Kita satu sama, sama-sama ada luka. Luka yang berbeda.
•••Aksel tidak menjawab perkataan Mama-nya, tubuhnya tumbang begitu saja. Dalam dekapan hangat Jeesy, Aksel sudah tidak berdaya lagi. Jeesy bingung, tubuh proporsional Aksel ini berat. Ia tak sanggup membantu Aksel untuk masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuh putranya.
Kecuali, diseret.
Ya kali, Jeesy sampai geleng-geleng lagi memikirkan hal konyol yang biasanya menjadi perbincangan tak bermanfaat dia dan Aksel.
"Kamu kenapa, sih? Kalo ngantuk, ya tidur di kamar," omel Jeesy.
"Leni!" pekik Jeesy dengan suara khas nyaring luar biasa.
Pembantu muda yang baru saja bekerja di rumah besar miliknya, sampai berlari mendekati sumber suara. Leni, itu namanya. Anak dari kampung yang merantau ke Bandung.
Biasanya, orang-orang merantau ke Ibu Kota. Sedangkan Leni ke Bapak Kota, yang Kota kata-nya indah dan unik. Seperti kata alm bapak-nya.
"Ya ampun, aden ganteng!" pekik Leni histeris kala melihat Jeesy menahan tubuh Aksel.
"Buruan bantu!" sentak Jeesy melengking.
Leni segera membantu memapa tubuh Aksel dari kiri, sedangkan Jeesy dari kanan. Mereka memasuki kamar Aksel, kamar yang begitu rapi. Kalau berantakan, pasti Aksel yang memberantakinya. Entah ada masalah, atau hanya karena bingung ingin melakukan apa.
Saat Aksel dibaringkan ke atas kasur, barulah Jeesy mengusir Leni dari kamar anaknya. Jeesy mengambil ponsel Aksel yang terkapar di atas meja belajar, segera ia membuka aplikasi whatsapp. Tepat pada grup chat, 'Mati Rasa' membuatnya terkekeh.
"Aneh-aneh aja, pake mati rasa segala," monolog Jeesy.
Wanita yang menggunakan seragam kantoran ini, mengetikkan sesuatu. Membuat dua anggota yang ada di dalam grup, membalas dengan satu kalimat.
Aqila sama Angel segera ke sana.
***
Angel sedang asik membalas pesan-pesan masuk di ponselnya, ia membaca pesan dari grup yang sudah bertahun-tahun bertahan. Aksel sakit, ia ingin membalas pesan dengan cepat. Namun, terlambat karena pesan dari Aqila lebih dulu terkirim.
Apapun itu, setiap kali Angel selalu kalah dari Aqila.
"Ma, Angel mau ke rumah Aksel," pamit Angel setelah siap pergi keluar rumah.
"Mama gak percaya, udah mau malam ini," jawab Michelle cepat.
Di ruang tengah dan dikelilingi barang mewah, Angel mendengus sebal. Ia melangkah maju tanpa peduli dengan perkataan Mama-nya. Tangan kanannya memegang satu ponsel miliknya, ia berjalan melewati Michelle.
"Mau ke mana kamu?!" cela Michelle yang sedari duduk tenang, kini sudah berdiri.
Angel memutar balikkan tubuh dengan malas. Padahal ia sudah jelas berkata tadi. "Rumah Aksel. Ke rumah Aksel, Angel pamit ke rumah Aksel," ulang Angel menahan kekesalannya.
"Mau ngapain?" tanya Michelle.
"Jenguk Aksel, sahabatnya Angel sakit."
"Gak. Aksel itu kuat, mana mungkin lemah dan nyuruh kamu jenguk. Masuk kamar, belajar!" tegasnya membuat Angel menghela napas pelan.
"Mama ini kenapa? Aksel kuat, emang Mama tau apa tentang Aksel? Sahabat sakit, ya, wajib untuk jenguk, dong," sungut Angel.
"Dia cowok, pasti kuat. Udah, jangan habisin waktu belajar kamu untuk jenguk Aksel. Besok juga pasti ketemu," balas Michelle.

KAMU SEDANG MEMBACA
3A (TERBIT)
Chick-Lit(Tamat) Menjelang sore, Angel yang sudah tau watak Aqila kalau lama-lama di mall dan membuang waktu belajarnya pasti akan marah. Dengan gerakan cepat Angel keluar dari mall saat turun dari eskalator. Aksel dan Aqila memandang cewek childish yang ber...