Aksel cowok berwajah jutek itu keluar dari mobil, membuka pintu untuk Angel dan juga Aqila secara bergantian. Saat ini mereka ada di parkiran kanan sekolah, khusus mobil.
"Makasih, Aksel," ucap Angel berlagak tuan putri yang keluar dari Istana.
Aksel menggunakan earphone putih di kedua telinganya. Sedangkan Angel menggunakan bando di kepala, rambut lurus dan panjang itu sangat halus di kepala Angel.
"Gue ke ruang osis dulu, lo berdua duluan aja," kata Aqila.
"Iya, gue ke perpustakaan dulu. Ngel, lo mau ikut gak? Ntar gak diajak malah ngambek," celetuk Aksel kepada Angel. Cewek manja itu mengangguk.
Aqila, cewek penyuka music menenteng gitar di tangannya. Dengan jas merah gelap beserta name tag dan jabatan sebagai bendahara osis di dada kanan.
Beberapa langkah maju ke depan, mereka memasuki SMA Angkasa. Sekolah yang terisi dengan banyaknya murid mempunyai ambisi kuat. Sekolah yang menggunakan seragam putih dan dasi merah, rok beserta celana SMA Angkasa juga bewarna merah.
"Aqila, mading hari ini ada berita terbaru gak?" tanya Angel, Aqila menoleh datar, seraya melihat jam tangan yang ia kenakan.
"Gak tau, ini masih jam enam lewat lima belas menit dan sembilan belas detik," jawab Aqila.
"Berita mading terbaru biasanya ditempel pukul tujuh tepat, dua puluh menit sebelum bel masuk."
Setelah mengucapkan itu, Aqila berpamit pada Aksel yang sibuk dengan ponselnya, juga Angel yang sibuk berkaca di kaca mobil. Aqila berjalan memasuki koridor utama, membawa gitar membuat pesona indah pagi hari. Rambut pendek itu tak ada hiasan sama sekali.
Aksel melihat punggung belakang Aqila yang perlahan tak terlihat. Ia berjalan diikuti Angel, kedua jemari tangan cowok itu tenggelam di saku celana bewarna merah. Berhenti memainkan ponsel, ia fokus pada pandangan arah depan. Dengan tas bewarna cokelat di bahu kanan.
Aksel menoleh ke arah Angel. "Ngel," panggil Aksel.
"Apa?"
"Tugas kemarin udah selesai?" tanya Aksel.
"Tugas apa, Aksel? Bukannya kita gak ada tugas, ya? Gak mungkin Angel ketinggalan materi kelas, Angel 'kan sahabatnya Aksel dan Aqila yang pinter. Angel pasti udah selesai tugasnya, tapi gak tau. Angel lupa," jawab Angel cepat.
Aksel berdecak, masih dengan raut wajah datar yang setia ia tunjukkan. "Tugas bahasa Indonesia, disuruh Bu Mita bikin puisi," kata Aksel.
"Oh, belum. Angel gak ngerti," imbuh Angel. Matanya mulai berbinar menatap mata elang dan tajam milik Aksel.
"Kenapa tuh, mata? Mau gue colok?" sungut Aksel.
Angel mendongak mendekatkan matanya ke mata Aksel sambil berjalan. Aksel risih, cowok itu menghentikan langkah di depan ruang rapat guru, khusus rapat atau kedatangan tamu dari dinas pendidikan.
"Bikinin, Aksel. Angel gak ngerti bikin puisi," pinta Angel.
"Nanti juga puisinya pasti disuruh baca, pake nada pula. Angel 'kan gak ngerti," lanjut Angel.
Aksel menoyorkan kening Angel, membuat Angel berdecih. Aksel mendekati telinga Angel, napasnya terasa di telinga cewek itu. Membuat Angel tegang seketika.
"Udah gede, harus mandiri," bisik Aksel pelan.
Angel memukul dada Aksel. "Bantuin Angel, Aksel! Kalo gak mau bantuin, kenapa tadi nanya-nanya?!"
Angel melipat kedua lengan di depan dada. Menatap arah depan dengan sebal. "Emang, ya. Sekarang orang-orang cuma penasaran, doang. Nanya-nanya sok peduli, bantu juga enggak. Kalo gitu caranya, gak usah nanya," gerutu Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A (TERBIT)
ChickLit(Tamat) Menjelang sore, Angel yang sudah tau watak Aqila kalau lama-lama di mall dan membuang waktu belajarnya pasti akan marah. Dengan gerakan cepat Angel keluar dari mall saat turun dari eskalator. Aksel dan Aqila memandang cewek childish yang ber...