle dan Zhong Kiara. Awalnya Zhang Zi han marah melihat wajah bahagia Chenle, namun sepersekian detik senyum miring timbul dari bibirnya.

Zhang Zi han mendapatkan ide barunya, Zhang Zi han butuh batita yang sempat ingin dibuangnya itu.

Zhang Zi han tersenyum sinis kepada batita yang duduk disebelahnya, mata sipit batita itu menatap polos raut wajah Zhang Zi han.

“Welcome, Zhang Hanhan, my little son.”

Semua berjalan dengan tenang, Zhang Zi han belum ingin menghancurkan keluarga Zhong, tepatnya dia menyusun rencana terlebih dahulu. Tujuh tahun kemudian, ketika Zhang Hanhan menginjak usia delapan tahun, disitulah awal mula Zhang Zi han melancarkan aksinya, menghancurkan keluarga Zhong.

Rencana awalnya berhasil, berjalan mulus tanpa meninggalkan jejak. Sepertinya dia harus memberi apresiasi untuk anak buahnya yang begitu cerdas dan bersih dalam melakukan tindakan kriminal. Polisi tidak dapat menemukan hal janggal dari semua ulah yang diperbuat Zhang Zi han. Zhang Zi han bersorak kemenangan, akhirnya dia berhasil membuat musuhnya sangat terpuruk.

Pada saat itu juga awal mula Zhang Zi han melatih anak angkatnya, dan menanam benci dalam hari Zhang Hanhan untuk keluarga Zhong.

“Papa kenapa menyiksanya sampai mati? Bukankah itu hal jahat?” si polos Zhang Hanhan yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar menasihati ayah bejatnya.

Zhang Zi han tersenyum, “Tapi kita pantas melakukannya untuk mereka. Kalau bukan gara-gara mereka yang seenaknya, kamu pasti punya sosok ibu, Papamu ini pasti sudah hidup bahagia dengan cintanya.”

Mama? Siapa dia Papa? Dia Mamaku kan?”

Chan Lua, dia harusnya menjadi Mamamu. Dia sangat cantik, tingkahnya lucu dan Papamu ini sangat mencintainya.”

Zhong Chenle: His Daughter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang