BAGIAN 11 || 3A

43 7 0
                                    

Kalo rebahan mulu, gede-nya mau jadi apa lo? Pengangguran?
•••

Aksel duduk di sofa sembari menundukkan kepala ke bawah, tangannya mengepal di depan lutut. Sedangkan Aqila menatap sosok lelaki yang berdiri tegap dengan tubuh kekar, menatap Aksel dan Aqila secara bergantian. Aqila menampakkan wajah datar, tak secemas Aksel yang takut tidak akan dapat uang bulanan pada bulan ini.

Angel datang dengan langkah kecil, gadis manja itu sudah mengganti pakaiannya. Sekarang, ia menggunakan kaos biru dengan rok pendek bewarna putih, tampak begitu anggun.

Berdiri di sebelah lelaki bermuka seram, Angel melipat kedua lengan di dada. Menoleh ke arah sosok yang sangat dicintai Mama-nya.

"Pa, kasih aja uang bulanan. Masa, gara-gara Angel dihukum sama guru, mereka gak dapet uang jajan," ujar Angel.

Sosok lelaki itu menoleh dengan sinis. Membalas tatapan tajam dari Angel. "Aksel sama Aqila udah buat perjanjian sama Papa, dan mereka mau," jawab Papa Agra tegas.

"Ya udah sih, Pa. Katanya Aksel sama Aqila udah Papa anggap kayak anak sendiri, dan kayak Kakak-nya Angel. Kasih aja uang, buruan, Pa. Mau ke mall, nih!" rengek Angel, menggoyangkan lengan kekar Papa Agra.

Aksel dan Aqila saling bertatap, ke mall? Mereka tidak merasa ada perjanjian untuk pergi, hari ini Aksel ada les, sedangkan Aqila harus belajar lagi di rumah.

Papa Agra tidak menggubriskan pernyataan Angel. Wajah seram dan datar ia lontarkan untuk Aksel dan Aqila silih berganti, berakhir menatap putri satu-satunya.

"Ke mall terus, belajarnya kapan?" tanya Papa Agra kepada Angel.

"Nanti," balas Angel.

"Kapan?" ulang Papa Agra.

"Besok di sekolah."

Papa Agra berdecak, ia merogoh saku celananya. Mengeluarkan dompet berbahan kulit dari saku, ia menunjukkan sejumlah uang tidak seperti biasa. Hari ini, Papa Agra hanya memberikan enam ratus ribu, membuat Angel melongo.

Enam ratus dibagi tiga hanya dapat dua ratus. Pikir Angel, apa Papa Agra sedang bercanda?

"Kok enam lembar duit warna pink-nya? Ini mau ke mall, Pa. Ya kali, satu orang bawa dua ratus ribu," dumel Angel tak terima.

"Gak papa, Ngel. Duit sekolah masih ada sisa," sahut Aqila terdengar di telinga Papa Agra.

"Sisa berapa?" tanya Papa Agra lugas.

"Lima puluh, Pa," jawab Aqila pelan. Papa Agra mengangguk lagi, menoleh ke arah Aksel dan melontarkan pertanyaan yang sama.

"Sama kayak Aqila," imbuh Aksel.

"Dikit tuh, Pa! Biasanya lima ratus ribu bawa ke mall, dua ratus lima puluh beli apaan?" Angel kembali bertanya.

Papa Agra tidak menjawab, melainkan memasukkan tiga lembar uang seratus ribu ke dalam dompetnya. Menyisakan tiga ratu ribu di tangan, siap ia berikan untuk tiga remaja ini.

"Nih," ucap Papa Agra menyodorkan tiga ratus ribu kepada Angel di depan mata.

Angel melototkan matanya, meneguk salivanya kasar. Angel melihat ekspresi wajah Papa Agra, biasa saja. "Pa, jangan bercanda, dong. Uang segini mana cukup," lontar Angel.

3A (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang