Thirty One

1.3K 182 14
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[260421]

Present...
.
.
.
.
.

🐥🐰
.
.
.
.
.

Hari-hari selanjutnya berlalu dengan tenang. Semua orang seperti sengaja melupakan apa yang terjadi hari itu. Jimin dengan cepat diterima oleh teman-teman kantornya dan menjadi pendesain pria yang terkenal di dalam perusahaan. Tapi Jungkook tetap saja bersikap dingin kepadanya, selalu saja mencari kesalahannya dan membuat Jimin selalu lembur.

Ayah Jimin tidak rela putra manis kesayangannya itu terlalu lelah lalu berusaha menyuruh pemuda mungil itu pulang ke rumahnya dimana putranya bisa menjadi seorang tuan muda yang kaya raya seperti dulu lagi. Tapi Jimin yang belum berhasil mendapatkan cintanya kembali tetap tidak akan menyerah begitu saja meski sudah sekeras mungkin dinasihati. Baginya yang terpenting saat ini adalah melakukan pekerjaannya sesempurna mungkin agar Jungkook mengakui kemampuannya. Lagipula ini satu-satunya cara agar ia bisa mendekati Jungkook sekaligus membantu pria itu. Jimin benar-benar menghargai semua hal tersebut.

Soal calon istri yang sangat mengganggu pikiran Jieun, tetap saja gadis itu tidak mendapatkan jawaban dari Jungkook.

Setiap memikirkan masalah yang begitu kompleks ini Jungkook sangat pusing sampai susah tidur. Dengan kantong mata kehitaman akibat kurang tidur, rambut acak-acakkan, kemeja putih yang tidak dimasukkan, dasi yang longgar serta jas hitam yang sedang digandengnya, sama sekali tak mengurangi kadar ketampanannya malah ia terlihat semakin tampan dan sexy. Jungkook datang pagi-pagi sekali ke kantor. Di kantor yang sama sekali belum ada orang lain akan lebih mudah baginya untuk berpikir.

Saat Jungkook melangkah masuk ia menyadari ada lampu yang masih menyala di pojokan khusus ruang pendesain di kantor itu. Jungkook menghampiri karena penasaran dan melihat pemuda mungil cantik yang selalu muncul dalam mimpinya itu sedang duduk di depan komputer sambil berpikir keras.

Jungkook baru sadar sejak Jimin bergabung di perusahaannya ia selalu melihat pemuda mungil yang begitu dirindukannya itu bekerja sampai larut malam. Jungkook tidak rela melihatnya tapi hatinya juga tidak boleh luluh…..

Jungkook menggeleng-gelengkan kepala sekuat tenaga berusaha menarik bayangan Jimin pergi dari pikirannya.

Jimin merasa ada yang memperhatikannya lalu ia menoleh ke belakang dan melihat Jungkook sedang berdiri tepat di belakangnya. Meski raut wajah Jungkook saat ini tidak begitu bagus tapi itu adalah Jungkook yang sebenarnya, Jungkook yang nyata. Bukan Jungkook yang dulu hanya bisa dilihatnya di layar komputer ataupun di dalam mimpinya. Jimin yang bahagia itu tersenyum manis pada Jungkook.

“Selamat pagi, Hoejangnim!” Jimin memberi salam pada Jungkook dengan gayanya yang sangat menggemaskan di mata Jungkook.
(Hoejangnim artinya CEO atau pemilik perusahaan)

Jungkook tak membalas. Seperti tidak ingin melihat Jimin lebih lama lagi ia pun memasang raut wajah dingin lalu berjalan cepat menuju ruangannya sendiri.

🐥

Jimin bekerja di perusahaannya saja sudah merupakan hal yang di luar dugaan Jungkook. Sekarang malah ditambah lagi dengan seorang tamu yang tak diundang membuat Jungkook semakin pusing. Di salah satu ruangan ia melihat Hoseok sedang memperkenalkan dirinya secara panjang lebar.

