BAGIAN 4 || 3A

52 9 0
                                    

Ramainya kantin seperti biasa, Aksel mengantri untuk membelikan cilok yang Angel dan Aqila pinta. Sedangkan Aqila duduk santai bersama Angel di kursi depan, dengan meja yang di atasnya ada beberapa buku novel milik Aqila.

Setelah sudah mendapatkan apa yang ia beli, Aksel meletakkan tiga bungkus cilok di atas meja. Membuat Angel membelalakkan matanya.

"Mangkuknya mana? Biasanya dapet," ujar Angel.

"Ambil sendiri, Ngel. Kepala gue pusing, mau istirahat dulu di UKS," kilah Aksel membuat Aqila menoleh padanya.

"Lo sakit?" tanya Aqila. "Biar gue yang ambil mangkuknya, lo di sini dulu. Kalo sakit, harus makan. Nanti tambah sakit, gue gak mau lo kenapa-kenapa," sambung Aqila bergegas menghampiri penjual cilok itu.

Aksel duduk di sebelah Angel, sembari menundukkan kepalanya ke bawah. Diam-diam Aksel meringis kesakitan, Angel tak paham. Tidak biasanya Aksel seperti ini.

Angel bingung ingin melakukan apa, cewek itu mengamati wajah Aksel saat menatap dirinya, pucat. Angel bergerak, menuju tempat penjualan minuman. Ia membeli tiga botol air mineral, untuk dirinya, Aksel dan juga Aqila.

"Aksel kalo sakit seharusnya gak usah sekolah," papar Angel seraya membuka tutup botol tersebut.

Aksel diam.

"Kalo Aksel sakit, nanti siapa yang jagain Angel sama Aqila?" tanya Angel, menghentikan aksinya sejenak untuk menatap mata elang Aksel.

"Ini, minum," ujar Angel.

Aksel meminum air mineral itu, dibantu pelan-pelan memegangi botol oleh Angel. Mereka berdua duduk di sini dengan keheningan, menunggu Aqila yang sampai sekarang tak kunjung datang. Angel mendekatkan duduknya di sebelah Aksel, menyandarkan kepalanya di bahu cowok itu.

Aksel hiraukan saja apa mau Angel, cowok itu menoleh sekilas ke arah cewek manja yang selalu merepotkannya. Tak lama, Angel bersuara, memecahkan keheningan di antara mereka.

"Aksel, kalo Aksel pusing. Buruan bilang sama Angel dan Aqila, Aksel itu cowok kuat yang harus baik-baik aja. Angel gak mau kalo kepala Aksel mendadak pusing lagi," ucap Angel. Tangan mungil cewek itu memainkan botol air mineral punya Aksel.

"Alasannya karena sayang?"

"Enggak, ya. Angel enggak sayang sama Aksel, cuma kasihan," jawab Angel membuat Aksel tertawa kecil.

"Iya, terserah lo. Masih belum mau ngaku juga," imbuh Aksel.

"Aksel," panggil Angel pelan.

"Apa? Hm," deham Aksel.

"Aqila mana, ya? Kok, gak datang-datang. Apa jangan-jangan Aqila nyasar?" tanya Angel mengerjap polos.

Aksel menyentil pelan kening Angel, seperti itulah Aksel. Jahil kepada Angel, jika dengan Aqila ia tak berani. Seorang Aqila sangat sulit diajak bercanda, hidupnya penuh dengan keseriusan. Angel juga terkadang bosan melihat Aqila yang terus belajar.

"Udah mau dua tahun sekolah di sini, jadi gak mungkin nyasar," kata Aksel. Seraya menoleh ke arah kanan, tempat jualan cilok di ujung sana.

"Aksel, gak ada yang gak mungkin di dunia ini. Kecuali," ucap Angel menjeda ucapannya.

"Kecuali?" tanya Aksel.

"Kecuali Aksel gigit telinga Aksel," jawabnya.

Aksel terkekeh pelan, menatap Angel dalam-dalam. "Gak usah ngelawak, Ngel. Gak lucu."

Angel memicingkan matanya. "Kalo gak lucu, kenapa Aksel sering ketawa kalo lagi sama Angel?" tanya Angel menyelidik.

Aksel mengangkat bahu acuh. Ia kembali menoleh ke arah kanan, mendapati Aqila yang sedang berjalan pelan menuju ke sini. Aksel diam-diam mengulum senyum, Aqila cantik walaupun berwajah jutek seperti itu.

3A (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang