BAGIAN 22 || 3A

32 3 0
                                    

Pagi-pagi Aksel membawa mobil menuju kawasan padat akan rumah-rumah warga, mobil mewahnya ini melintas dengan kecepatan normal. Sampai depan rumah sederhana bewarna biru, pagar bambu dan beberapa tanaman di halaman depan rumah.

Dia menghentikan mobilnya, turun dari mobil dan menyapa sosok lelaki menggunakan seragam SMA Angkasa, serta jas merah maroon yang Aksel sendiri tak punya.

"Gue kira gak jadi," ucap lelaki yang tinggal di rumah ini. Aksel tersenyum, dialah Bayu. Bayu Bantara Putra, teman sekaligus sahabat Aksel.

"Jadi. Mana nyokap lo?" tanya Aksel.

"Ada di dalam," jawab Bayu.

Aksel menatap Bayu datar, cowok itu masih berdiri tenang. Bayu si lemot dan tidak peka. "Panggilin."

"Mau apa lo?" Aksel mendengus sebal kala Bayu bertanya seperti itu.

"Mau gue nikahin, buru panggil."

Bayu membeo, mencerna perkataan Aksel cukup lama membuat Aksel mengacak-acak rambutnya kesal. Tanpa menunggu Bayu mengeluarkan suara lagi, Aksel langsung nyelonong masuk ke dalam rumah kecil ini.

Hari ini adalah hari pertama kalinya Aksel masuk ke rumah Bayu, Aksel mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah. Senyum manisnya terbit, melihat wanita paruh bayah datang mendekatinya dari arah dapur.

"Nak Aksel," sapanya membuat Aksel menyalami punggung tangan kanan Ibu Bayu.

"Gak sopan banget lo masuk ke rumah gue, 'kan gue belum ijinin," sungut Bayu berjalan mendekati Aksel.

Aksel menoleh, tatapan dingin itu ia berikan untuk Bayu. "Lo lemot," tekan Aksel. Bayu mengangguk, memang benar.

"Ya sudah, kalian mau ke mana dulu? Ini masih pagi untuk berangkat ke sekolah," ujar Ibu Bayu.

"Mau ke rumah sa—" balas Bayu terpotong.

"Ke rumah Salma, Bu," kata Aksel mengelak membuat Bayu berdecak.

"Salma? Ke rumah wanita sepagi ini?" tanya Ibu Bayu menyelidiki.

"Iya, mau ambil buku. Soalnya ada yang belum Aksel kerjain, tapi udah dipinjam duluan sama si Salma," jelas Aksel.

Tidak tau Salma mana yang ia maksud, tujuan mereka pagi-pagi seperti ini adalah ke rumah sakit. Sudah berjanji dengan si dokter, sepupu Dirga. Untuk datang pagi, sepupu Dirga tidak pernah terlambat datang. Hanya saja, Aksel dan Bayu yang sering terlambat.

Rumah sakit berlogo A, punya Agra. Keluarga Frederick. Di rumah sakit itu Aksel melakukan perawatan, entah perawatan apa. Hanya Aksel, Bayu, Dirga dan sepupu Dirga yang mengetahui.

"Ya sudah kalau begitu, heart-heart," katanya membuat Bayu terkekeh. Sedangkan Aksel mengerutkan keningnya.

"Hati-hati, lo gak pinter bahasa Inggris, ya?" tanya Bayu.

Aksel tidak menjawab, ia kembali bersalam lalu pamit keluar rumah diikuti Bayu dari belakangnya. Memasuki mobil dan segera melaju untuk ke lokasi yang sudah menjadi tujuan mereka saat ini.

Di dalam mobil, Bayu bisa melihat gantungan dengan beberapa bingkai kecil beserta foto. Itu foto Aksel bersama kedua sahabatnya. Sepertinya ini baru, karena baru kali ini Bayu melihatnya di dalam mobil Aksel.

Bayu menoleh ke arah Aksel yang sednag fokus mengendarai mobil. "Ini baru?" tanya Bayu melirik gantungan itu. Aksel mengangguk.

"Baru dipajang dalam mobil," kata Aksel membuat Bayu berdecak.

"Kenapa baru dipajang?"

"Karena baru ketemu."

Hening, Bayu tidak menjawab lagi. Sedangkan Aksel masih fokus berkendara, keduanya bingung ingin bercakap seperti apa. Bayu melihat-lihat tiga foto itu, masih tersisa dua bingkai kosong paling bawah.

3A (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang