One

4.2K 295 9
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[250121]

Present...
.
.
.
.
.

🐯🐥🐰
.
.
.
.
.

Berlari dan terus berlari. Ia berlari sekuat tenaga. Terengah-engah, nafasnya pun terasa berat. Ia bisa tertangkap jika berhenti. Jadi, ia berlari....berlari....dan terus berlari.

"Jangan lari lagi....hei! Berhenti!! Jangan lari!!!" terdengar suara teriakan dari seorang pemuda mungil yang berlari di belakangnya, entah apa maksudnya. Yang jelas, pria itu merasa nyaris kehilangan nyawanya karena berlari sekuat tenaga.

"Jangan lari....! Hei! Kau, cepat berhenti!!" teriak pemuda mungil itu lagi.

Begitu melihat ke belakang, pria itu baru sadar kalau zipper dari tas besar yang ia pakai untuk menyimpan baju-baju dagangannya tanpa sengaja mengait ke sweater pemuda mungil yang sekarang ini ikut berlari di belakangnya. Benang merah dari sweater rajut pemuda mungil tersebut terurai panjang di jalan yang dilalui mereka, seakan hendak mempersatukan keduanya dengan begitu erat. Raut wajah pemuda mungil itu begitu merah padam, membuat sang pria terlena sesaat. Gerakannya yang begitu aneh membuat pria itu sadar bahwa sweater sang pemuda mungil telah begitu pendek, nyaris memamerkan bagian dadanya yang entah kenapa seharusnya ia tidak boleh melihatnya! Gara-gara dirinya, pemuda mungil itu harus menanggung malu.

Itu kan Jimin ku tercinta!

ketika pria itu hendak menyebrangi jalan untuk menghampiri pemuda mungil itu, ia melihat ayahnya melambaikan tangan, berusaha mencegahnya menyebrangi jalan itu begitu pula para pejalan kaki yang berada di sampingnya.

Lalu, terdengar suara decitan rem mobil.

Suara decitan yang amat kencang itu terdengar makin menyeramkan di malam hari yang sunyi itu, seakan-akan suaranya bisa mengelupasi kulit manusia. Pria itu lalu menyadari bahwa kini ia berubah menjadi dirinya saat masih kecil dan saat ini sedang menangis tanpa henti.

Perempuan yang pernah memberikannya senyuman dan pelukan hangat.....Ibunda tercintanya.......terbujur kaku di jalanan tanpa bergerak sedikitpun. Di matanya, ia hanya bisa melihat mobil si penabrak yang bergegas melaju dan tubuh ibunya yang berlumuran darah segar.

Ia menangis, meraung histeris mencoba menggoyang-goyangkan tubuh kaku perempuan yang sudah tidak bergerak lagi itu. Dulu, sang ibu akan segera memeluknya dengan kuat dan membujuknya setiap kali ia menangis dengan keras. Namun sekarang, sekuat apapun ia menangis, sekuat apapun ia mengguncangkan ataupun menarik tubuh ibunya, perempuan itu tetap saja terbujur kaku. Tetap saja tidak bergerak sedikitpun....

"Eomma...! Jangan pergiii!" teriakan yang begitu keras dan memilukan itu berubah menjadi air mata sungguhan yang perlahan menetes membasahi wajah Jeon Jungkook saat ini, dua puluh tiga tahun setelah kejadian itu berlalu.
(Eomma artinya ibu)

Jungkook membuka kedua matanya tetapi tidak langsung menggerakkan anggota tubuhnya. Kim Namjoon, lelaki yang berada di sampingnya membuat Jungkook ingat bahwa ia sedang berada di pesawat terbang menuju ke Korea Selatan. Ya. Pasti karena ia sudah berada dekat dengan negara itu lagi jadi dirinya kembali mengalami mimpi buruk yang sudah lima tahun terakhir tidak pernah dialaminya.

Lima tahun yang lalu, ketika Jungkook menatap peti jenazah ayahnya yang sedikit demi sedikit dikubur dalam tanah, ia pun memutuskan untuk meninggalkan negara yang telah membuatnya menjadi sebatang kara itu. Jungkook melepaskan semuanya. Bahkan ibunya yang hanya dapat ia jumpai dalam mimpi buruknya juga sudah ditinggalkannya. Pria itu berpikir, andai dirinya tidak jatuh cinta pada Jimin mungkin ayahnya tidak akan meninggalkannya. Tapi, ini bukan sepenuhnya kesalahan Jimin....ini semua karena kesalahan ayah Jimin dan juga dirinya sendiri!

Endless Love [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang