Budayakan Vote & Comment
Sorry for typo
©Park_213
[100221]
Present...
.
.
.
.
.🐥🐰
.
.
.
.
.Perawat itu juga tidak tahu kemana perginya Jungkook. Hal ini membuat Jimin begitu gelisah dan pergi mencarinya ke kamar-kamar pasien lain di rumah sakit itu.
Tak bisa menemukan Jungkook dimanapun Jimin pun masuk ke mobilnya dan menyetir dengan hati yang begitu cemas. Tak berapa lama kemudian ia menemukan Jungkook yang berjalan tertatih-tatih sambil memegang kepalanya.
"Kenapa kau melarikan diri? Cepat kembali ke rumah sakit! Kau masih perlu dirawat selama beberapa hari!" Jimin berteriak dengan keras dari mobilnya.
"Kau tidak perlu mencemaskan masalahku!" pekik Jungkook yang terus melangkah tanpa menghiraukan Jimin sama sekali.
Melihat Jungkook yang tidak mau berhenti Jimin segera memajukan mobilnya dan berhenti tepat di hadapan Jungkook agar pria itu tidak bisa lewat.
"Kau tidak menghiraukanku tidak masalah. Tapi tolong kembali ke rumah sakit dulu. Dokter bilang kondisimu sekarang ini masih belum stabil, masih perlu pemeriksaan lanjutan!" Jimin merendahkan nada bicaranya memohon pada Jungkook agar kembali ke rumah sakit.
"Kau tidak perlu megurusku. Aku akan baik-baik saja. Kumohon padamu jangan mencampuri urusanku lagi" setelah mengatakan hal itu kepala Jungkook terasa berdenyut-denyut lagi.
"Kau pikir aku senang bisa ikut campur dalam masalahmu? Siapa yang menyuruhmu selalu membuat masalah bagiku! Seperti hari ini......kau dipukuli di tempat lain kenapa tidak pulang saja ke rumah? Kenapa masih saja datang ke tempatku dan membuatku marah? Kenapa mamaksaku untuk menamparmu lantas sengaja pingsan di hadapanku?!" Jimin berkata dengan gusar. Ia muak dengan segala tingkah laku Jungkook yang menjengkelkan.
"Apakah aku pernah memintamu untuk merasa iba padaku?" Jungkook berjalan maju dengan wajah yang dingin dan aura yang sangat tidak bersahabat. Kedua tangannya kini bertopang pada kaca mobil Jimin.
"Apa yang kau inginkan dariku huh? Perbaikan rumahku, makanan, semuanya pemberian darimu! Apakah kau ingin aku berlutut sambil berterima kasih di hadapanmu?"
Jimin sangat yakin kalau bibi perawat ternyata sudah membocorkan semua rahasia itu pada Jungkook hanya bisa terdiam.
"Apakah aku dan ayahku terlihat begitu menyedihkan bagimu?!" Jungkook melanjutkan perkataannya sembari memukul keras kaca mobil Jimin.
"Bukan! Bukan seperti yang kau pikirkan!" Jimin tergesa-gesa ingin menjelaskan yang sebenarnya pada Jungkook tapi pria itu tidak memberikan kesempatan sedikitpun padanya.
"Kenapa kau tidak langsung saja menyerahkan uang padaku. Kalau kau langsung menyerahkan uang padaku aku pasti akan berlutut dan mencium kakimu untuk berterima kasih di hadapanmu. Ah.....ya! Begitu ternyata! Aku tahu sekarang. Kalau kau berbuat begitu maka akan terasa sedikit hambar. Jadi lebih enak dan menegangkan bila bersembunyi di belakang sambil melihat semuanya. BEGITU KAN?!" Jungkook menyindir Jimin. Ketika pria itu menyadari kalau Jimin sudah ingin menangis barulah ia menghentikan semua omongannya.
"Karena semua kejadian ini akibat kesalahnku! Karena demi membayar uang ganti rugi sweater merahku itu kau sampai tidak memiliki uang untuk membayar gaji bibi perawat.....hiks.....gara-gara itu terjadi kebakaran di rumahmu.....hiks....hiks.....kalau kau ada di posisiku pasti kau juga akan merasa bersalah karena semua hal itu!" ucap Jimin sembari terisak-isak. Semakin banyak ia berbicara semakin terasa hatinya sangat pedih.
"Aku terus menerus merasakan penyesalan yang begitu mendalam......jadi aku ingin memohon maaf. Aku pikir hanya dengan cara itulah aku bisa menebus kesalahanku! Hanya dengan cara itu saja.....hiks......kalau memang cara yang kulakukan ini salah aku minta maaf! Hiks....tapi aku bukan orang jahat seperti yang kau pikirkan itu! Kumohon jangan salah sangka terhadapku hiks....hiks....semua yang kukatakan ini jujur dan tulus dari lubuk hatiku yang terdalam!"
Jungkook menatap tanpa daya ke arah Jimin. Pria itu tetap tidak bisa marah pada Jimin. Ia memandang Jimin yang sedang menangis merasa pemuda mungil itu seperti seekor anak ayam yang terlihat begitu menyedihkan tapi juga membuat orang begitu menyukainya dan sangat ingin menyayanginya. Jungkook percaya dengan semua yang dikatakan Jimin. Ia pun merasa sangat kasihan pada Jimin yang begitu berjuang untuk memohon maaf padanya dengan begitu tulus.
"Ini semua bukanlah kesalahanmu......semua ini karena aku yang tidak berguna" Jungkook tersenyum dengan susah payah. Senyuman itu membuat hati Jimin terasa begitu pedih dan tersayat.
"Jadi kau tidak perlu merasa bersalah lagi kepadaku" kata Jungkook dengan mimik serius pada Jimin. Melihat mata sipit pemuda mungil itu masih terus menitikkan air mata entah mengapa hati Jungkook rasanya campur aduk. Pria itu melihat kotak berisi tisu yang ada di samping tempat duduk Jimin. Tanpa pikir panjang Jungkook langsung mencondongkan tubuhnya untuk mengambilkan Jimin tisu tersebut.
Hati Jimin begitu gugup melihat gerakan Jungkook. Ia hanya bisa terdiam melihat Jungkook memasukkan kepalanya melalui kaca mobil yang terbuka. Jimin yang terkejut langsung memejamkan matanya, mengira Jungkook akan.......
Jungkook terkekeh melihat sikap Jimin yang menggemaskan itu. Andai saja boleh ia juga sangat ingin mencium pemuda mungil itu.
"Kenapa kau memejamkan mata? Sebegitu inginnya dicium olehku?" sambil terkekeh Jungkook menghapus air mata Jimin dengan begitu lembut.
Jimin yang baru sadar kalau Jungkook mempermainkannya pun merasa kesal. Pemuda mungil itu pun menahan kepala Jungkook lalu menaikkan kaca mobilnya sehingga kepala pria itu tersangkut dan tidak bisa bergerak.
"Ayo jawab, ingin kembali ke rumah sakit tidak?"
"Hei! Lepaskan aku dulu! Mana ada orang yang begitu kasar pada orang sakit seperti ini!" Jungkook berkata sambil terbatuk-batuk. Ia meronta-ronta tapi tetap tidak berhasil mengeluarkan kepalanya dari jepitan kaca mobil itu.
"Aku tidak akan melepaskanmu!" Jimin tidak bisa dibujuk dengan mudah untuk melepaskan kepala Jungkook.
"Baiklah! Aku akan kembali ke rumah sakit!" Jungkook terpaksa menyerah.
"Orang ini pasti seorang penyihir. Kalau bukan bagaimana mungkin aku selalu terluka karena dirinya. Entah itu tubuhku atau.....hatiku"
Mereka pun kembali ke rumah sakit. Saat mengisi daftar riwayat pasien perawat yang bertugas memergoki Jungkook mengosongkan bagian kolom nama dan telfon keluarga yang dapat dihubungi. Perawat itu pun menatap Jungkook. Tapi belum sempat ia memberitahukan Jungkook untuk mengisinya secara lengkap Jimin sudah merebut kertas itu lalu menuliskan nama dan nomor telfonnya sendiri.
"Mohon maaf, Tuan Muda Park. Apa hubungan Anda dengan Tuan Jeon Jungkook?" perawat menghentikan penanya di kolom nama keluarga yang dapat dihubungi dan melihat keduanya secara bergantian.
"Teman" jawab Jungkook tanpa pikir panjang. Jimin terkejut lalu menoleh ke arah Jungkook. Ia melihat pria itu sedang terkekeh padanya.
"Brengsek. Kenapa selalu tertawa dengan begitu memuakkan? Apa dia kira wajahnya itu sangat tampan? Walaupun memang benar tampan. Tapi! Aku Park Jimin juga seorang pria yang tak kalah tampan! Lihat saja bagaimana aku akan menertawakanmu nanti"
Sambil menggerutu dalam hati Jimin melemparkan senyuman supermanis pada Jungkook membuat pria tampan itu terpana melihatnya. Sang perawat yang melihat sikap keduanya tertawa pelan sembari menambahkan kata 'teman' di dalam kolom relasi.
To Be Continue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love [KM] ✓
RomantikMereka dipertemukan oleh seutas benang merah Genre: - Romance - Sad - Fanfiction - Soft story Main Cast: Jimin aka Sub! Jungkook aka Dom! Kim Taehyung aka Dom! Lee Jieun Start: 25-01-2021 Finish: 12-06-2021 Status: Completed ⚠️WARNING⚠️ - KookMin a...