Eleven

1.4K 166 0
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

@Park_213

[040221]

Present.....
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Begitu Hoseok mendengar rumah sahabatnya terbakar ia pun bergegas menuju kesana. Saat melihat kondisi rumah Jungkook, Hoseok yang baru saja masuk ke rumah sudah langsung berteriak seperti orang gila.

"Aigo! Oh Tuhan! Begitu hitam, apakah bisa menjadi bersih lagi?"
(Aigo artinya astaga)

Hoseok menatap Jungkook yang terus saja membersihkan dinding dengan sekuat tenaga tanpa merespon sahabatnya. Hoseok pun berusaha menghentikan Jungkook.

"Sudahlah, tidak usah dibersihkan lagi. Tidak mungkin bisa bersih dengan hanya disikat.....kita harus membayar orang untuk mengecat ulang bagian-bagian yang menghitam"

"Aku ingin makan cokelat. Belikan aku cokelat ya?" Yunho sama sekali tak mengerti mengapa wajah Jungkook tampak begitu dingin dan tak bersahabat.

Tak lama setelah menumpahkan air dari ember pria paruh baya itu bermain air yang tadi ditumpahkannya layaknya seorang anak kecil. Hoseok berusaha mencegahnya yang membuat ayah Jungkook ribut merajuk pada Jungkook.

Jungkook memikirkan semuanya dengan penuh kesedihan. Ia sangat kesal mengapa ayahnya tidak bisa mengerti dan memahami kesulitan dan kesedihan yang dialaminya. Tapi bagaimanapun juga ia lebih kesal kepada dirinya sendiri, mengapa begitu tidak berdaya menghadapi semuanya.

"Uang! Semua ini karena uang! Karena tidak ada uang aku jadi membuat appa berada dalam kondisi yang sangat berbahaya!"

"Tolong bantu jaga ayahku sebentar, aku akan segera kembali" mendadak Jungkook berkata pada Hoseok sembari melemparkan sikat yang ada di tangannya dan langsung pergi meninggalkan rumah.

🐥

Jungkook berjalan masuk ke dojang tempat ia bekerja pada waktu malam hari sebagai seorang pelatih taekwondo. Ia langsung mengatakan maksud kedatangannya pada pemilik dojang.
(Dojang, tempat latihan atlet atau seseorang yang berlatih dan belajar ilmu bela diri taekwondo)

"Aku ingin main! Aku perlu uang!"

Pemilik dojang awalnya tidak mengerti maksudh Jungkook tapi ia akhirnya sadar apa yang dimaksud oleh Jungkook tadi. Ia tertawa sambil menepuk pundak Jungkook, memberikan sebuah jaminan.

"Kau tenang saja, uang ini lebih mudah didapatkan daripada uang dari pekerjaan lain. Aku sangat yakin kau pasti bisa!"

Segala sesuatu kemudian diatur dengan begitu cepat oleh pemilik dojang. Hanya beberapa jam kemudian Jungkook dan pemilik dojang sudah berada di arena boxing yang telah penuh sesak oleh manusia. Tanpa ekspresi Jungkook mengambil pelindung gigi yang diberikan oleh pemilik dojang padanya. Kedua telinganya dipenuhi oleh teriakan dan jeritan para pengunjung.

"Keputusanmu sudah benar! Apapun boleh dilakukan untuk mendapatkan uang! Karena diatas uang itu tidak akan tercantum bagaimana caramu mendapatkannya. Yang perlu kau pikirkan adalah bagaimana caranya menghamburkan uang-uang itu!" pemilik dojang menepuk bahu tegap Jungkook sembari membujuk dan menyemangatinya.

Jungkook tidak merespon perkataan pria itu. Seusai memakai sarung boxing ia pun langsung naik ke atas ring.

"Ronde kelima! Kau harus bertahan sampai ronde kelima baru boleh kalah! Jangan terlalu cepat kalah tapi juga jangan bertahan terlalu lama. Hanya harus bertahan sampai ronde kelima maka uang itu sudah jadi milik kita. Ingat, semua penjudi itu membuka lebar kedua bola mata mereka untuk melihatmu, menunggu pertunjukkan yang akan kau berikan kepada mereka!"

Jungkook hanya mengingat inti pesan pemilik dojang itu. Lampu diatas ring terlalu menyilaukan mata sehingga Jungkook sama sekali tak dapat melihat dengan jelas wajah orang yang menjadi lawan tandingnya juga wajah penonton yang berada disana. Tapi ia juga tidak peduli dengan semua itu. Yang ia inginkan hanyalah uang. Yang penting ia mampu bertahan sampai ronde kelima sesuai yang dipesankan kepadanya maka ia akan mendapatkan uang.

Susah payah bertahan agar bisa sampai ke ronde kelima, kesadaran Jungkook pun sudah mulai buyar. Pemilik dojang yang melihat rintihan kesakitan Jungkook diatas ring sebenarnya juga ikut merasa sakit melihat kondisinya. Walaupun ia juga menginginkan uang tapi melihat Jungkook yang dihajar hingga babak belur itu membuatnya merasa sangat kasihan kepada Jungkook.

Sudah tak dapat dihitung pukulan yang diterima wajah tampan Jungkook. Tapi setiap kali mendapat satu pukulan di otak Jungkook akan terlintas ingatan-ingatan singkat......saat pertama kali bertemu Jimin karena sweater merah pemuda mungil itu tidak sengaja tersangkut ke zipper tas besar miliknya. Lalu Jimin yang menunggu dirinya di jalan kecil itu untuk kedua kalinya. Wajah ayahnya yang memeluknya dengan penuh rasa takut saat rumahnya terbakar......satu per satu melintas dalam ingatannya, membawa alam bawah sadar Jungkook keluar dari ring boxing itu. Kedua matanya seakan hanya bisa melihat dan dipenuhi oleh semua kenangan yang pernah terjadi di dalam hidupnya.

Mendadak, wajah ayahnya yang sedang tersenyum terlintas dalam pikiran Jungkook. Tidak ingin membuat ayahnya malu Jungkook berusaha keras melayangkan pukulan. Tak disangka pukulan itu malah tepat mengenai sasaran, membuat lawannya jatuh kehilangan keseimbangan.

Melihat itu Jungkook mendadak tersadar atas apa yang dilakukannya barusan. Ia segera mendekat dan memeluk lawannya dengan kedua tangannya agar lawannya mempunyai waktu cukup untuk mengembalikan kekuatannya. Ia menunggu sampai lawannya sudah sedikit pulih baru mendorong dan memukulnya lagi. Ketika akhirnya Jungkook tumbang ia seakan melihat sosok Jimin yang meremehkan dirinya. Hati Jungkook terasa begitu kosong, merasakan teramat sangat kesedihan dan kepahitan hidup.




To Be Continue.....

Endless Love [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang