Awan putih bergerak dengan lambat, tertiup angin yang begitu kencang. Matahari perlahan hilang tertutup awan, kembali nongol saat awan telah melintas. Suara riuh terdengar saat bel pulang berbunyi, siang hari pukul dua waktu Indonesia bagian barat.
Aqila dan Aksel sudah berada di parkiran sekolah, menunggu Angel untuk segera pulang. Keduanya berdiri, menyender di body mobil dengan tampang wajah datar. Setiap kali kakak kelas ataupun adik kelas menyapa, keduanya mengangguk singkat.
Sepasang mata mereka berdua menyorot ke arah Angel yang sedang berjalan santai, dengan seorang lelaki.
"Tumben banget tuh, jalan sama cowok lain. Biasanya jalan sama gue," ucap Aksel membuat Aqila terkekeh pelan.
"Kenapa lo? Cemburu?" tanya Aqila.
Aksel berdecih. Ia berkata dengan sinis, "Gak lah, yakali cowok seganteng gue cemburu sama cowok modelan kayak gitu."
Angel dengan lelaki ber-jas merah maroon, anak osis juga. Berjalan mendekati Aqila dan Aksel. Aqila menatap sosok lelaki itu dengan datar, jas punya Aqila ia pegang di tangan kanan. Sedangkan Aksel, hanya tersenyum tipis menyapa.
"Aqila sama Aksel pulang duluan aja, Angel mau pulang sama Bayu. Mau makan bareng. Oh, ya. Kalo Papa Agra nanya mana Angel, bilangin Angel lagi kerja kelompok sama anak yang lain," ujar Angel.
"Bilang dari tadi, capek gue nunggu panas-panas begini," omel Aqila.
Gadis berambut pendek itu menatap Bayu sekilas, lalu membuka pintu mobil bagian depan, dan segera masuk tak mempedulikan mereka.
Bayu, sahabat baru Aksel. Sangat senang bisa berteman dengan Angel. Aksel sendiri menatap Bayu biasa saja, ia tidak ingin merasa kenal dengan Bayu jika suasana masih banyak orang yang mereka kenal. Termasuk lingkungan sekolah.
"Naik apa?" tanya Aksel kepada Angel.
"Naik taxi, kenapa?" Angel balik bertanya.
Aksel mengangguk pelan. "Oke, gue balik dulu. Bayu, siapapun lo. Jagain Angel, jangan sampe lecet," desak Aksel.
Bayu mengangguk saja, Aksel mengitari mobil dari depan. Segera ia masuk duduk sebagai pengendara. Tak lama, mobil itu melaju dengan normal membuat Angel melambaikan tangan.
"Eh, beneran naik taxi? Kenapa gak angkutan umum aja?" tanya Bayu. Jujur saja, ia tidak punya uang untuk membayar taxi nanti. Bayaran taxi dan angkutan umum jelas jauh berbeda.
"Biar cepat sampe, kalo angkutan umum 'kan harus stop-stop," balas Angel.
Angel menatap Bayu, ia melanjutkan ucapannya, "Kenapa? Ongkosnya gak usah dipikirin, Angel yang bayar."
Bayu merasa tidak enak. Masa, semuanya Angel yang bayar?
"Oh, oke. Kalo gue udah ada uang, ntar gue bayar sebagai gantinya," imbuh Bayu.
Angel tersenyum lalu meraih pergelangan tangan Bayu, mengajak Bayu keluar dari parkiran sekolah. Dan berdiri di depan gerbang SMA Angkasa, menunggu taxi.
"Berhenti!" pekik Angel ketika ada taxi ingin melintas.
Taxi biru itu berhenti, lalu Angel mendongak menatap Bayu yang lebih tinggi darinya. "Ayo," ajak Angel.
Sorot mata Batu menatap jelas pergelangan tangan kanan Bayu, ada tangan Angel yang memegangnya. Kedua sudut bibir Bayu melengkung dengan sempurna. Ia tersadar, segera mengikuti Angel dan masuk ke dalam taxi.
Perjalanan tak cukup jauh, karena penjual bakso berada di kawasan dekat sekolahnya. Padahal, jalan kaki bisa. Tetapi Angel, tidak akan sanggup dengan teriknya matahari.

KAMU SEDANG MEMBACA
3A (TERBIT)
ChickLit(Tamat) Menjelang sore, Angel yang sudah tau watak Aqila kalau lama-lama di mall dan membuang waktu belajarnya pasti akan marah. Dengan gerakan cepat Angel keluar dari mall saat turun dari eskalator. Aksel dan Aqila memandang cewek childish yang ber...