“Aku adalah asisten pribadi Park Jimin! Kalian bisa memanggilku Hoseok! Jangan sungkan-sungkan padaku ya! Dan jangan ragu untuk meminta tolong padaku kapanpun kalian perlu bantuan! Aku akan memberikan yang terbaik pada perusahaan ini!”

Jungkook memijit pelipisnya tidak tahu apakah kepalanya sakit karena terlalu banyak masalah pekerjaan atau karena mantan kekasihnya membawa serta sahabat baiknya muncul di hadapannya sekarang.

“Sejak kapan ada asisten pendesain di dalam perusahaanku?” Jungkook dengan dingin menatap Seokjin dan Namjoon. Keduanya lalu menundukkan kepala tidak berani menatap Jungkook.

“Asisten sangat penting! Asisten bisa membantu pendesain memikirkan ide-ide baru juga dapat membantu membuat sketsa! Saat semua orang sibuk sampai tidak sempat membeli makanan maka disaat itulah asisten seperti saya ini akan membantu membelikan makanan untuk semuanya! Makan sangat penting untuk kesehatan! Bagaimana bisa menyelesaikan pekerjaan jika perut lapar? Benar tidak, hoejangnim? Lagipula perusahaan macam apa yang tidak memiliki asisten? Apalagi ini adalah perusahaan terbesar di Asia”

Sifat Hoseok yang cerewet itu masih belum berubah. Jungkook hampir tak bisa menahan tawa saat mendengar penjelasan Hoseok barusan. Sayangnya logika Jungkook menyuruhnya agar tetap menjaga sikap dinginnya.

Jungkook menyuruh Namjoon dan Seokjin untuk tetap berada di ruangan itu meminta mereka memberi penjelasan. Keduanya terus memuji bakat Jimin di depan Jungkook. Menurut mereka dengan menambah seorang asisten tentu akan sangat membantu Jimin yang akan sangat sibuk dikemudian hari. Mendengar penjelasan mereka Jungkook sama sekali tak bisa membantah.

Awalnya ia sendiri yang memberikan kuasa penuh pada kedua orang yang sangat dipercayainya itu untuk mencari pendesain. Lagipula sekarang desain Jimin juga sudah mendapatkan pengakuan dari keduanya. Jungkook pun setuju bahwa pekerjaan Jimin memang terlampau banyak jadi tidak etis baginya untuk terus-menerus menolak Hoseok.

“Masa percobaan tiga bulan. Jika perkembangannya buruk langsung pecat mereka” Jungkook akhirnya menyerah.

Namjoon dan Seokjin saling memandang. Mereka sangat percaya Jimin memiliki kemampuan untuk melewati tiga bulan masa percobaan tersebut dan menjadi pendesain tetap di Jeon’s Soft Technology.

🐥

“Benar-benar meremehkan orang lain! Kenapa masih harus melewati masa percobaan? Kan sudah jelas kau terpilih karena hasil desainmu yang terbaik! Jadi apa perlunya masa percobaan? Si brengsek Jungkook itu pasti sengaja melakukannya!” saat ini sudah waktunya pulang kerja tapi Hoseok masih saja menggerutu pada Jimin karena masalah masa percobaan yang menurutnya tidak masuk akal itu.

“Jangan mengomel terus, aku pasti akan membuktikan kemampuanku. Aku sangat yakin kalau diriku memang pantas dipertahankan!” Jimin sama sekali tidak peduli tentang masa percobaan. Saat ini tak terasa satu bulan telah berlalu. Jadi menurutnya apa susahnya menjalani dua bulan lagi? Mata sipit Jimin yang indah memancarkan keteguhan hatinya. Ia tersenyum pada Hoseok.

“Ayo, pulang. Bukankah kau ingin jualan lagi malam ini? Aku akan menemanimu!”

“Oke, ayo pulang! Kita pergi mencari uang! Tak usah pedulikan si brengsek itu!” Hoseok akan tertawa dengan begitu bahagia jika berbicara masalah uang. Keduanya pun berjalan pulang sambil bersenda gurau.











To be continue.....

Endless Love [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang