Sixteen

1.2K 159 4
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[090221]

Present...
.
.
.
.
.

🐯🐥🐰
.
.
.
.
.

Jungkook muncul di hadapan Jimin dengan wajah penuh luka yang lebih parah dibanding sebelumnya. Tidak ada senyuman kelinci menggemaskan yang Jimin sukai yang biasanya tersungging di wajah tampannya. Saat bertemu dengan Jimin yang ada hanyalah wajah yang dingin. Ia berbicara tanpa ekspresi.

"Aku ingin membeli lukisan"

"Kenapa setiap hari kau berkelahi? Apa wajahmu baik-baik saja?" Jimin sudah lupa dengan semua masalah diantar ia dengan Jungkook. Pemuda mungil itu hanya mengkhawatirkan luka-luka di wajah Jungkook. Menatap setiap luka di wajah Jungkook membuat hatinya sangat sakit sampai ingin meneteskan air mata.

"Kau tak perlu mengurus wajahku. Kau hanya perlu menjual lukisanmu kepadaku. Berikan aku lukisan yang seharga 10,000,000.00 ₩. Aku ingin membelinya" Jungkook memalingkan wajahnya yang penuh luka. Jungkook takut hatinya akan goyah karena tatatpan Jimin tersebut.
(10,000,000.00 ₩ jika dirupiahkan menjadi Rp. 127,419,800.00)

"Kau ingin membeli lukisan? Kau kan tidak punya uang lebih baik tidak usah...."

Jimin tidak sengaja mengatakan hal buruk lagi. Saat dirinya sadar apa yang dikatakannya barusan ia merasa sudah terlambat untuk menariknya kembali.

"M-maafkan aku......aku tidak bermaksud mengatakannya. Aku sama sekali tak bermaksud buruk, baik itu ucapan yang baru saja kukatakan ataupun semua ucapan burukku selama ini.....aku minta maaf....."

Jimin memikirkan dirinya yang sejak pertama bertemu Jungkook selalu saja mengatakan hal yang menyakitkan hati pria yang berdiri di hadapannya ini. Jadi ia tulus meminta maaf dari lubuk hatinya yang terdalam.

Jungkook tidak memberikan respon positif atas permintaan maaf Jimin. Pria itu mengangkat tinggi-tinggi tas koper yang sudah dipegangnya sejak tadi lalu melemparkan semua uang itu di depan wajah Jimin. Berpuluh-puluh lembar uang melayang di dalam ruangan lalu jatuh berhamburan di atas lantai.

"Aku membawa 10,000,000.00 ₩. Terserah mau kau pilihkan lukisan yang mana. Apa kau tetap tidak ingin menjualnya?"

Jungkook dan Jimin memelototi satu sama lain. Keduanya tetap terdiam untuk beberapa saat.

Jimin benar-benar marah oleh tindakan Jungkook barusan. Ia pun menampar wajah Jungkook dengan kuat.

Dalam benak Jungkook mendadak terngiang suara tepuk tangan dan teriakan penonton saat dirinya berada di atas ring boxing. Lalu tanpa disangka Jungkook tumbang di hadapan Jimin.

"Hei....! kenapa bisa?! Barusan kan aku tidak menamparmu dengan keras.....hei!!" melihat Jungkook tak sadarkan diri Jimin tidak lagi mempermasalahkan pertengkaran diantara mereka. Ia bergegas meminta bantuan pada petugas keamanan untuk ikut membopong tubuh bongsor Jungkook masuk ke mobil dan melaju kencang ke rumah sakit tempat Taehyung bekerja.

Sepanjang perjalanan ke rumah sakit Jimin sesekali memperhatikan kaca spion tengah, melihat Jungkook yang tak sadarkan diri. Jimin tidak dapat menahan air matanya. Sembari menangis, pemuda mungil itu bergumam pada dirinya sendiri.

"Apa dia akan meninggal? Bagaimana ini? Apa aku telah menampar dia sampai mati?"

🐥

Jimin mengendarai mobilnya dengan cepat ke rumah sakit. Sesampainya di depan rumah sakit telah tersedia tempat tidur yang nantinya akan membawa masuk Jungkook untuk pemeriksaan. Begitu Jimin melihat wajah Taehyung ia langsung menangis di pelukan pria itu.

"Ada apa?" tanya Taehyung. Jimin masih terus menangis di pelukannya jadi ia terpaksa mencari segala cara untuk mengetahui kejadian sebenarnya pada Jimin.

"A-aku........aku......hiks.....hanya menampar wajahnya saja! TaeTae ba-bagaimana ini? Hiks.....A.....hiks.....apa dia akan sadar kembali?" Jimin menangis terisak sampai sulit untuk berbicara.

"Dasar bodoh! Jangan terlalu khawatir. Aku akan membantumu memeriksa kondisinya. Jangan tempelkan ingus di jasku lagi. Itu akan merusak citraku sebagai seorang dokter terkenal yang tampan" Taehyung bercanda pada Jimin berharap pemuda mungil itu tidak menangis terus.

"Ishhh, aku tidak menempelkan ingusku tahu!" wajahnya masih tersisa beberapa tetes air mata di wajah manis Jimin tapi candaan Taehyung manjur bagi dirinya. Ia percaya pria itu pasti dapat menyembuhkan Jungkook.

Jimin terus menunggu Jungkook sampai malam harinya. Ia duduk di bangku yang terdapat pada lorong rumah sakit sambil termagu. Saking lamanya ia duduk disitu ia menjadi terbiasa mendengar suara langkah kaki orang-orang yang ramai berlalu lalang di lorong tersebut. Awalnya Jimin begitu gugup. Sampai akhirnya saat ini konsentrasinya sudah lenyap, hati dan pikirannya pun sangat lelah.

"Semoga Jungkook baik-baik saja....." Jimin menutup mata dan berdoa dengan sepenuh hati.

"Hei manis" terdengar langkah kaki berhenti di sampingnya. Jimin membuka mata melihat Taehyung yang berdiri disisinya sembari tersenyum.

"Tae, bagaimana kondisinya?" sorot mata Jimin kembali terlihat khawatir dan gugup menanti jawaban dari Taehyung. Dengan gelisah ia bertanya sambil menarik lengan jas dokter Taehyung.

"Dibagian kepalanya ada yang berdarah tapi tidak perlu khawatir. Darah yang keluar tidak banyak jadi lukanya termasuk ringan. Tapi untuk berjaga-jaga lebih baik dia tinggal di rumah sakit beberapa hari untuk pemeriksaan. Haru menunggu sampai darah yang keluar sudah benar-benar berhenti baru bisa dikatakan sembuh total"

Taehyung yang berbicara layaknya seorang dokter profesional membuat Jimin begitu terpikat oleh pesonanya.

"Syukurlah, kupikir dia akan mati" kata Jimin. Lalu ia pun menghela nafas. Akhirnya pemuda mungil itu bisa tenang kembali.

"Orang yang bisa membuat sahabatku yang baik ini marah sampai memukulinya......hmm....pria ini pasti bukan hanya selingkuh dengan satu orang saja. Pasti ia selingkuh dengan beberapa orang sekaligus ya?" Taehyung berkata sambil terkekeh pada Jimin.

Mendengar ucapan Taehyung, Jimin kembali memikirkan sikap pria itu kepadanya. Ia ingin menjelaskan yang sebenarnya pada Taehyung.

"Tae.....begini.....aku tidak menjalin hubungan apapun dengannya. Tapi kau juga tidak perlu khawatir. Aku tahu diri. Aku akan memotong benang merah yang ada diantara kau dan aku" ucap Jimin.

Walaupun pemuda mungil itu tidak begitu berani memandang wajah Taehyung secara langsung tapi dengan gayanya yang manja dan polos, Jimin membuat gerakan seolah sedang menggunting sesuatu. Memberitahu Taehyung bahawa pemuda mungil itu sudah mantap untuk melepaskan dirinya.

"Jinjja?" Taehyung hanya tersenyum kecil. Sorotan matanya terlihat penuh arti.

"Kurasa Jungkook sudah sadar. Kau sudah boleh masuk untuk menjenguknya"

"Baiklah, terima kasih TaeTae!" Jimin segera berdiri. Saat hendak masuk ke kamar rawat Jungkook ia kembali menoleh pada Taehyung dan berkata, "Mengenai appa ku yang ingin kita berdua menikah kau tidak usah menganggapnya serius. Aku akan menjelaskan hal ini pada appa"

Taehyung memandangi Jimin yang bergegas masuk setelah selesai berbicara. Ia merasakan perasaan aneh yang mendadak muncul di hatinya. Entah mengapa ketika Jimin melakukan gerakan seolah memotong benang merah di antara mereka ia merasa sangat sedih.

🐥

Jimin masuk ke kamar rawat yang diberitahukan oleh Taehyung tapi ia tak menemukan Jungkook di kamar itu. Ia menekan tombol panggilan darurat dengan gelisah lalu bertanya kepada perawat yang datang.

"Maaf, kemana perginya pasien yang seharusnya ada disini?"

"Eh, dia menghilang? Wah dia kan masih belum boleh sembarangan bergerak" kata perawat itu kebingungan.





To Be Continue.....

Endless Love [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang